Minggu, 16 Mei 2010

Inilah Cita-Cita Mereka


Entah mengapa, saya lebih suka menyebutnya cita-cita daripada mimpi. Meski mimpi memiliki efek lebih dramtis, cita-cita terkesan lebih konkret dan lebih dekat dengan maksud yang sebenarnya: hasrat tentang masa depan. Itu pun yang mendasari saya menamai kategori ini dengan nama Cita-Cita dan Masa Depan.

Karena kehabisan ide untuk posting, akhirnya saya iseng membuat status Facebook yang menanyakan cita-cita teman-teman saya dan hal apa yang melatarbelakanginya. Alhamdulillah, ada tiga orang teman yang komentar dan mengutarakan cita-citanya. Selain membahas cita-citanya, saya juga akan membahas pandangan saya tentang karakter mereka masing-masing. Saya harap, posting ini secara khusus bisa menambah semangat mereka untuk meraih cita-citanya.

Penasaran? Inilah cita-cita-mereka:

1. Azizah Febrianti Fasha
Bercita-cita menjadi seorang birokrat. Cita-citanya itu didasari oleh rasa keprihatinannya terhadap sistem birokrasi yang belum mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Azizah menjadikan kualifikasi baik dan bermoral sebagai karakter diri yang akan membawanya dalam misi pelayanan sekaligus melakukan reformasi untuk sistem pelayanan yang lebih baik tentunya.

Saya lihat, Azizah memang sosok yang berkualitas, rajin, ulet, dan bermoral. Selain selalu meraih peringkat pertama di kelasnya semasa SMA, setahu saya dia juga tidak pernah mendapatkannya dengan cara yang tidak halal seperti menyontek. Dengan modal karakter itu, PR Azizah tinggal meningkatkan wawasannya tentang dunia sosial-politik dan kebijakan publik. Oya, satu lagi, saya harap Azizah juga bisa seperti Bu Sri Mulyani. Tidak hanya cerdas dan bermoral, tetapi juga berani menghadapi tantangan.

2. Poppy Kampani
Bercita-cita menjadi seorang pengusaha ekspor. Dia ingin sekali ada banyak barang-barang di luar negeri, khususnya Prancis katanya, yang berlabel “Made in Indonesia”. Saya lihat, Poppy memang sosok yang gaul, komunikatif, dan sociable. Sebuah modal karakter yang sangat berharga untuk menjadi pengusaha. Tetapi, saya sendiri kurang tahu, apakah dia sudah punya lingkaran pergaulan yang bercita rasa pengusaha. Karena pengusaha adalah profesi yang seninya adalah mencoba sehingga lingkungan yang mendukung adalah salah satu syaratnya. Semoga, Poppy bisa memperlebar lingkaran pergaulannya khususnya di kalangan pengusaha. Oya, jangan lupa, baca juga buku-buku tentang bisnis dan biografi orang-orang sukses di bidang bisnis. Modal karakter memang penting, tetapi memperkayanya dengan wawasan itu lebih penting.

3. Zulfikar
Bercita-cita menjadi seorang entrepreneur. Agak mirip dengan Poppy, tetapi Zulfikar lebih memilih perekonomian Islam sebagai tema utamanya. Didasari oleh keprihatinannya pada bangsa Indonesia yang seperti dijajah oleh para entrepreneur barat dan timur asing, dia menjadikan persatuan entrepreneur muslim yang memang mayoritas di bangsa ini sebagai alat untuk meruntuhkan dominasi entrepreneur asing di bangsa ini.

Saya lihat, Zulfikar itu sosok yang sociable dan berani mencoba. Modal karakter yang seperti hanya tinggal menunggu waktu saja untuk merintis bisnisnya. Zulfikar hanya membutuhkan satu ide yang ia yakini akan berhasil, maka dia pun akan segera memulai. Untuk itulah, Zulfikar harus memperkaya wawasannya demi mendapati ide tersebut. Baca buku bisnis dan biografi pebisnis sukses nampaknya sebuah pilihan yang menarik. Oya, karena Zulfikar menjadi perekonomian Islam sebagai tema utama, dia pun harus memperkaya wawasannya dalam bidang tersebut.

Ya! Itulah cita-cita mereka. Misi mulia seorang anak Bangsa yang harus kita perhatikan. Kenapa? Karena tanpa kita sadari, penambahan umur membuat kita tak lagi se-imajinatif dulu. Kita menjadi semakin tak peduli dengan cita-cita. Kita hanya menjalani saja, tanpa tahu apa yang kita tuju. Pikiran kita menjadi semakin pendek. Tidak lagi ada cita-cita setinggi langit. Padahal, cita-cita itu memang seharusnya tinggi dan sulit dicapai. Agar energi jiwa yang dihasilkannya pun akan lebih besar dan kuat.

Untuk itulah, saya berusa mendokumentasikan cita-cita teman saya tersebut ke dalam sebuah tulisan. Agar cita-cita mereka menjadi lebih konkret dan jelas. Lebih dari itu, mereka pun akan merasa seperti berjanji dengan dituliskannya cita-cita mereka di posting ini dan semangat untuk meraih cita-cita itu pun akan semakin besar dan kuat. Ayo kejar cita-citamu!

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Rabu, 12 Mei 2010

Ekspansi Intelektual dan Bisnis Berbasis Pengetahuan


Saat saya tengah membaca hairan Republika yang baru saja saya beli, perhatian saya tiba-tiba tertuju pada sebuah berita. Di tengah permasalahan nasional yang membuat saya jengah, ada sebuah berita yang benar-benar menginspirasi. Yakni tengah didirikannya sebuah kota peradaban di madinah yang nantinya akan menjadi tempat wisata religius, pusat aktivitas intelektual, sekaligus sentra bisnis dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kota itu bernama KEC (Knowledge Economic City). (beritanya bisa dibaca di sini)

Wow! Kota itu benar-benar kota yang saya impikan. Tiga kata kunci yang memang saya sukai: Spiritual-Religius, Peradaban-Intelektual, dan Ekonomi-Bisnis. Berita itu membuat saya berkaca pada realitas di Indonesia. Dimana ada gap yang cukup timpang antara kalangan intelektual dan bisnis. Seakan-akan keduanya tidak bisa bersinergi. Nah, saya akan coba memberikan solusinya.

Saya melihat, sebenarnya kalangan intelektual bangsa Indonesia sangatlah potensial untuk memanfaatkan pengetahuannya, khususnya untuk bisnis. Lihat saja! Berapa banyak para pemuda yang memenangi berbagai ajang internasional? Berapa banyak Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, dan berbagai pusat intelektual dibangun? Banyak bukan? Itulah modal kita.

Secara jumlah memang banyak, tapi kalau secara rasio belum. Karena negara kita ini memiliki keluasan wilayah dan kepadatan penduduk yang sangat wah. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah memeratakannya.

Mengambil inspirasi dari pelajaran geografi yang saya pelajari di SMA bahwa pembangunan di pusat kota akan menyebar ke wilayah sekitarnya seperti yang dialami Bodetabek (Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) terhadap pembangunan di Jakarta. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh setiap pemuda dan pusat intelektual di Indonesia untuk memeratakannya.

Mereka tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga cerdas sosial. Misi belajar mereka bukan hanya mengejar nilai, tetapi juga berbagi pengetahuan dalam bingkai kebermanfaatan. Mereka tidak hanya mempersembahkan medali kemenangan, tetapi juga solusi kehidupan yang siap digunakan lingkungan sosial di sekitarnya. Pemuda-pemuda itu menjadikan riset sebagai kegiatan utamanya, terjun ke masyarakat sebagai kebiasaanya, dan bisnis sebagai orientasi karirnya.

Aksi ini saya namakan sebagai Ekspansi Intelektual. Kata 'Ekspansi' mencitrakan karakter aktif dan agresif para pemuda intelektual dalam misi pencerdasannya. Bayangkan! Jika setiap Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, dan berbagai pusat intelektual itu mampu mencerdaskan dan memberdayakan lingkungan sekitarnya, layaknya penyebaran pembangunan yang terjadi di Jabodetabek. Apakah Indonesia Cerdas masih akan sebatas impian?

Poin lain yang juga saya soroti adalah tentang bisnis. Tapi bukan bisnis kapitalistik seperti di barat sana. Karena karakter ekonomi bangsa Indonesia adalah ekonomi kerakyatan yang mengambil fokus pada pemberdayaan masyarakat. Begitulah seharusnya pemuda intelektual. Mereka berani mandiri dengan berbisnis, tetapi menjadikan pemberdayaan masyarakat sebagai misi.

Mereka akan mencerdaskan masyarakat dengan pengetahuan. Mereka akan memotivasi masyarakat tentang semangat kemandirian. Mereka akan memberdayakan masyarakat dengan bisnis berbasis pengetahuan.

Ayolah para pemuda! Mari wujudkan Indonesia cerdas dan mandiri dengan melaksanakan: Ekspansi Intelektual dan Bisnis Berbasis Pengaetahuan.

Minggu, 09 Mei 2010

Warung Padang: Semi Waralaba dan Cerminan Ekonomi Kerakyatan


Siapa yang tak kenal warung padang? Di lingkungan rumah kita saja mungkin ada lebih dari satu. Dengan nama-nama khasnya, warung padang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan dunia. Karena orang padang kan tidak tinggal di Indonesia saja. Saya jadi ingat, ada salah satu artis ketika ia sedang naik haji, ternyata ia menemukan warung pada di sana. Mengangumkan!

Saya pun termasuk pencinta masakan khas padang. Saat orang tua sedang tidak di rumah, biasanya saya membeli makanan di warung padang. Uniknya, saya tidak mempermasalahkan di warung padang mana saya membeli. Selama masih berlabel "WARUNG PADANG", saya pasti akan tetap membelinya. Jadi, seperti ada semacam jaminan mutu gitu.

Padahal, jaminan mutu seperti itu biasanya hanya ditemukan pada konsep waralaba. Karena biasaya bahan baku dan resep masakannya telah ditentukan oleh pusat. Selain itu, ada hubungan langusung antara pusat dan cabang. Berbeda dengan warung padang yang tidak memiliki pusat, tapi seperti punya resep khusus khas padang yang diketahui banyak orang. Sehingga bisa tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan dunia.

Jika restoran waralaba lain memiliki kesamaan yang cukup kental, bahkan persis. Warung padang menyediakan payung yang lebih besar. Sehingga meski memiliki brand "WARUNG PADANG", masih tetap ada varian-varian di dalamnya. Persamaan dan perbedaan antara konsep waralaba dan warung padang membuat saya menyebut warung padang sebagai semi waralaba.

Selain itu, warung padang juga merupakan cerminan ekonomi kerakayatan. Jika konsep waralaba memiliki hak nama dan resep serta seakan-akan memonopolinya. Sehinggga yang kaya adalah pusat alias boss-bossnya. Berbeda dengan warung padang yang menyebarkan hak nama dan resepnya kepada seluruh manusia layaknya anugerah Allah yang siap dimanfaatkan oleh siapa pun. Di sini terlihat warung padang tidak memiliki misi untuk memperkaya diri, tetapi memberdayakan masyarakat, khususnya di akar rumput yakni kalangan menengah ke bawah. Inilah cerminan tentang bagaimana sebuah bisnis hidup di Indonesia: Ekonomi Kerakyatan.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Kamis, 06 Mei 2010

7 Strategi Membuat Belajar Menjadi Menyenangkan


Bosen nih. Kayaknya Dunia Pendidikan Indonesia kok masih aja diributin sama-sama hal yang menurut saya sih sepele. Dari sebelum sampe sesudah, Ujian Nasional masih aja berpolemik. Padahal masih banyak hal lain yang bisa kita kedepankan selain masalah itu, salah satunya: belajar.

Ya! Belajar itu memiliki makna yang luas. Bahkan keseluruhan hidup kita ini adalah belajar. Kita melakukan sesuatu >> mengevaluasinya >> menjadi lebih baik. Tetapi saya akan sedikit mempersimpitnya menjadi belajar dengan 'sadar'. Maksud saya bukan belajar berdasarkan pengalaman, tetapi belajar yang secara sadar kita usahakan untuk menambah wawasan dan keterampilan.

Tetapi terkadang belajar 'sadar' itu dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa melibatkan hati. Belajar jadi terkesan membosankan. Emang belajar tidak menyenangkan yah? Bisa kok. Nih saya beri tahu 7 strateginya:

1. Cari Sisi Menariknya
Setiap pelajaran pasti memiliki sisi menariknya bagi anda. Entah dimana, letaknya bagi setiap orang pasti berbeda-beda. Mulailah belajar dari bagian yang anda anggap menarik. Karena langkah awal sangatlah menentukan. Seperti saya yang langsung 'bete' dengan kimia ketika ulangan harian pertama saya mendapat nilai sangat jelek. Buatlah kesan pertama belajar anda menyenangkan, maka setelahnya akan lebih mudah.


2. Hubungkan dengan Hobi
Setiap orang pasti punya hobi. Aktivitas yang membuat anda senang bahkan anda anggap sebagai hiburan. Nah... Kuncinya adalah bagaimana anda membuat hobi anda sebagai sarana belajar. Anda bisa menonton film dengan subtitle bahasa Inggris, membaca majalah berbahasa inggris, diskusi online di forum atau facebook, jalan-jalan sambil memperhatikan tingkah manusia dan menghubungkannya dengan teori-teori psikologi dan sosiologi, dll. Jadikan menjadi hiburan yang mendidik atau pendidikan yang menghibur.

3. Jadikan Sebagai Syarat Menggapai Cita-Cita
Cita-cita itu seperti pom bensin. Dia akan mengisi tangki motivasi ketika anda mulai lelah dan tak bersemangat. Kekuatan cita-cita juga akan membuat anda berusaha memenuhi segala syarat untuk menggapainya. Anda pasti akan lebih bersemangat belajar matematika dan ekonomi ketika anda telah memantapkan hati untuk menjadi ekonom. Ketika anda melakukannya, hati anda akan berkata, "Aku harus menguasai ... jika ingin menjadi ..."

4. Cari Sumber Lain
Belajar dengan sumber yang sudah ditentukan biasanya membosankan. Karena selera itu tidak bisa diseragamkan. Untuk itu, sebagai pembelajar anda harus mandiri, mencari sumber lain sendiri. Kalau saya sih paling enak googling, apalagi yang sumbernya dari blog. Biasanya mereka tuh punya opini yang kritis dan melawan arus kemapanan. Dengan mencari sendiri sumber belajar, itu menjamin bahwa anda benar-benar mau belajar.

5. Indentifikasi Role Model
Role model atau panutan memiliki fungsi yang hampir sama dengan cita-cita. Tapi ia orientasinya lebih ke orang. Sehingga karakteristik yang ingin dicapai bisa lebih jelas. Tidak harus menirunya 100%, karena beliau pun pasti punya kekurangan. Identifikasi kelebihan-kelebihannya dan bagaimana ia mencapainya. Role model akan membuat cita-cita anda menjadi lebih jelas dan konkret.


6. Cari Tempat Lain
Lingkungan pasti akan mempengaruhi individu. Yakinkan diri anda bahwa lingkungan anda sudah membangun atau setidaknya tidak menghambat aktvitas belajar anda. Pindahlah jika hal yang berlawanan yang terjadi. Carilah suasana baru seperti taman hijau yang sudah jarang anda kunjungi atau tempat nongkrong yang baru buka di ujung jalan sana. Membaca buku atau berselancar internetlah di sana. Tempat dan suasana baru bagai sebuah batere baru bagi mobil-mobilan yang membuatnya berlari lebih kencang.

7. Just Do It
Hal paling parah adalah ketika anda menunda-nunda belajar dengan alasan bosan. Berhenti sejenak tak apa, tapi jangan sampai membuat anda malas memulai lagi. Padahal hal yang menyenangkan terkadang tidak ada di depan, tetapi berada di tengah. Saya saja baru beberapa tahun ini merasakan betapa menyenangkannya belajar sejarah. Padahal dulu sangat tidak menyukainya. Lakukan saja, maka anda akan temukan betapa menyenangkannya hal yang anda pelajari.

Orang yang ingin belajar adalah orang ingin maju. Jangan sia-siakan waktu anda untuk berleha-leha hanya karena 'cap' membosankan yang tertempel di benak anda tentang belajar. Termasuk penyimpitan makna bahwa belajar itu haruslah di sekolah. Bahkan, waktu libur untuk siswa adalah waktu yang tepat untuk belajar. Belajar hal-hal yang di sekolah tidak dipelajari. Anda bisa pilih atau membuat aktivitas belajar anda sendiri: Belajar Menulis, Memasak, Membuat Mainan Anak-Anak, Menggambar, Membaca Quran, atau Sekadar Menambah Wawasan.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Sabtu, 01 Mei 2010

4 Aktivitas Produktif di Facebook


Sebagian besar masyarakat memandang bahwa bermain Facebook adalah aktivitas yang tidak produktif. Tapi sebagian besar dari mereka pun ikut bermain Facebook. Nampaknya ada semacam daya pikat ajaib yang membuat hal ini terjadi. Bahkan adik saya yang masih kelas 4 SD pun terus-terusan memaksa saya untuk membuatkannya akun Facebook.

Akan tetapi... Sebagaimana alat-alat lainnya, Facebook pun menyediakan pilihan bagi penggunanya: dipakai untuk kebaikan atau keburukan. Sehingga yang membuat bermain Facebook itu tidak produktif bukanlah Facebooknya, tapi penggunanya. Pengguna yang update status dengan nada makiaan, pengguna yang posting foto 'terlalu pribadi', pengguna yang add friend tanpa beraktivitas lainnya, dll.

Jadi, yang mesti diubah adalah aktivitas penggunanya. Lalu... Apa saja aktivitas produktif yang bisa kita lakukan di Facebook?

1. Berbagi Informasi
Dengan adanya mobile internet, semua orang bisa berinternet di manapun. Termasuk update status Facebook. Nah... Hal ini bisa anda manfaatkan untuk berbagi informasi sesegera mungkin. Seperti ketika anda membaca kutipan 'keren' di buku yang anda baca, menyimpulkan perilaku manusia yang ada di sekitar anda, memberi opini pada setiap kejadian, dll. Jelas, hal ini membuat anda bisa mengikat ide-ide yang terlintas dengan menuliskannya secara singkat di Status Facebook.

2. Meminta Informasi
Selain berbagi, anda juga bisa meminta informasi. Kerelaan berbagi yang tinggi dari pengguna Facebook membuat anda bisa melakukannya. Anda bisa membuat status dengan nada pertanyaan. Seperti menanyakan kebingungan, meminta pendapat, menanyakan pengalaman, dll. Dengan hal ini, anda bagaikan mewawancarai banyak orang dalam waktu singkat dan dari tempat yang berjauhan. Selain itu, hal ini juga bisa dimanfaatkan para marketer online untuk mengetahui data tentang konsumen mereka.

3. Berdiskusi
Lebih jauh lagi dari berbagi dan meminta informasi, anda pun bisa berdiskusi di Facebook. Keringkasan dan kepraktisan Facebook membuat diskusi itu jadi kian lancar. Anda bisa berdiskusi dengan cara berkomentar di status, note, maupun gambar teman anda. Anda bisa menguji pendapat anda dengan 'mengadunya' dengan pendapat teman anda. Sehingga arus informasi yang kian deras tetap dalam jalur pencarian kebenaran.

4. Mencari 'Common Interest Friend'
Sebagai situs pertemanan, tentu berteman adalah hal yang paling utama. Anda bisa mempunyai 'teman' bisa dia berada jauh dari anda. Itulah yang bisa anda manfaatkan jika anda sulit mendapatkan 'common interest friend' di dunia nyata. Anda bisa mengomentari note teman anda yang sama-sama suka sastra, wall-to-wall tentang partai politik yang sama-sama anda suka, dll. Yang jelas, hal ini membuat ketiga aktivitas di atas menjadi lebih 'berasa' dan efektif.

Facebook telah menjadi sebuah lingkungan baru bagi anda, bahkan mungkin ada sebagian dari kita yang menganggap facebook adalah internet itu sendiri. Untuk itu, prinsip lingkungan yang membangun harus dipraktekkan dalam aktivitas anda Facebook. Harus ada nilai tambah yang diberikan: entah oleh anda maupun lingkungan anda.

Bicara tentang produktif bukan hanya menghasilkan atau tidak. Tapi soal orientasinya. Apakah yang saya lakukan berguna dan memberi nilai tambah bagi saya untuk menghasilkan?

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes