Senin, 10 Desember 2007

Kompetensi dan Sertifikasi Dosen

Donny Gahral Adian

Seorang profesor di perguruan tinggi negeri terenyak saat seorang mahasiswa bertanya. Pertanyaannya sungguh di luar lingkar terjauh wawasan keilmuannya. Sejenak ia tercenung lalu mengentak, ”Saya minta pertanyaan tidak melebar dari apa yang saya terangkan!”

Mekanisme pertahanan sang profesor bertolak dari ketidaktahuannya. Alih-alih menyadari kelemahannya, ia justru mematikan iklim kuriositas. Universitas berkelas dunia? Tunda mimpi itu sebelum inkompetensi semacam ini dibenahi.

Sertifikasi dosen yang ramai dibincangkan belakangan, ibarat pahlawan kesiangan. Mutu pendidikan tinggi yang terus merosot berhulu pada inkompetensi pengajar yang tak juga dibenahi. Kita terlalu disibukkan infrastruktur yang bobrok untuk memikirkan hal ini. Kita sudah amat terlambat dalam mengurus hal ini. Tetapi sudahlah. Yang terpenting, apa yang bisa dibuat dalam suasana seperti ini.

Pertama, kita harus membuang jauh pikiran yang menyetarakan antara gelar dan kompetensi pengajaran. Banyak dosen bergelar profesor yang mengajar ala kadarnya. Alih-alih membina anak didiknya, tenaganya lebih banyak disumbangkan ke lembaga-lembaga non-akademis. Kuliah hanya sesekali dihadiri. Sisanya adalah tugas mandiri yang membebani mahasiswa. Jika ditanya, jawabannya selalu klasik: capaian finansial. Logika finansial membuat drainase pikiran berlangsung laten di dunia pendidikan tinggi kita.

Kedua, kita perlu berjarak dengan label ”selebritis akademis” yang melekat pada sebagian dosen. Dosen-dosen yang ”biasa di luar” ini tidak lagi mengabdi pada pengembangan keilmuan. Mereka hanya mempelajari apa yang bisa dijual. Akibatnya, pengetahuannya tak pernah beringsut maju. Teknologi informasi hanya dimanfaatkan untuk mencari informasi situasi politik, ekonomi, dan sosial terkini. Jurnal-jurnal internasional yang bisa diakses secara virtual tak pernah dijamah. Akibatnya, anak didik sering lebih progresif dalam keilmuan dibanding dosennya.

Kompetensi mengajar bukan sekadar teknik pedagogis, tetapi juga keluasan wawasan dan etika akademis. Jika dosen menganggap dunia akademis sebagai batu loncatan bagi karier politik, maka kualitas komitmen akademisnya pantas dipertanyakan. Profesionalitas di bidang akademis memang bukan hal yang mudah, di tengah pesona finansial lembaga-lembaga non-akademis. Namun, jika yang dipertaruhkan adalah mutu pendidikan tinggi, kita tidak bisa lagi mempertahankan dosen-dosen oportunis semacam itu. Masih banyak dosen muda yang memiliki komitmen tinggi pada dunia akademis meski tidak selebritis.

Bagaimana mengevaluasi teknik pedagogis, keluasan wawasan, dan etika akademis? Ini tentu tidak bisa diserahkan pada satu- dua lembaga secara terpusat. Ada dua sebab, pertama, pengajar yang paham betul teknik mendidik yang baik belum tentu berkualitas secara keilmuan. Kedua, jika menyangkut etika akademis dan keluasan wawasan, maka tak ada yang lebih paham selain instansi tempatnya bekerja. Karena itu, universitas yang bersangkutan mesti diberi wewenang untuk membuat tim evaluator yang berdedikasi tinggi. Tim dibentuk oleh universitas di masing-masing fakultas. Sertifikasi diberikan jika seorang pengajar lolos evaluasi di tingkat fakultas. Dengan ini kecemasan akan masifikasi sertifikat tidak lagi beralasan. Instansi yang bersangkutan akan amat selektif sebab menyangkut mutu pendidikan yang diselenggarakan.

Sertifikasi juga tidak berlaku seumur hidup. Seperti halnya akreditasi perguruan tinggi, ia diperiksa secara berkala (dua tahun sekali). Ia juga harus dibuat bertingkat mulai dari yang tertinggi (A) sampai terendah (C). Jika seorang pengajar turun nilainya sampai C, universitas (atas rekomendasi fakultas) tidak segan-segan mencabut sertifikasinya. Dengan kata lain, pengajar yang bersangkutan dianggap tidak kompeten mengajar. Ini bisa berlaku di semua universitas mengingat perguruan tinggi negeri kini sedang atau sudah menjadi BHMN.

Persoalannya, apa peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi? Lembaga itu berfungsi sebagai regulator dan mengawasi agar regulasi yang ada benar-benar dijalankan. Fungsi evaluasi tetap diserahkan pada universitas di bawah pengawasan Dirjen Pendidikan Tinggi. Fungsi pengawasan pun sebenarnya bisa didelegasikan kepada universitas bersangkutan. Tiap universitas memiliki senat akademik universitas dan fakultas. Tim evaluator pada tiap fakultas akan diperiksa oleh senat akademik fakultas untuk kemudian diperiksa kembali di tingkat universitas.

Memang tidak mudah membenahi masalah pendidikan tinggi kita. Namun, evaluasi profesionalitas akademis (etika akademis, teknik pedagogis, wawasan) adalah langkah pertama yang penting. Kita tidak bisa mengandalkan kemauan baik tiap dosen untuk memperbaiki diri. Sebuah sistem evaluasi yang ketat dengan imbalan dan hukuman yang proporsional harus benar-benar dijalankan. Setelah itu, kita baru bisa berbicara tentang universitas berkelas dunia (world class university).

Donny Gahral Adian Ketua Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Sertifikasi Dosen Dimulai 2007
Penulis: Iis Zatnika

JAKARTA--MIOL: Sertifikasi dosen akan dimulai pada 2007 mendatang, di mana nantinya dosen yang telah mengantongi sertifikasi akan mendapat tambahan tunjangan fungsional yang besarannya belum ditentukan pemerintah.

Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Satryo Sumantri Brojonegoro mengungkapkan hal itu usai membuka Kongres Asosiasi Dosen Indonesia di Jakarta, Rabu.

Satryo mengungkapkan Peraturan Pemerintah (PP) yang menjadi payung hukum program tersebut kini tengah disusun pihaknya. Rencananya, PP tersebut akan dikeluarkan berbarengan dengan PP tentang sertifikasi guru.

Sebelumnya, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fasli Jalal mengungkapkan Depdiknas akan menerbitkan sejumlah PP yang menjabarkan UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Juli 2006. PP tersebut di antaranya mengatur tentang sertifikasi guru serta dosen.

Satryo mengungkapkan untuk mendapatkan sertifikasi, seorang dosen harus menempuh proses pelatihan di sejumlah perguruan tinggi (PT). Pemerintah akan menunjuk PT-PT yang dianggap layak melakukan proses pelatihan tersebut.

Setelah melalui pelatihan, mereka diwajibkan mengikuti ujian sertifikasi untuk mengukur kompetensi mereka sebagai pengajar. Selama mengikuti proses tersebut, dosen-dosen tersebut tetap mengajar di kampusnya masing-masing.

"Rincinya belum bisa saya sebutkan, tapi yang jelas tunjangan fungsional itu kita alokasikan dari anggaran negara," ujar Satryo.

Satryo mengaku belum dapat memberikan keterangan rinci tentang jumlah dosen yang akan masuk dalam program tersebut.

Ia juga menolak menyebutkan daftar kampus yang nantinya akan ditunjuk pemerintah. Prosedur rinci termasuk tahapan yang harus dilalui dosen untuk mendapat sertifikasi tersebut masih terus digodok Depdiknas.

Kendati begitu, Satryo memastikan bahwa pemerintah akan mengatur dengan tegas agar semua dosen, baik itu yang mengajar di kampus negeri maupun swasta memiliki tempat mengajar utama atau home base.

Para dosen tetap diperbolehkan mengajar di berbagai kampus, dengan batasan jumlah tertentu yang dianggap layak. Namun, ia harus terdaftar resmi di satu kampus tertentu.

Guna mewujudkan hal itu, kata Satryo, pihak kampus tetap harus memberikan kesejahteraan yang layak bagi para dosennya. Pasalnya, selama ini sebagian dosen terpaksa mengajar di berbagai kampus sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketua Pengarah Kongres Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Zoer'aini Djamal mengungkapkan sebagian besar dosen terpaksa menjadi dosen terbang untuk dapat hidup layak. Sebagian bahkan mengajar di delapan kampus sekaligus. Namun, umumnya dosen mengajar di tiga sampai empat kampus.

"Sebenarnya ketika seorang dosen mendapat jabatan akademik yang diberikan pemerintah, ia sudah terikat aturan tidak mengajar lebih dari tiga tempat," ujar Zoer'aini.

Persoalan lainnya yang tak kalah krusial, kata Zoer'aini, adalah masih rendahnya kualitas dosen di Indonesia.

Indikator utamanya adalah tingkat pendidikan. Hampir 70 persen dosen di Indonesia hanya mengantongi ijasah S1. Hal itu jelas menyalahi ketentuan. Pasalnya, pemerintah mewajibkan dosen untuk strata satu mengantongi gelar master.

"Penyebabnya macam-macam, sebagian kampus belum mampu menyekolahkan dosennya kembali. Di sisi lain, dosen juga tak mampu bersekolah kembali karena kesejahteraannya kurang," kata Zoer'aini.

Kondisi itulah, kata Zoer'aini, yang kemudian menyebabkan sebagian besar dosen makin jauh dari tataran ideal.

Kewajiban untuk melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat tentu sangat sulit direalisasikan dalam kondisi yang serba terbatas. Kesibukan dosen mengajar di berbagai kampus serta minimnya rangsangan yang diberikan kampus serta pihak industri, membuat dosen makin terpisah dari masyarakat. (zat/OL-03)

Sumber : Media Indonesia online, 1 Desember 2007

Selasa, 18 September 2007

E-BOOK dalam perkuliahan


Perkembangan teknologi semakin cepat, apa yang sulit dengan informasi bahkan dulu setengah mati mencari informasi leteratur, maka sekarang ini semakin mudah sekali, serasa dunia ada dalam genggaman, bahkan dengan adanya internet kita bisa merubah sistem perkuliahan jarak jauh seeprti materi kuliah, tugas-tugas perkulihan bisa diakses lewat situs-situs sejenis weblog yang semakin marak, bahkan metode imla dan mencatat mulai tersisih, tapi jangan sampai hilang human relation antara dosen dengan mahasiswa yang tidak bisa diganti dengan teknologi, artinya teknologi untuk memudahkan kehidupan tapi kehidupan janganlah meninggalkan unsur manusiawinya yang kerap hilang dari pesatnya sebuah teknologi, tapi kita akan tertinggal jauh kalau tanpa terus mengikuti keuniversalan dunia cyber yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun, walau dirasa masih terlalu mahal di Indonesia.

E-book sebagai alternatif
E-Book adalah secara sepintas dapat diartikan sebagai bentuk elektronik dari buku ( book in electronic version ) Kata "E-book" berasal dari bahasa Inggris, singkatan dari electronic book, dalam bahasa Indonesia artinya adalah buku elektronik. Buku elektronik bukanlah buku yang mempelajari tentang elektronik, melainkan berupa data-data atau informasi yang tampilannya dibuat seperti buku kemudian direkam secara elektronik agar dapat dijalankan E-book adalah tulisan fiksi atau nonfiksi yang disampaikan dalam bentuk digital. 

Biasanya dalam komputer atau alat pembaca e-book. Karena e-book dapat dibuat dengan biaya yang rendah karena dapat mencakup seluruh dunia dalam pendistribusiannya lewat internet dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar ( tidak memerlukan tempat buku, lemari buku dan sebagainya), e-book memiliki potensi yang besar di masa depan untuk menggantikan buku cetak konvensional. Alat yang dapat menyimpan dan menampilkan (e-book viewer) biasa disebut e-book oleh kebanyakan orang. 

Tulisan yang ada dalam e-book diambil dari sumber ke komputer atau e-book viewer dengan perantaraan modem atau dengan koneksi internet yang lain. Beberapa e-book viewer tidak dapat mendownload teks dan harus terkoneksi dengan komputer dalam rangka mengambil e-book ke dalam memory. Setelah e-book terambil dari komputer atau dari sumber, maka memerlukan sebuah software untuk membaca atau menampilkannya ke dalam e-book viewer atau dalam layar monitor. 

Kebanyakan dari e-book viewer bertenagakan baterai, sehingga dapat dibawa-bawa ke mana saja, sama seperti buku konvensional. Teks dalam e-book ditampilkan dalam betuk halaman, yang dapat di kontrol dengan tombol UP untuk ke atas halaman DOWN, untuk ke bawah halaman, FORWARD untuk lanjut ke halaman berikutnya atau tombol BACK untuk kembali ke halaman sebelumnya. Beberapa e-book viewer dapat tahan hingga 40 jam atau lebih untuk mode baca sebelum baterai diisi ulang. Dapat anda lihat situs e-book free di internet seperti 

(sumber: berbagai sumber)

Experientalism learning versus verbalism learning

Berbicara mengenai perkuliahan jelas bagi sebagian mahasiswa sangat membosankan kalau didalamnya tanpa didasari target yang jelas dan kegiatan pendukung yang bisa membuatnya sebuah perkualiahan sebagai fun learning.

Konsepsi lecture fun learning ini mungkin terdengar lain bagi mahasiswa dengan mengurangi paradigma verbalisme semata hanya menghapal bukan memahami, membaca tanpa menganalisa dan mempraktekan tanpa mengambil nilai. Pola belajar yang menekankan pada eksperiental dalam belajar jelas jauh lebih bermakna, apalagi disesuaikan dengan pengalaman factual di lingkungannya kemudian diasah dengan aktifitas organisasi.

Mahasiswa komputer terasa lain nilainya manakala teori dasar perkuliahan bisa disesuaikan dengan banyak berkecimpung dalam bisnis pemerograman ataupun membuka biro jasa pengetikan perakitan komputer. Bukan nanti saja kalau sudah beres kuliah, tapi tentu saja belajar eksperiental inilah hanya dilakukan oleh beberapa mahasiswa. Dan ada kecenderungan mereka kuliah sambil bekerja dan selebihnya mereka kuliah sekedar menyerap teori tanpa mengaplikasikan langsung. sehingga ketika selesai kuliah mereka kebingungan dengan langkah hidup mereka, kompetensi mereka terlalu teoritikal bahkan banyak yang beljaar otodidak malah jauh lebih kompeten dibandingkan mereka yang secara akademis mendalaminya.

Belajar eksperiental inilah yang mendorong adanya program PKL yang memberikan pengalaman kerja dan pengalaman berkomunikasi dengan manusia. Jadilah mahasiswa yang berfikir kedepan dalam menghadapi ketatnya persaingan dunia kerja dengan terus meningkatkan pengalaman kerja dengan dukungan teori ternyata belum cukup.

STRATEGI PEMBELAJARAN ERA DIGITAL

Usulan Skenario Dalam Menyambut Transformasi UPH Sebagai Kampus Digital

Wiryanto Dewobroto [1]

Abstrak

Tiga pilar utama konsep kampus digital adalah komputer, internet dan content. Dua yang pertama merupakan infrastruktur yang tergantung dari luar, yaitu vendor penyedia teknologi , yang awalnya dapat dipilih tetapi selanjutnya harus mengikuti sistem tersebut. Pilar ke-tiga yaitu content, materinya sangat bervariasi tetapi tentunya harus sesuai dengan pemakai. Dalam kampus digital yang dimaksud dengan pemakai adalah mahasiswa - dosen - staf administrasi, oleh karena itu suatu content yang baik jika mencakup ketiganya. Untuk mendapatkan kesuksesan penerapan kampus digital dari sisi pembelajaran (mahasiswa-dosen) maka content yang dihasilkan dosen mempunyai peran yang cukup besar kalau tidak mau dikatakan yang utama. Tulisan ini mencoba menelaah lebih jauh bagaimana strategi mengisi content pembelajaran digital dari sisi dosen . Suatu usulan skenario dalam menyambut era pembelajaran digital di kampus UPH.

Kata Kunci : kampus digital , komputer – internet – content , pembelajaran digital

1 Pendahuluan

Kebijakan penyediaan Tablet-PC bagi mahasiswa baru Universitas Pelita Harapan (UPH) tahun akademi 2005 / 2006 , merupakan petunjuk kuat bahwa UPH akan memasuki era kampus digital (dari berbagai sumber, a.l : Aneka Infokom Tekindo; Toshiba Asia; Lili serta Widyasworo, 2004). Apakah kampus digital lebih unggul dibandingkan kampus tradisional ? Suatu pertanyaan menantang yang tergantung dari definisi “kampus digital” itu sendiri, salah satunya adalah “segala usaha untuk mengubah sumber daya kampus yang ada ke dalam bentuk digital berbasis internet , melalui alat atau instrumen yang canggih, sedemikian rupa sehingga kehidupan nyata kampus dapat ditingkatkan melebihi waktu maupun ruang yang ada” (Teamsun, 2004). Sumber daya itu meliputi semua informasi di lingkungan kampus (jadwal transportasi yang tersedia, perbankan, kantin, ketersediaan fasilitas), sumber daya material (buku, materi/modul pembelajaran) sampai dengan aktivitas kampus (proses belajar dan mengajar, manajemen dan pelayanan administrasi). Jika demikian halnya maka jelaslah bahwa kampus digital akan lebih unggul jika dibandingkan dengan yang tradisional. Bayangkan, perpustakaan dapat diakses malam hari langsung dari rumah, tugas dikumpulkan melalui email, pengumuman kampus diakses tanpa harus ke kampus, dan sebagainya.

Teknologi Informasi (TI) yang merupakan tulang punggung kampus digital, didukung oleh tiga komponen utama : Computer, Communication dan Content. Tentulah yang dimaksud dengan Communication di atas adalah jaringan internet. Dengan adanya jalinan kerjasama UPH dengan tiga vendor raksasa teknologi yaitu Microsoft-Intel-Toshiba maka sudah diperoleh jaminan bahwa dua komponen pertama di atas pasti akan berfungsi sebagaimana dimaksud, sedangkan komponen Content tidak sepenuhnya dapat dijamin keberhasilannya karena tergantung dari manusia-manusia pengelola maupun pemakainya.

Kompetensi SDM pengelola sistem TI tidak perlu dibicarakan karena mereka tentu dipilih yang profesional dan selama ada koordinasi serta pelatihan yang baik dari vendor-nya, pastilah sistem TI dapat bekerja sesuai spesifikasi yang diminta. Jadi, yang memerlukan persiapan baik adalah para pemakai umum, yaitu pemakai statis dan dinamis.

Pemakai statis adalah para operator komputer, yang mengoperasikan komputer sebagai bagian dari prosedur kerjanya yang bersifat rutinitas. Kesiapan pemakai statis dapat segera diusahakan, misalnya dengan training-training yang intensif maupun akibat kebiasaan mengerjakan tugasnya secara rutin dan terkontrol, sehingga pada akhirnya rutinitas pekerjaan tersebut dapat berproses dengan lancar. Pemakai statis kebanyakan terdiri dari karyawan staff (manajemen, pelayanan dan administrasi) yang bertugas memasukkan data input berdasarkan format yang telah ditentukan, maupun pengetikan surat-surat berdasarkan permintaan tertentu yang formatnya sudah baku dan sebagainya. Berkaitan dengan baku, hal itu mudah dipahami karena terkait dengan sifat konsisten, stabil dan tidak sering berubah-ubah.

Pemakai dinamis, suatu istilah yang diberikan kepada sekelompok atau perseorangan yang dalam kapasitasnya mempunyai kewenangan dan mampu untuk secara kreatif membuat terobosan baru di luar rutinitasnya. Pemakai dinamis membuat atau mengembangkan content sedemikian rupa sehingga content kampus digital tersebut menjadi suatu yang bersifat dinamis, berubah, menjadi sesuatu yang selalu tumbuh dan berkembang, dan menjadi hidup. Pemakai dinamis diharapkan berasal dari staf pengajar atau dosen dan selanjutnya akan berimbas pada mahasiswa bimbingannya.

Perlu juga dipikirkan : apakah perlu dibentuk juga wadah (dalam kampus digital) untuk menampung kreatifitas pemakai dinamis yang bukan dari dosen, yaitu untuk menampung karya cipta dari pribadi yang sebelumnya hanya dianggap sebagai pemakai statis saja.

Pemantauan produktivitas dari kedua pemakai tersebut tentu saja berbeda. Efektivitas maupun kualitas hasil pekerjaan dari pemakai statis lebih mudah dipantau dibandingkan dengan efektivitas dan mutu hasil kerja pemakai dinamis. Untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang keberhasilan kerja dari pemakai dinamis maka pengelola kampus diharuskan mempunyai rambu-rambu tertentu sejauh mana kreativitas yang dibuat dapat dianggap memberikan benefit bagi kampus secara keseluruhan.

Dalam mengevaluasi, harus ada tindakan yang tegas dan nyata bila content yang dibuat mengandung materi yang bersifat asusila, SARA, plagiat , pelanggaran hak cipta atau HAKI (hak atas kekayaan intelektual). Dengan menyatakan diri sebagai kampus digital berarti masuk dalam era dimana materi-materi yang telah berbentuk digital dapat dengan mudah digandakan, di-copy dan disebarluaskan tanpa mengurangi kualitas dari materi itu sendiri. Dengan demikian, bila tidak ada usaha menghormati hak cipta orang lain (tetap menggunakan software bajakan), maka hasil ciptaan kitapun tidak dihargai orang lain. Bila demikian halnya, mengapa harus mencipta ?

Tulisan berikut memberi usulan atau wacana bagaimana agar dosen dapat berperan aktif dalam membuat content kampus digital. Karena yang membedakan mutu antara satu kampus digital dengan kampus digital lain yang utama adalah materi content-nya. Tahapannya dimulai dengan pembentukan motivasi, kemudian diberikan kiat-kiat praktis yang disesuaikan dengan bidang profesinya serta akhirnya usulan langkah bersama apa yang sebaiknya dilaksanakan untuk proses pengisian content tersebut.

2 Kajian Teori dan Bahasan

2.1 Mengenal Kampus Digital Tetangga

Sebelum membicarakan strategi pembelajaran digital, akan menarik jika dilakukan tinjauan terlebih dahulu universitas mana saja yang telah menyelenggarakan kampus digital. Adanya studi banding / benchmarking terhadap kampus digital yang sudah ada, akan diperoleh informasi yang diperlukan untuk membangun sistem kampus digital yang optimal, baik dari sisi kesiapan dana maupun dari sumber daya manusianya.

Dari hasil pencarian di internet ada dua universitas yang cukup menarik untuk ditampilkan, sedangkan dua universitas yang lain cukup diberikan alamat website-nya.

2.1.1 Universitas Waseda, Jepang

Infrastruktur : Komputer dan Internet

Digitalisasi kampus Okuba, Universitas Waseda, didukung dengan disediakannya kurang lebih 600 komputer dengan sistem operasi Windows dan UNIX , yang bebas dipakai mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas kampus maupun untuk keperluan pribadi. Selain itu , sekitar 5000 komputer di dalam kampus termasuk di pusat riset dan laboratorium terkoneksi dalam jaringan internet berkecepatan tinggi.

Jaringan kabel serat optik mendukung jaringan Ethernet Gigabit dalam kampus. Ada beberapa jalur Gigabit yang terhubung ke sumber luar kampus didesain untuk kecepatan yang dapat diandalkan , dilengkapi firewall dan alat keamanan jaringan yang memadai.

Pada ruang-ruang terbuka di kampus (misalnya di student lounges) tersedia koneksi jaringan LAN dan nirkabel (IEEE-802.11b) , sehingga laptop mahasiswa dapat terhubung ke jaringan internet. Ada kelas khusus yang didesain untuk pembelajaran berbasis jaringan (network style learning) sehingga mahasiswa dapat memakai komputer laptop-nya di kelas.

Komunikasi

"Waseda-net mail" adalah alamat email yang diberikan kepada mahasiswa baru untuk berbagai keperluan, misalnya : mengumpulkan tugas kelas, konsultasi dengan pengajar, dan komunikasi antar-mahasiswa. Email diharapkan dapat menjadi bagian hidup mahasiswa.

Perlu diketahui bahwa alamat email tersebut tetap dapat diaktifkan meskipun mahasiswa tersebut telah lulus. Ini merupakan strategi jitu universitas untuk selalu dapat berhubungan dengan alumninya, misalnya untuk mendapatkan umpan balik, promosi kegiatan, dan juga fasilitas bagi alumni untuk selalu terkoneksi dengan jaringan antar alumni, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut dapat terlaksana dengan baik karena infrastruktur yang tersedia sudah sangat baik (cepat) dan andal (setiap saat dan dari mana saja dapat diakses).

Setelah log-in pada Portal Web Waseda maka siswa mendapat berbagai pelayanan on-line, misalnya pendaftaran email, melihat hasil ujian dan informasi karir. Selain itu, dapat juga berfungsi untuk mendukung pembelajaran di kelas apabila diminta, misalnya menampilkan materi yang dapat di down-load, maupun mencari laporan-laporan yang pernah terbit. Jadi, Portal Web Waseda menjadi interface kampus yang dapat diakses setiap saat.

Tersedia juga "Web Site untuk telpon selular" , mahasiswa dapat memanfaatkan untuk mendapat informasi terkini mengenai pengumuman kampus , misalnya pembatalan kelas (jika ada), jadwal pengajaran dan ketersediaan komputer atau ruang yang dapat dipakai. Tidak disebutkan apakah sudah ada usaha untuk memanfaatkan SMS untuk pembelajaran.

Pendidikan dan Pengajaran

Kecuali menyediakan infrastruktur dan pelatihan penggunaannya, pihak universitas juga mempersiapkan satu mata kuliah khusus yang dapat mempersiapkan mahasiswa untuk mempelajari dasar-dasar teori, kelebihan maupun keterbatasan teknologi yang dipakai, sehingga mahasiswa dapat memanfaatkannya secara efektif untuk kehidupan kampus.

Semester pertama, mahasiswa baru diberi mata kuliah Information Literacy tentang dasar-dasar komputer maupun etika pemakaian komputer dalam jaringan, dilanjutkan dengan praktik penggunaan email dan program aplikasi pengolah kata serta lembar kerja.

Universitas juga menawarkan mata kuliah Introduction to Information Technology, yang mempelajari keterampilan maupun teori manajemen informasi yang diperlukan agar dapat memanfaatkan teknologi informasi secara efektif. Selanjutnya, jika siswa berminat mempelajari lebih jauh tentang aplikasi komputer maka mereka dapat mengikuti seminar-seminar pilihan , misalnya cara pembuatan website, pemrograman dan lain-lainnya.

Piranti Pembuatan Materi Digital

Kampus Okuba dilengkapi dengan fasilitas berteknologi visualisasi yang dapat digunakan untuk aktifitas kreatif dalam riset, pengajaran maupun eksperimental data. Suatu video dan audio yang berkualitas tinggi, dapat dibuat dengan sistem pemrosesan gambar digital yang bersifat full digital non-linear editing systems maupun digital multi-recorders. Selanjutnya, semua material pengajaran dan riset yang dibuat dapat disimpan dalam berbagai bentuk format media.

Tersedia fasilitas pengajaran dan konferensi jarak-jauh yang interaktif melalui berbagai sistem jaringan komunikasi seperti kabel optik (Nish-Wased-Toyama), CATV (Okubo Campus), ISDN. Satelit, dan sebagainya.

Jaringan Khusus Pendukung Riset

Infrastruktur jaringan yang dikhususkan untuk riset akademik (Super SINET) disediakan untuk berbagi informasi riset, sehingga data digital dapat ditransfer dalam kecepatan gigabit antar lab-lab riset atau universitas lain. Super SINET juga dipakai untuk riset thesis melalui basis-data informasi akademik dan jurnal elektronik.

2.1.2 Universitas Gajahmada, Yogyakarta

Sebenarnya belum ada pernyataan resmi bahwa UGM telah menjadi kampus digital, meskipun demikian menurut laporan Prastowo (2004) , terlihat bahwa ada usaha ke arah itu .

Infrastruktur : Komputer dan Internet

Sejak tahun 2002 , UGM mulai membangun jaringan kabel serat optik , sehingga pada saat ini telah terbangun jaringan ethernet dengan bandwidth 1 gbps (giga atau milyar bit per second), sedangkan konektivitas Internet ke luar UGM sampai dengan 10 mbps (mega atau juta bit per second). Jaringan itu menjadi tulang punggung infrastruktur internet di kampus UGM. Selanjutnya, universitas hanya menyediakan simpul-simpul yang terhubung ke tulang punggung jaringan, sedangkan titik-titik akses diusahakan sendiri oleh unit kerja yang bersangkutan. Untuk mendapatkan integrasi yang baik maka Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) UGM bertugas sebagai konsultan ahlinya.

Di lingkungan kampus UGM, terminal akses publik dibangun oleh masing-masing unit kerja. FMIPA UGM telah memiliki Student Internet Center dengan kapasitas 100 unit komputer. Di Fakultas Teknik ada FasNet , demikian pula di Fakultas Kedokteran dan Ekonomi telah diadakan lokasi-lokasi tertentu yang bisa digunakan untuk akses ke jaringan. Saat ini ada sekitar 2400 unit PC terhubung secara langsung di jaringan kampus UGM.

Untuk membantu dosen dalam memakai teknologi digital, ada usaha pengadaan notebook dengan cara cicilan, di tingkat Universitas digelar di Bagian Kerjasama UGM, sedangkan di tingkat Fakultas bersifat optional misalnya di Fakultas Farmasi.

Fasilitas Email dan Web-Site

Fasiltas email diberikan untuk staf karyawan atau dosen, tetapi itu tergantung dari unit kerjanya masing-masing. Domain http://nama.staff.ugm.ac.id disediakan untuk publikasi pribadi staf akademik dan non akademik UGM. Fasilitas tersebut dapat digunakan dosen untuk meng-on-line-kan materi digitalnya ke publik (murid).

Pendidikan dan Pengajaran

Wawasan teknologi informasi yang terkait dengan bidang ilmu yang diambil umumnya sudah ada dalam kurikulum perkuliahan, misalnya “bahasa pemrograman komputer” di fakultas teknik. Untuk fakultas-fakultas tertentu yang belum memasukkan pelajaran seperti itu maka UPT Pusat Komputer (sekarang UPU Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi UGM) akan mengambil alih dengan menyelenggarakan kursus-kursus lepas bersertifikat yang dapat diikuti oleh mahasiswa yang berminat.

2.1.3 Kampus Digital Lain

Kecuali dua kampus yang telah disampaikan terdahulu maka informasi tentang kampus digital dapat dicari dengan bantuan internet, misalnya dengan memanfaatkan mesin pencari Google dengan kata kunci “digital campus”, antara lain :

2.2 Pembelajaran di Era Digital

2.2.1 Virtual University ke Digital Campus

Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi mengubah cara pandang , cara kerja dan sekaligus implementasi dalam bidang pembelajaran , hal tersebut ditandai dengan munculnya istilah-istilah baru seperti eBook, e-learning , cyber university. Akar kata cyber adalah cybernetics, yang artinya tentang “cara untuk mengendalikan (robot) dari jarak jauh”, jadi kata cyber berkaitan dengan “pengendalian” dan “jarak jauh”. Oleh karena itu cyber university terkait dengan hal lain seperti distance learning, cyber campus, virtual university, e-education, e-classes dan bentuk kelas jarak jauh lainnya yang memberikan gelar (degree) kepada pesertanya. Berbeda dengan konsep pembelajaran jarak jauh tradisional yang menggunakan korespondensi (surat-menyurat), maka cyber university memakai komputer dan internet untuk melaksanakan kegiatan atau fungsinya. Jadi, interaksi yang dapat diberikan tidak terbatas pada materi yang pasif (surat), tetapi juga materi yang bersifat interaktif, baik melalui surat-menyurat (email / chating), video dan telekonferensi, maupun bentuk-bentuk lain yang layaknya ada pada kegiatan universitas tradisional. Oleh karena itu , cyber university populer juga disebut sebagai virtual university.

Untuk beberapa lama, konsep virtual university menjadi fokus yang menarik untuk dibahas dan diterapkan , dan menjadi saingan dari universitas tradisional. Mahasiswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja sesuai yang diinginkan. Ahli-ahli dari berbagai belahan dunia dapat saling menghasilkan materi perkuliahan dalam bentuk digital dan didistribusikan via internet. Aktivitas pembelajaran didukung oleh telekonferensi berbasis internet, sehingga pengajar menjawab pertanyaan, mendiskusikan materi dan membantu memecahkan permasalahan tanpa harus datang ke kampus.

Dalam kenyataan cyber university belum bisa menggantikan peranan universitas tradisional yang mempunyai keunggulan dapat mewadahi terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, sehingga terjadilah proses benchmarking, terjadinya kompetisi, yang akhirnya terjadilah transformasi tidak hanya pada pengetahuannya melainkan juga mental pribadi mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu, timbul keinginan untuk mewujudkan fasilitas pendidikan yang dapat menggabungkan keunggulan dari konsep tradisional dan modern (cyber university), bahkan menggabungkan trend yang saat ini sedang berkembang yaitu mobile (tidak tergantung tempat / di mana saja) sehingga menjadi sesuatu yang baru yang disebut notebook-university, (Stratmann dan Kerres, 2004) atau tablet PC - university.

Dalam notebook - university maka fokusnya berubah dari virtual university ke digital campus, sesuai dengan definisi awal yang diberikan Teamsun. Proses selanjutnya dalam mengisi kampus digital adalah mengatasi perbedaan yang terjadi antara dunia nyata dan dunia virtuil (cyber) untuk menghasilkan lulusan yang berkompetensi sesuai bidangnya. Jangan sampai lulusannya nanti mempunyai kemampuan yang virtuil (tidak nyata).

2.2.2 Piranti Pengembangan dan Presentasi

Langkah awal dalam kampus digital adalah membuat materi digital untuk pembelajaran. Karena komputer sudah lama dipakai sebagai mesin ketik, maka proses pembuatan materi digital untuk materi kuliah maupun soal-soal ujian bukan suatu kendala. Program yang banyak dipakai adalah Microsoft Word, program tersebut mempunyai kemampuan yang melampaui mesin ketik itu sendiri. Bila dipakai dengan benar, tidak hanya pengetikan surat, atau materi kuliah bahkan sampai pembuatan buku dapat ditangani dengan baik. Selanjutnya file digital yang dihasilkan program tersebut dapat ditransfer dengan mudah ke format digital yang lain (html, teks ASCI dan pdf).

Untuk keperluan presentasi diperlukan program aplikasi khusus, di mana Microsoft Powerpoint sudah menjadi standar untuk presentasi materi tulis , gambar bahkan suara. Proses pemindahan dari Word ke Powerpoint bukan masalah yang serius, karena kedua program tersebut terintegrasi dalam Microsoft Office sehingga dapat dikerjakan secara mudah. Dalam perkembangannya ada program lain yang dipakai sebagai presentasi yaitu Macromedia Flash yang sebelumnya banyak dipakai sebagai pembuatan animasi interaktif di internet. Tahap akhir adalah alat presentasi itu sendiri, diperlukan alat yang lebih dari sekedar OHP, untuk dapat menampilkan materi digital diperlukan fasilitas Multimedia Projector atau Proyektor LCD. Keberadaan Multimedia Projector di kelas-kelas atau kemudahan mendapatkannya untuk pembelajaran, dapat menjadi indikator kesiapan sebagai kampus digital yang sesungguhnya.

Tersedianya hal-hal di atas sudah cukup untuk memulai dan mengisi pembelajaran digital , tentunya dengan anggapan bahwa setiap dosen sudah dibekali dengan laptop secara individu. Peminjaman laptop pada saat perkuliahan tidak akan efektif, ibarat pemain pada pertunjukan maka diperlukan jam terbang lebih , agar teknologi dapat dikuasai secara optimal. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa untuk menguasai laptop dan dapat memanfaatkan secara baik maka jam perkuliahan adalah bukan waktu yang baik untuk mempelajarinya tetapi di luar waktu itu, bahkan malam hari adalah paling ideal. Bagaimana itu bisa dilakukan jika itu laptop pinjaman ? Adanya bantuan keuangan untuk pengadaan laptop bagi dosen (meskipun itu cicilan) jelas akan mendukung kesuksesan kampus digital.

Pada mata kuliah tertentu, tampilan gambar-gambar baik berupa foto, chart, bagan alir, dan sebagainya kadang-kadang diperlukan, untuk itu sebaiknya disediakan mesin scanner dan camera digital. Mesin scanner cocok untuk meng-capture gambar dari photo atau buku atau majalah atau bentuk kertas yang lain, sedangkan camera digital cocok untuk menangkap image 3D , misalnya patung, produk kesenian dsb. Selanjutnya, agar image yang diperoleh dapat dimanipulasi sesuai kebutuhan maka sebaiknya program khusus Adobe Photoshop perlu dikuasai.

Teknologi lain yang perlu dipertimbangkan adalah camera video (camcoder) karena dapat merekam gambar video dan suara. Bayangkan bagaimana suatu petunjuk praktikum bila dapat dibuat rekaman videonya dan dikemas secara khusus dalam CD Multimedia, tentulah akan sangat membantu mahasiswa. Dengan menugaskan mahasiswa untuk melihat dan mempelajarinya terlebih dahulu sebelum praktikum yang sesungguhnya maka kegiatan pembelajaran akan lebih efektif. Program untuk membuat CD Multimedia adalah Macromedia Director, sedangkan versi internetnya yang populer adalah Macromedia Flash. Sebenarnya ada produk Macromedia lain yang dikhususkan untuk CD Multimedia pendidikan yaitu Macromedia Authorware, tetapi di Indonesia masih jarang pemakaiannya. Informasi dari editor PT. Elex Media Komputindo (komunikasi pribadi), belum ada buku yang diterbitkannya tentang Macromedia Authorware, sedangkan Macromedia Director sudah ada 3 buah, dan tak terhitung yang Macromedia Flash.

Catatan : camcoder sudah digunakan sebagai alat bantu pengajaran , tetapi pada umumnya hanya diproses menjadi film Video CD dan digunakan seperti halnya menonton film-film biasa, sedangkan CD Multimedia adalah gabungan video, teks, gambar dan suara yang bersifat interaktif yang dapat menyesuaikan dengan kemauan pemakai. Jika hanya untuk pemrosesan video maka program aplikasi yang diperlukan adalah Adobe Premier dan komputer berkinerja tinggi.

Kadang-kadang suatu gambar tidak tersedia untuk di-scan, tetapi dapat dibuat sketch-nya secara mudah, untuk itu menguasai program menggambar vektor seperti AutoCAD , Corel Draw, Adobe Illustrator, Macromedia FreeHand, sangat membantu. AutoCAD telah menjadi standar industri dalam bidang teknik dan menjadi kurikulum wajib, seperti misalnya di Jurusan Teknik Sipil UPH yang diberikan di semester pertama. Program-program yang lain pada umumnya populer digunakan di kelas-kelas seni atau desain.

2.2.3 Website , e-mail dan Konferensi Online

Dalam kampus digital , selain pertemuan kelas adalah memanfaatkan jaringan internet. Tahap awal adalah komunikasi satu arah dengan menampilkan materi kuliah dalam web-site dosen , sehingga mahasiswa dapat melakukan down-load materi-materi digital untuk selanjutnya dipelajari. Selain itu, dapat juga untuk menampilkan file pekerjaan mahasiswa sehingga dapat dipelajari oleh rekan mahasiswa lainnya.

Pada tahap ini yang ideal adalah para dosen dapat membuat sendiri website-nya, mengapa demikian ? Seperti halnya produk karya tulis lainnya, tentu akan berbeda jika suatu ide dapat ditulis sendiri dengan ide yang dituliskan orang lain. Karena bagaimanapun juga suatu karya tulis akan mempunyai karakter yang khas dari penulis itu sendiri. Untuk suatu content website yang terbatas, program MS-Word dan MS-PowerPoint telah menyediakan fitur untuk mengubah formatnya ke format html yang selanjutnya dapat di up-load ke server. Untuk mendapatkan suatu content yang optimal (ukuran kecil, fitur lengkap) maka sebaiknya menggunakan program-program khusus untuk pengembangan website , antara lain yang populer adalah Macromedia Dreamweaver atau Microsoft Frontpage.

Dalam praktik, mewajibkan staf pengajar untuk membuat website sendiri, tentu tidaklah mudah. Salah satu strategi, sebaiknya pihak universitas membuat suatu team khusus untuk mengelola suatu portal web pembelajaran dan membuat template-template khusus untuk dapat digunakan untuk menuliskan content web-site. Dengan sedikit pelatihan maka para dosen tinggal mengisi template tersebut , dan apabila masih kurang jelas dapat berkonsultasi lagi dengan team khusus tersebut. Hasil content dari para dosen sebaiknya direviu, agar sama kualitasnya antara satu dengan yang lain. Materi yang direviu adalah yang bersifat umum, misalnya format dsb. Karena web-site yang dibuat akan mencerminkan lembaganya maka sebaiknya pembuatan web-site oleh dosen dianggap seperti “penulisan makalah ilmiah”, termasuk juga pemberian insentif jika memenuhi suatu kualitas tertentu.

Cara yang paling mudah untuk membuat suatu website berkualitas adalah dengan melihat contoh website yang sudah ada. Sebagai catatan bahwa website yang baik belum tentu yang paling banyak gambar atau animasinya. Suatu website yang baik adalah yang mampu menjawab keingintahuan pengunjung secara cepat. Jika itu website dosen, maka selain materi perkuliahan yang ditampilkan sebaiknya ada juga informasi internet yaitu alamat-alamat web-site lain (link-link) yang dapat digunakan untuk menambah wawasan pembelajaran dari materi yang sedang ditekuninya. Daftar link-link yang sudah pernah dikunjungi dosen dan direkomendasikan merupakan peta yang menarik dan sangat membantu mahasiswa untuk menemukan secara cepat dan tepat permasalahan yang dibahas. Internet memang menyediakan informasi yang banyak, tetapi tanpa petunjuk yang baik maka pencarian tersebut ibarat orang yang mencari satu jenis tumbuhan di hutan yang luas, perlu waktu untuk menyisir satu persatu, meskipun dalam praktiknya telah tersedia mesin pencari hebat seperti Google. Berbicara tentang Google, perlu diperhatikan bahwa situs tersebut mempunyai gambar yang minim, tetapi tetap menjadi website yang paling banyak dicari. Jadi, fungsi untuk menyajikan content yang cepat akan lebih penting dari tampilannya.

Tahap selanjutnya adalah membentuk komunikasi dua arah melalui email. Untuk memulai komunikasi dapat dibuat tugas ke mahasiswa yang pengumpulannya melalui email. Jika dosennya hobby menulis, dapat juga memakai diary digital atau Blogger yang saat ini sedang populer di internet ( http://www.blogger.com/knowledge/ ). Blogger adalah semacam forum yang menampilkan artikel perseorangan yang selalu di-up-date beserta tanggapannya (bila ada) melalui fasilitas yang dapat diakses secara mudah dan cepat.

Selanjutnya, contoh website dosen yang dapat dikategorikan seperti penjelasan di atas adalah “budi rahardjo's web site” (http://budi.insan.co.id/index.html), milik dosen teknik elektro ITB . Sebenarnya beliau juga mempunyai alamat website resmi diserver ITB yaitu http://www.paume.itb.ac.id/rahard/, tetapi website tersebut hanya digunakan sebagai penunjuk arah ke website pribadinya. Beliau sangat aktif menulis dan mempunyai diary digital yang beralamat di http://gbt.blogspot.com/ , yang berisi ide-ide kreatif baik yang berkaitan dengan bidang keilmuannya maupun hal-hal lainnya . Bagi yang ingin tahu lebih banyak mengenai teknologi informasi maka website beliau wajib dikunjungi.

Bentuk lain bagaimana memberdayakan teknologi berbasis internet adalah membuat semacam konferensi online, yaitu suatu cara berkomunikasi satu sama lain secara real time (pada saat itu) dengan dukungan fasilitas multimedia. Program yang dapat digunakan adalah Microsoft NetMeeting yang tersedia secara gratis di website Microsoft yang beralamat di http://www.microsoft.com/netmeeting/main.htm .

Konferensi Online yang menggunakan program NetMeeting , bila dilengkapi peralatan pendukung dapat digunakan untuk menyampaikan hal-hal berikut :

  • Audio dan video digital. Misalnya dengan bantuan kamera video, dapat dibuat semacam TV interaktif untuk kelas pembelajaran jauh.
  • Berbagi aplikasi digital (Application sharing). Berbagi pekerjaan dan koordinasi bersama secara langsung dari kelompok-kelompok yang berbeda tempat (saling terpisah).
  • Papan tulis elektronik (Electronic white board). Untuk menampilkan tulisan tangan atau file gambar secara langsung untuk perkuliahan maupun bertukar pikiran (brainstorming), sehingga rekan-rekan lain dapat melihatnya.

Konferensi Online merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk pembelajaran jarak jauh (distance learning) maupun siswa yang mempunyai keterbatasan (disability).

2.2.4 Learning Management System

Pengelolaan website dan komunikasi dengan email kelihatan suatu yang sederhana, tetapi sebenarnya pekerjaan yang melelahkan, apalagi jika ditangani sendiri oleh dosen. Sebenarnya telah beredar apa yang disebut Learning Management System (LMS) yaitu suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan perkuliahan on-line, misalnya :

Adanya informasi keberadaan LMS seperti di atas sangat membantu untuk melakukan studi banding dengan sistem yang akan dipakai.

2.2.5 Model Pembelajaran On-Line

Ada dua model pengembangan materi pembelajaran on-line. Pada model pertama, dosen membangun materi dengan komputernya sendiri dengan bagian-bagian materi secara utuh. Setiap bagian bisa dibaca dan dipelajari secara off-line dengan cara down-load dari internet atau dari rekaman CD yang dibagikan.

Pada model kedua, dosen membangun materi pembelajaran dengan fasilitas pengembangan materi secara on-line. Materi perkuliahan dimasukkan ke sistem sepotong demi sepotong yang terangkai secara utuh di sistem. Siswa hanya bisa mengikuti perkuliahan secara utuh melalui sistem yang sama secara on-line. Dengan model ini, distribusi off-line hanya bisa dilakukan setelah pengembangan materi perkuliahan selesai seluruhnya atau bab per bab.

Sistem pembelajaran on-line yang paling rumit adalah penyelenggaraan ujian. Umumnya ujian masih harus dilakukan secara tradisionil, belum ditemukan cara pelaksanaan ujian yang efektif (Prastowo, 2004). Sifat ujian adalah untuk menguji siswa secara individu sehingga pemakaian jaringan internet akan memberi kemudahan pada siswa untuk berkomunikasi satu sama lain sehingga hasil evalusi dapat menjadi bias. Namun, ujian on-line dapat digunakan kalau bentuk ujian tersebut adalah penyusunan makalah dengan suatu tema yang ditetapkan dosen. Akan lebih menarik jika tema itu dapat bervariasi tiap siswa atau dalam setiap kelompok yang berbeda. Bentuk ujian seperti ini tentulah ujian take home dan bukan ujian di kelas.

Berkaitan dengan pembelajaran on-line (e-learning) , banyak informasi yang dapat digali dari internet, misalnya situs yang beralamat di http://www.e-learningguru.com/links.htm yang menyajikan situs-situs e-learning yang telah dikelompokkan.

2.3 Komponen Content pada Kampus Digital

Komponen komputer dan internet adalah produk luar-negeri, yang sistemnya dipilih dan dibeli untuk digunakan sebagai infrastruktur kampus digital. Siapa saja bisa memilikinya ! Jadi, yang membedakan kampus digital satu dengan yang lain adalah pada komponen content , yang sifatnya spesifik dan merupakan karakteristik dari komunitas kampus itu. Komponen content melekat pada setiap fasilitas pembelajaran yang diaktifkan di kampus digital tersebut, tidak bisa terpisah dari dosennya, selaku penanggung jawab materi pembelajaran.

Produktivitas komponen content adalah mirip dengan produktivitas penulisan intelektual. Padahal telah diketahui secara umum bahwa produktivas penulisan dosen masih jarang, yang diindikasikan dengan adanya insentip dari institusi bagi tulisan yang memenuhi kriteria tertentu, misalnya dimuat di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional.

Bagaimana pun kampus digital UPH telah dimulai, sehingga komponen content harus dibuat. Siapa yang harus bertanggung jawab mengenai soal itu ? Bukan vendor penyedia teknologi, bukan rektor dan jajarannya tetapi dosen-dosen itu sendiri. Dosen bertanggung jawab minimal pada content materi pembelajaran yang diberikan di kelas. Meskipun proses produktivitas yang kreatif sebenarnya berpulang pada diri sendiri, sehingga kadang-kadang proses atau strateginya berbeda dari satu orang ke orang lain, tetapi tidak ada salahnya penulis mencoba memberi usulan berikut :

  • Membentuk motivasi bahwa komputer-internet dapat memberikan kemudahan dan dapat meningkatkan kualitas produktivitas sehari-hari.
  • Mempelajari dan jika perlu mencontoh hasil orang lain. Tentulah dalam hal ini dipilih dan tidak sembarangan content.
  • Membuat kebijakan tertentu yang disertai sanksi. Kadang-kadang tanpa adanya sanksi yang mengikuti, sebagian orang tidak akan menjalankannya meski hal tersebut untuk kepentingannya sendiri, misalnya pemakaian helm bagi pengendara motor.

Ketiga usulan tersebut diuraikan dalam tiga sub-bab berikut :

2.3.1 Motivasi Penggunaan Teknologi

Begitu banyak piranti yang dapat digunakan untuk membuat content digital , tetapi tentu tidak semuanya harus dipakai. Piranti di sini termasuk penguasaan aplikasi komputer. Bila bukan suatu hobby, maka penguasaan aplikasi komputer baru dapat menjadi beban yang akhirnya akan menimbulkan “kekosongan ide”.

Jika pemakai dalam kaca mata awam dapat mengidentifikasi, peranan apa yang dapat diberikan oleh teknologi informasi (komputer-internet) bagi kemudahan kegiatannya sehari-hari maka tentulah teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif. Peranan yang dapat didaftarkan adalah :

  • Alat pembuatan dokumen dan presentasi (tulisan dan gambar)
  • Alat komputasi dalam pemrosesan numerik
  • Gudang informasi ; Perpustakaan digital (off-line maupun on-line)
  • Alat menggambar (drafting tools)
  • Alat Hiburan (Game ; Music-Video Centre)
  • Kanvas lukis dan laboratorium photografi digital
  • Alat bantu pengajaran (interative learning centre ; simulator)
  • Toko buku on-line
  • Jurnal / Majalah / Surat kabar on-line
  • Alat komunikasi ; transportasi data dan remote-control.

Daftar yang diberikan di atas dapat bertambah panjang, karena setiap orang dengan latar belakang profesi yang berbeda maka keperluannya juga akan berbeda. Bagi dosen tentulah identifikasi peranan tersebut harus dikaitkan dengan mata kuliah yang digelutinya. Jadi harus fokus, di jurusan teknik sipil misalnya : menggunakan bahasa pemrograman komputer untuk membuat tool-tool untuk perencanaan dan desain struktur.

Setelah dapat dilakukan identifikasi peranan TI yang sesuai bagi masing-masing individu maka selanjutnya mencari tahu aplikasi komputer apa saja yang mendukungnya dan mempelajarinya. Misalnya, jika dipahami bahwa komputer-internet dapat digunakan sebagai pembuat dokumen maka program aplikasi yang perlu dikuasai adalah Microsoft Word ; untuk memanipulasi foto-foto maka diperlukan keterampilan mengoperasikan mesin scanner dan program Photoshop, dan sebagainya. Bila hal tersebut dapat diterapkan kepada setiap anggota kampus maka konsep pembelajaran digital akan terlaksana dengan baik.

2.3.2 Content Gratis dari MIT

Massachusetts Institute of Technology OpenCourseWare (MIT OCW) adalah website yang memuat hampir sebagian besar materi pengajaran tingkat sarjana dan pascasarjana di MIT yang tersedia secara gratis (David Diamond, 2003) dan terbuka untuk diakses dari seluruh dunia melalui internet dengan alamat http://ocw.mit.edu/OcwWeb/index.htm. Sampai bulan September 2004 ada sekitar 900 kursus yang tersedia di MIT OCW untuk diakses. Kursus-kursus tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu sebagai berikut :

Aeronautics and· Astronautics

Linguistics and· Philosophy

Anthropology·

Literature·

Architecture·

Materials Science· and Engineering

Biological Engineering· Division

Mathematics·

Biology·

Mechanical Engineering·

Brain and Cognitive· Sciences

Media Arts and Sciences·

Chemical Engineering·

Music and Theater· Arts

Chemistry·

Nuclear Engineering·

Civil and Environmental· Engineering

Ocean Engineering·

Comparative Media· Studies

Physics·

Earth, Atmospheric,· and Planetary Sciences

Political Science·

Economics·

Science, Technology,· and Society

Electrical Engineering· and Computer Science

· Sloan School of Management

Engineering Systems· Division

Special Programs·

Foreign Languages· and Literatures

Urban Studies and· Planning

Health Sciences· and Technology

Women's Studies·

History·

Writing and Humanistic· Studies

Dengan men-down-load dan mempelajari content MIT yang menyediakan hampir semua bidang ilmu seperti di atas maka akan didapat pembanding yang cukup baik, dosen tinggal menyesuaikannya dengan kondisi lokal. Bahkan dapat dibuat content yang lebih baik.

2.3.3 Target Awal yang Perlu Realisasi

Berbagai strategi yang telah dikemukakan akhirnya masuklah pada realisasi ide. Karena menyangkut kesiapan sumber daya manusia yang berbeda-beda tentulah harus dipilih “sesuatu” yang relatif mudah direalisasikan. Selanjutnya, kebijakan tersebut harus dipertahankan dengan memberikan reward maupun sanksi bagi yang melanggarnya.

Untuk memulai dengan digitalisasi diusulkan pada tugas akhir di setiap jurusan. Dengan demikian, akan diperoleh pertumbuhan content selaras dengan jumlah kelulusan.

Kualitas suatu institusi pendidikan dapat dilihat dari produk intelektual mahasiswanya. Produk intelektual yang terstruktur yang masuk dalam kurikulum pembelajaran adalah pembuatan laporan tugas akhir (atau laporan kerja praktik) yang dapat berbentuk skripsi, laporan magang, tesis maupun laporan tertulis lainnya dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan institusi, bagaimana mereka dapat mengarahkan mahasiswa untuk membuat produk intelektual mereka yang orisinil.

Dengan mengharuskan karya tulis yang mereka buat menjadi format digital maka akan mudah dipublikasikan secara luas sehingga dapat menjadi alat promosi ampuh untuk menunjukkan kualitas lembaga institusinya jika karya tersebut baik. Tetapi ingat, jika karya itu buruk maka hasilnya tentu akan sebaliknya. Oleh karena itu keputusan men-digital-kan produk tulisan ilmiah mahasiswa harus didukung oleh komitmen yang serius dari berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kampus digital.

Selanjutnya, hasil karya tulis digital dapat dikumpulkan dalam basis data terpusat membentuk suatu perpustakaan digital yang lengkap dan mudah diakses mahasiswa secara cepat, mudah dan murah (tidak perlu foto copy). Kemudahan itu tentu akan berakibat pada peningkatan produktivitas intelektual mahasiswa maupun dosen-dosennya. Karena karya tulis yang sudah ada mudah diakses dan dibaca maka dapat dihindari dibuatkannya karya tulis sama, dalam hal ini kreativitas mahasiswa dan dosennya harus ditingkatkan.

Untuk menghasilkan perpustakaan digital yang sukses maka sebaiknya berkunjung ke The Indonesian Digital Library Network yang beralamat di http://www.indonesiadln.org/, suatu perpustakaan digital yang didukung oleh komunitas peneliti dan mahasiswa di ITB (Ismail Fahmi, 2002). Karena didukung oleh adanya komunikasi antar-komunitas terjadilah suatu lingkungan pembelajaran yang hidup sehingga dapat tumbuh dan berkembang, seperti timbulnya minat institusi-institusi di luar ITB untuk bergabung , yang akhirnya menjadi suatu jaringan perpustakaan digital yang luar biasa. Pada tingkat internasional yang perlu dikunjungi adalah Networked Digital Library of Theses and Dissertations (NDLTD) beralamat di http://www.ndltd.org/ yang kegiatannya didukung oleh UNESCO dan Adobe.

Dengan melakukan perbandingan dari organisasi yang sudah ada maka pengelola kampus digital dapat melihat strategi maupun format digital apa yang digunakan oleh mereka dalam menyusun perpustakaan digital tersebut, apa kelebihan maupun kekurangannya sehingga dapat dilakukan antisipasi di kemudian hari. Pemilihan format digital menjadi suatu hal yang sangat penting dan menunjang manfaat untuk jangka panjang. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diingat bahwa belum lama berselang sekitar tahun 1990 pada saat itu pemakaian program pengolah kata Wordstar populer di mana-mana dan dihasilkan ribuan dokumen tulis digital, tetapi karena teknologi berubah maka dapat dibayangkan bagaimana susahnya saat ini untuk membuka dokumen tersebut.

3 Penutup

Pengembangan internet untuk pembelajaran (kampus digital) memerlukan infra-struktur yang berbiaya tinggi dan perlu perencanaan matang. Di satu sisi, para dosen dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang efektif berbasis internet bila instansi yang bersangkutan menyediakan infrastruktur yang cukup, tetapi disisi lain kesiapan, kreativitas dan kemauan dosen berperan penting untuk membuat kampus digital itu hidup (tumbuh dan berkembang).

Bilamana fasilitas infra-struktur dan kemauan tidak menjadi kendala, didalam makalah ini telah diberikan sedikit wawasan bagaimana menumbuhkan kesiapan dan kreativitas dalam mengisi content yang merupakan tanggung jawab dosen-dosen selaku pemimpin dalam proses pembelajaran di kampus digital. Meskipun demikian karena kesiapan dan kreativitas merupakan proses individu maka perlu penyesuaian untuk tiap-tiap pribadi.

4 Pustaka Acuan

Aneka Infokom Tekindo. 2004. Grand Launching UPH - Microsoft - Intel – Toshiba, 13 Oktober 2004 < http://www.aneka-infokom.co.id/news/?id=81 > (4 Des. 2004)

David Diamond. 2003. MIT Everyware : Every lecture, every handout, every quiz. All online. For free. Meet the global geeks getting an MIT education, open source-style , Wired Magazine, Sept. 2003, < http://www.wired.com/ wired/archive/11.09/ mit.html > (4 Jan. 2005)

Ismail Fahmi. 2002a. Konsorsium IndonesiaDLN : Konsorsium Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia , Sebuah Wacana For a Networked Information Society, IndonesiaDLN, < http://www.indonesiadln.org/Open.html?target=consortium/ proposal.html > (4 Jan. 2005)

Ismail Fahmi. 2002b. The Indonesian Digital Library Network Is Born to Struggle with the Digital Divide, Bulletin of the American Society for Information Science and Technology (28) 4, < http://www.asis.org/Bulletin/May-02/fahmi.html > (Jan. 2005)

Lili. 2004. Mahasiswa UPH Gunakan PC Tablet. infokomputer.com : 14 Oktober 2004 < http://www.infokomputer.com/aktual/aktual.php?id=3822 > (4 Des. 2004)

Prastowo. 2004. WORKSHOP INOVASI PEMBELAJARAN : Pengalaman Pengembangan Teknologi Informasi Untuk Pembelajaran , Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Gadjah Mada , < http://prastowo.staff.ugm.ac.id/artikel/ pengalaman-pengembangan-ti-untuk-pembekajaran.pdf > ( 4 Des. 2004)

Stratmann dan Kerres. 2004. From Virtual University To Mobile Learning On The Digital Campus: Experiences from implementing a notebook-university, Proceedings of the International Conference on Education and Information Systems, Technologies and Applications (EISTA 2004), Orlando, < http://www.kerres.de/publikationen.asp > (13 Jan. 2005)

Teamsun. 2004. Digital Campus Solution. < http://www.teamsun.com.cn/english/ solution5.htm > (4 Des. 2004)

Toshiba Asia. 2004. Toshiba and UPH Embark On the Region's Largest Tablet PC - Based Education Project. Headlines News : 12 Oktober 2004 < http://pc.toshiba-asia.com/ index.jsp?newsid=99 > (4 Des. 2004)

Universitas Waseda , Jepang, < http://www.sci.waseda.ac.jp/en/06-1.html >

Widyasmoro. 2004. Enaknya Berkuliah Di Kampus Digital , Majalah Intisari , <http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2004&edisi=494&file= warna1001 > ( 4 Des. 2004)



[1] Dosen tetap Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Banten ( wir@centrin.net.id )

Penulis buku-buku “komputer teknik” terbitan PT. Elex Media Komputindo - Jakarta

Trend sekolah kejuruan

Lagi soal pendidikan yang tidak pernah habis dan semua sekolah berlomba-lomba menjaring siswa sebanyak mungkin tanpa tahu kemampuan lulusan kelak dan kompetensi apa yang didapat seandainya memaksakan harus masuk sekolah menengah atas tanpa persiapan kuliah. Sementara penganguran dari tahun ketahun semakin meningkat deras sehingga dapat diketahui ketimpangan dengan peluang kerja yang semakin menipis.

Jelas problem sosial dimanapun negara berkembang adalah masalah pengangguran. Solusi pemerintah sebenarnya dengan melihat salahnya persepsi tentang SMA tanpa mempertimbangkan setelah lulus bisa lanjut kuliah tidak, sementara untuk bekerja lulusan ini nanggung karena mereka tidak memiliki kompetensi apapun.

Sisi lain kita ketahui pemerintah mulai berpaling pada sekolah kejuruan yang lebih prospektif menanggulang minimnya kompetesi tingkat sekolah menengah, sehingga penganguran bisa sedikit terbantu saat melahirkan lulusan yang kompeten dibidangnya. belum mengetahui sekolah kejuruan dengan kompetensi jelas tanpa harus berkecimpung dengan kekuatan hegemoni pemerintah....

Lebih mahal sekolah daripada makan

Sekolah sama dengan makan sama pentingnya tapi terkadang nilai sekolah bagi masyarakat terasa hilang ketika berubah menjadi sebuah bencana, makan karena lapar jauh lebih berharga daripada harus sekolah atau lebih baik dikawinkan muda-muda dari pada harus melajutkan ke SMP.
Alasannya sekolah sangat mahal dengan berbagai tek-tek bengek yang jauh lebih mengeluarkan biaya. Biaya masuk yang luar biasa, bisa untuk makan selama enam bulan ditambah lagi dengan ongkos harian, ongkos anak sekolah mahal dan tidak begitu jauh berbeda dengan ongkos orang dewasa, tapi pernah ada ide jemputan anak sekolah gratis dari dompet dhuafa dan entahlah masih ada nggak di jakarta, belum sempat masuk kedaerah-daerah.
jangan kaget banyak anak yang dengan semangat belajar tinggi dia jalan kaki selama 2 jam sampai kesekolah dengan tubuh basah kuyup dan anak itu bisa sukses sebagai seorang akademisi karena keuletan dalam belajar. Artinya banyak teman yang sekampungnya yang berasal dari keluarga mampu tapi sayang temannya tak begitu berminat belajar karena beban yang berat sekali atau masih banyak anak yang putus sekolah bukan karena otaknya bebal tapi lagi terhimpit biaya sekolah yang tidak terjangkau, sering dipulangkan gara-gara dua bulan delum bayar SPP dan orang tuanya pasrah, lalu dimana program BOS yang digemborkan itu yang diberikan sama terhadap siswa yang secara ekonomi mampu. Bisa jadi kurangnya seleksi para penerima BOS yang seharusnya anak yang tidak mampu, bagi kita perlu adanya kepedulian dan tertarik untuk ikut memikirkan pendidikan masa depan.

Berkaca homeschooling H. Agus Salim.

Agus salim muda dikirim pemerintah Belanda untuk menyelidiki gerakan Sarekat Islam. Tapi bersama Oemar Said Tjokrominoto, ia malah menjadi dwi tunggal penggerak SI. Justru Agus Salim penentang Belanda yang gigih sepanjang hayatnya.

Padahal ia anak seorang hoofdjaksa di Riau dan keturunan kaum ambtenaar (priyayi), yang biasa mendukung dan bekerja pada penguasa Belanda, walhasil ia menyempal dari lingkungannya.
Salim juga dikenal gigih memegang prinsip. Pada tahun1917, Salim yang telah menikah beberapa tahun sebelumnya, sempat terpaksa menganggur. Saat itu, ia sudah jadi kepala keluarga ditawari Belanda menjabat controluer belasting di Pontianak. "Lebih baik makan kerikil daripada saya menerima tawaran Belanda", tolaknya pedas.

Dimasa belanda, Agus Salim pernah menemui temannya yang bekerja disalah satu kantor Belanda. teman itu mengejek, "coba kalau kau mau bekerjasama dengan belanda, tentu kau tidak seperti sekarang". Tak lama, datang salah seorang adviseur belanda. Teman Salim sama sekali tak diliriknya, tetapi sewaktu dilihatnya Agus Salim, maka cobee, adviseur itu, datang padanya dan mengulurkan tangan dengan hormat. Setelah ia pergi, Salim berkata pada temannya, "Coba kalau saya bekerja sama dengan belanda, tentu seperti kau. meskipun saya tidak bekerja, tetapi mereka ternyata hormat pada saya"

Pada awal pernikahan, Agus Salim berpesan pada isterinya, "kamu mesti banyak membaca dan belajar. sebab kalau nati kita mendapat anak kemungkinan tidak akan kita sekolahkan".Bagaimana mungkin putra tuan demikian lancar berbahasa inggeris, kalau dia tidak pernh bersekolah?" dengan ringan ia menjawab, " Benarlah Agus Salim memang mendidik sendiri anak-anaknya dirumah, tanpa disekolahkan. Bukan saja membaca, menulis, berhitung, keislaman dan lainnya diajarkan, tapi juga berbagai bahasa asing. Anak-anaknya pandai berbicara berbagai bahasa asing. Pernah seorang tamu keheranan, "Pernahkah tuan mendengar tentang tentang sekolah dimana kuda belajar meringkik? kuda yang tua meringkik dan anak anaknya meniru meringkik pula. Demikian saya meringkik dlam bahasa inggeris dan sekarang anak saya meringkik juga dalam bahasa inggeris".


Sumber : Tarbawi, ed.14 th 2, 30 November 2000.

Pendidikan proses yang hilang

Menanggapi sistem UAN yang telah melahirkan beberapa kontroversial karena sistem ini tidak memperhatikan proses pendidikan dimana pendidikan bukan sekedar penanaman nilai kognitif semata tapi didalamnya juga perbaikan sikap (apektif) dan keterampilan siswa didik (psikomotor).

Sistem ini juga akan melahirkan politisasi pendidikan dikalangan birokrasi pemerintahan dengan dalih prestise keberhasilan sebuah pemerintahan yang dibebankan pada strutur vertikal sampai pada guru yang harus membuang jauh-jauh idealisme dan hati nuraninya untuk meloloskan agar siswanya lulus. Jelas sebuah dilema satu sisi menyangkut hati nurani dan sisi lain masa depan siswa serta beban psikologis siswa dan tidak pernah memperhatikan bagaimana mungkin proses pendidikan tidak diperhatikan hanya sebatas nilai.

Jelas yang harus diperbaiki adalah 1) Perbaikan kultur ketidak jujuran akan hati nurani 2) Memperhatikan proses dalam pendidikan, 3). Berilah independensi sekolah dari intervensi diknas dalam penentuan kelulusan sehingga akan melahirkan kemandirian sekolah.4). Kalau seandainya masih memperhatikan perbaiki kualitas sistem paket yang materinya disesuaikan dengan jurusan bukan dengan mencampuradukan antara SMA dengan sekolah kejuruan, sungguh lucu siswa SMK harus diuji materi SMA seperti sosiologi-antropologi yang tidak pernah dipelajarinya.

Ini menunjukan pemerintah tidak begitu siap dengan sistem paket ini selain legalitas pengakuan ijazah ini seandainya lululusan paket ini ingin bekerja dan kuliah, sehingga bisa sederajat dengan lulusan normal.

Model pembelajaran sebuah alternatif?

Suatu hal yang sering menjadi bahan perdebatan mengenai model belajar yang bagaimana yang sesuai dengan siswa ternyata sangat relatif sekali sehingga banyak sekolah yang terus mengkaji kembali sistem pengajaran klasik dikelas dengan siswa duduk sidakeup (tangan diatas meja dan diam tidak boleh berisik) kemudian menerima transfer ilmu yang sedikit basi dengan kekinian karena seandainya gurunya senang bernostalgia terkadang banyak contoh belajar jaman baheula lalu diceritakan pada anak sekarang dan begitu menjenuhkan siswa dan tidak bisa meningkatkan kompetensi siswa secara maksimal, sehingga bermunculan stigma masyarakat terhadap cara beljar klasikal ini seperti home schooling yang memperhatikan kemandirian dan improvisasi siswa dan kebebasan belajar kapan dan dimana saja, atau sekolah alam yang memadukan sistem pembelajaran yang lekat dengan suasana alam dan siswa bukan hanya mendengar tapi melakukan langsung.

Fun learning mencoba menciptakan suasana belajar yang menarik dan bahagia sesuai dengan kondisi anak dan jelas ini membutuhkan keterpaduan antara kurikulum, guru dan fasilitas serta kondisi sosial budaya siswa...?

Memanusiakan Pendidikan ?

Anak-anak belajar dari kehidupan :
Jika seorang anak hidup dalam suasana kemarahan, ia belajar untuk mengutuk
jika seorang anak hidup dalam suasana permusuhan, ia belajar untuk ribut
jika seorang anak hidup dengan cemoohan, ia belajar untuk ragu
jika seorang anak hidup dengan aib, ia belajar untuk merasa salah
jika seorang anak hidup dengan toleransi, ia belajar untuk sabar
jika seorang anak hidup dengan kemarahan ia kan belajar untuk yakin
jika seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai
jika seorang anak hidup dengan keselamatan, ia beljar untuk percaya
jika seorang anak hidup dengan persetujuan, ia belajar untuk menyukai
jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia belajar untuk menemui kasih sayang didunia ini.

Ungkapan yang menyentuh hati kita nya, Lo! memang ada apa di dunia pendidikan kita? kenapa banyak orang yang sudah tidak percaya lagi pada pendidikan formal maka lahirlah homeschooling sebagai alternatif, bahkan Ivan Illich mengkritik : "Seseorang pergi ke sekolah, meningkat dari kelas yang satu ke grade lebih tinggi, lalu tamat sekolah, tetapi ia tidak terdidik" sehingga kita perlu memanusiakan kembali pendidikan yang menurut A.M Said (Media Dakwah, April 2007) karena pendidikan modern ini sudah tidak manusiawi lagi dengan berbagai alasan :
  1. Pendidikan tidak bisa menjadikan lebih baik dan malah menciptakan penistaan kehidupan (dehumnanisasi), Paulo Freire mengartikan those whose humanity has been stolen...a distortion of the vocation of becoming more fuly human.
  2. Rata-rata manusia modern sudah kehilangan dimensi diri yang sentral seperti nilai persaudaraan (ukhuwah), kerjasama (ta'awun), saling mengenal (ta'aruf), perdamaian (sulh), kasih sayang (rahmat), kebaikan (ihsan), toleransi (tasamuh) dan pemaaf (afwun
  3. Pendidikan modern yang sekuler dan liberal tidak memperhtikan sewajarnya kepada aspek pembentukn akhlak dan rohani yang sehat. Hans Kung berpendapat era modern ini sebagai era yang tidk alami (not natural) dan kehilangan sense of God sehingga manusia telah menjadi manusia tanpa Tuhan (godless being) dan dunia tanpa Tuhan (godless World)
  4. Pendidikn modern menghasilkan manusia yang cold hearted, knowledge barbarians dan skiller barbarians seperti presiden dunia yang demen menguasai dan menjajah manusia lemah .Humanizing :"a) To potray or endow with human charcteristics or atributes; make human b). To inbue with humaness or human kindness;civilize.

Sumber : A.M.said, Media dakwah, ed.377, mei 2007, hal.9-12

Quovadis pendidikan kita?

Membahas pendidikan tidak pernah bosan selalu dihadapkan perubahan sistem. bahasa si Aa ganti mentri ganti sistem kurikulum. Sok hati nurani kita bagaimana dengan sistem sekarang dimana pentargetan kelulusan mendorong pengebiarian hati nurani,kata rekan sejawat hanya pendidik idealis saja yang begitu.
Coba pikirkan lagi betapa mahalnya pendidikan dikita sehingga bagi rakyat kecil dalam menghadapi tahun ajaran besok serasa sesak sehingga butuh dua kali untuk menyekolahkan dengan bergilir antara adiknya dan kakaknya, lalu kemana para aghniya yang kelebihan harta dan bagaimana dengan janji pemerintah yang sebatas BOS dan BKM yang tidak seberapa bisa membantu rakyat kecil. Pendidikan berat dan memberatkan tapi untungnya masih punya hati dan kebesaran jiwa sehingga rakyat kecil bisa terus menyongsong hidup yang serba berat tapi harus kita hadapi dengan modal keikhlasan terutama guru-guru hebat yang sama memikirkan bisa nggak anaknya sekolah seperti dirinya, bisakah mereka hidup jauh lebih baik, bisakah mendapatkan pendidikan gratis dan masih banyak pertanyaan yang entah pada siapa dia tujukan, karena tidak tahu dan tidak bisa menjawabnya, termasuk dirinya dan orang-orang yang sedang berhadapan dengan tahun ajaran baru sekarang ini.

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes