Senin, 30 April 2012

Perangkingan Webometrics pada Universitas Sedunia

Oleh : R.Priyoko Prayitnoadi, S.S.T., M.Eng*


Webometrics adalah salah satu dari beberapa macam jenis sistem perangkingan universitas di seluruh dunia dan Webometrics merupakan sistem perangkingan universitas sedunia berbasis website. 
Dari filosofinya webometrics sebetulnya berupaya untuk menggunakan website sebagai media promosi untuk mencerminkan secara keseluruhan tentang institusi kita. Cybermetrics Lab. di Spanyol adalah sebuah institusi yang secara rutin enam bulan sekali (Januari dan Juli) merilis hasil perangkingan menggunakan sistem ini. UBB sendiri ikut berpartisipasi sejak Juli 2010 dan hasilnya berfluktuatif setiap tahunnya, mulai dari rangking 86, 83, 80 dan turun ke 115 di Januari 2012 untuk perangkingan di lingkup Indonesia. Turunnya rangking UBB hampir diikuti oleh banyak universitas di Indonesia disebabkan karena penambahan peserta dan perubahan penilaian.

Terdapat 4 (empat) kategori penilaian dalam Webometrics ini
  • Size (S) merupakan jumlah halaman elektronik dalam suatu website universitas yang terindeks oleh 4 (empat) mesin pencari yaitu : Yahoo, Google, Live Search dan Exalead. Komponen ini mempunyai bobot 20% (versi 2012 adalah 10% dan hanya menggunakan mesin pencari dari Google)
  • Visibility (V) merupakan jumlah total tautan situs eksternal yang secara unik mencantumkan alamat website universitas dan terdeteksi Yahoo Search. Bobot untuk Visibility adalah terbesar dari semua kategori yaitu 50% (versi 2012 adalah tetap 50% dengan mengambil sumber dari Majestic dan SEO)
  • Rich Files (R) merupakan jumlah muatan file dalam suatu website universitas dan terindeks oleh Google. Ada 4 (empat) macam file yang masuk dalam kategori ini, pertama adalah Adobe Acrobat (*.pdf), PostScript (*.ps), Microsoft Word (*.doc) dan Microsoft Power Point (*.ppt). Kategori ini mempunyai bobot penilaian sebesar 15%.(versi 2012 adalah 10% dengan penambahan file yaitu docx, pptx, dan eps)
  • Scholar (Sc) merupakan jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item lainnya dari suatu website universitas dan terindeks oleh scholar.google.com. Kategori ini mempunyai bobot 15% (versi 2012 adalah 30% dan dengan tambahan sumber yaitu Scimago IR)
Perangkingan Webometrics sendiri sudah dijadikan sebagai salah satu pencapaian kinerja universitas oleh Dikti. Perangkingan universitas melalui website bukan semata-mata menunjukkan kualitas universitas secara umum tetapi lebih kepada penunjukkan perubahan kualitas impak akademis yang ditunjukkan universitas melalui website, perubahan paradigma serta rekayasa ulang proses bisnis di berbagai institusi pendidikan, penelitian, perpustakaan dan layanan publik di berbagai Negara. Saat ini, misi utama yang didorong oleh lembaga-lembaga perangkingan berbasis web adalah peningkatan kiprah Open Archieve Initiative (OAI).

Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Isidro F Aguilo, Kepala Laboratorium Cybermatics di Spanyol pada acara Seminar Nasional Pemeringkatan Web Institusi pada akhir Februari 2012 lalu di IPB International Conventional Center, Bogor. Beliau merupakan penggagas Webometrics yang melakukan perangkingan terhadap lebih dari 12.000 universitas di dunia. Dalam kesempatan tersebut pada sesi akhir diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi langsung dengan beliau. Isidro F Aguilo berlatar belakang pendidikan Biologi tetapi mempunyai minat yang kuat terhadap masalah website institusi pendidikan yang berkembang secara eksponensial yang menaruh perhatian beliau untuk mengukurnya melalui pendekatan kuantitatif. Tidak hanya itu, beliau mendukung terlaksananya Open Access Initiatives untuk mengukur sejauh mana negara-negara berkembang berkontribusi baik secara formal maupun non formal di dalam masyarakat ilmiah internasional. Meski demikian masih banyak kendala untuk mewujudkannya, salah satunya bagaimana menciptakan suasana akademik yang baik tanpa terdengar kasus-kasus plagiarisme yang sebenarnya, menurut Isidro, bila itu terjadi merupakan masalah hukum dan diselesaikan di kepolisian. Beliau juga mengatakan bahwa ada 5 universitas di Amerika Selatan yang di blacklist dari perangkingan Webometrics karena berkaitan dengan masalah plagiarisme tersebut.

*Wakil Rektor III Bidang Pengembangan, Sistem Informasi & Kerjasama UBB

Ujian (Nasional) Kejujuran

oleh :

Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc (Dosen FPPB UBB)





"Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel"


MENDIKBUD M Nuh di sebuah stasiun televise swasta beberapa hari lalu, menyatakan bahwa kebocoran soal UN merupakan persepsi, dan 75 persen siswa terdorong untuk mempersiapkan diri belajar lebih keras karena UN ini, dan berita dari Kemendikbud menyebut 58 persen siswa mengalami stress karena pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK tahun ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelulusan 100 persen menjadi target dan pengukur keberhasilan kinerja dinas pendidikan kabupaten/kota. Beberapa pengamat pendidikan mencatat upaya mencapai harapan itu di beberapa daerah dilakukan melalui proses yang tidak mendidik. Kejujuran pelaksanaan di sebagian daerah ditengarai tidak dijunjung tinggi. Sebagian pendidik dan orang tua di beberapa daerah yang menyesalkannya. Pendidikan, yang mengikuti pengajaran guru, selama hampir tiga tahun dengan penerapan kedisiplinan, ketekunan, dan kejujuran, tiba-tiba menjadi tidak berarti di akhir masa pendidikan dan pengajaran.

Prosedur standar pengawasan

Setiap ruang ujian diawasi oleh dua orang pengawas ruang yang berasal dari sekolah lain atau pengawas silang. Pengawas ruang menjelaskan ke siswa 15 menit sebelum pelaksanaan ujian dan mengingatkan pentingnya penulisan data pribadi, kode sekolah, dan mengingatkan untuk tidak membawa alat elektronik kedalam ruang, melakukan dengan jujur dan mengingatkan akan berakhirnya waktu ujian, lima menit sebelum berakhir. Pada UN SMA/MA dan SMK yang baru lalu, terdapat satu orang pengawas satuan pendidikan dari perguruan tinggi. Selain pengawas ruang dan siswa, orang lain tidak diperkenankan masuk, dan karenanya tulisan “Dilarang masuk selain peserta ujian dan pengawas” Ditempel di bagian depan setiap ruang.

Pengawas ruang tidak diperkenankan membawa telpon seluler. Di dalam POS tertulis sanksi bagi siswa dan pengawas ruang yang melanggar. Selain itu, untuk menghindari menyontek terdapat lima tipe soal: A, B, C, D, E, unutk SMA/MA dan SMK atau empat untuk SMP/MTs di setiap pelaksanaan ujian. Dan setiap hari, denah tipe soal yang disediakan menyertai soal ujian, berubah. Perubahan denah tempat duduk disebutkan menyebabkan kegelisahan siswa terutama pada hari pertama penyelenggaraan UN.

Kelancaran dan keamanan pelaksanaan ujian dipantau oleh satuan pengawas pendidikan atau lebih dikenal dengan pengawas independen dan petugas dari kepolisian sektor terdekat.

Namun demikian pada pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK minggu lalu, dilaporkan adanya temuan penggunaan HP oleh segelintir siswa di sebuah daerah di Pulau Sulawesi. Padhal HP disebut dilarang dan semestinya selalu disampaikan lima menit sebelum pelaksanaan ujian oleh guru pengawas ruang. Alat elektronik dilarang dibawa masuk oleh siapapun termasuk guru pengawas ruang sesuai di POS (prosedur operasional standar) UN Tahun 2012. Cara klasikal yang tidak mandiri alias kerjasama atau KS istilah gaulnya, beresiko kelihatan, namun tidak tertutup kemungkinan masih menjadi pilihan yang jitu di sebagian sekolah di sebagian daerah. Namun perlu juga mencermati komentar berita tv swasta diatas yang menuliskan bahwa "guru diam saja". Karena duduk di depan, bisa saja tidak meragukan gerak-gerik yang mencurigakan, atau tidak tertutup kemungkian “pembiaran”. Pengawasan ruang guru oleh yang bukan dari sekolah yang bersangkutan, pengawasan silang, dimaksudkan untuk menghindari kerjasama antara guru pengawas ruang dan siswa dalam bentuk pembiaran pencontekan.

Pemicu kekurangan

Tingkat kelulusan 100 persen adalah alasan klasik. Dengan komposisi gabungan nilai rapot untuk mata pelajaran yang diuji secara nasional dan ujian sekolah (US) sebanyak 40 persen dan UN 60 persen, siswa telah menabung nilai demi kelulusannya. Faktor lain yang berkembang kemudian adalah, selain tingkat kelulusan juga nilai UN yang tinggi. Ada target bahwa perbedaan nilai antar siswa semakin kecil. Tentu adalah bangga bagi suatu sekolah jika terdapat siswa yang memperoleh nilai UN tertinggi. Target yang semestinya menjadi salah satu motivasi bagi sekolah untuk membekali siswa lebih baik dan siap dalam UN, tidak jarang berujung pada upaya membantu siswa dalam pelaksanaan ujian. Pembentukan karakter menjadi salah satu cirri pendidikan akhirnya menjadi impian saja. Pengalaman siswa dengan kondisi demikian secara bersama-sama dengan teman sekelas, dengan teman se sekolah, dan dengan teman semua sekolah lain di daerahnya, dan di daerah dan di kabupaten dan provinsi lain akan menanamkan keyakinan yang salah bagi siswa-siswa. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian guru pengawas, dan/ atau pengawas satuan pendidikan, dan/ atau pihak-pihak lain pada kondisi seperti ini tentu akan diamini siswa sebagai hal yang positif, suatu bentuk tanggung jawab dan solidaritas pihak lain yang tinggi, dan celakanya jika diakui sebagai bentuk kegiatan yang mulia.

Evaluasi Nasional

Jika UN 2012 berjalan dengan jujur, maka nilai UN mampu menjawab pertanyaan seberapa besar perbedaan pengajaran yang dilakukan diseluruh negeri. Data ini tentunya diperlukan sebagai bekal peningkatan sebagian sekolah di sebagian daerah. Banyak manfaat yang dapat dipetik baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, sekolah dan masyarakat sekitar dalam peningkatan pengajaran di sekolah- sekolah yang belum memenuhi standar yang ada. Namun jika data yang diperoleh tidak benar, para pemangku kepentingan, termasuk perusahaan dan masyarakat luas tidak dapat berperan serta dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran dengan jitu pada sekolah yang seharusnya membutuhkan. Keberadaan pengawas satuan pendidikan pun tidak akan berarti banyak dalam upaya mendukung tingkat kejujuran UN sekurang-kurangnya tanpa komitmen dari guru pengawas ruang, dan pihak sekolah.

Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel, asalkan mempertimbangkan sampling yang mewakili seluruh propinsi. Contoh harus mewakili lokasi sekolah, kecamatan, kabupaten, sekolah negeri dan swasta, dan jumlah minimal ulangan kelas, program IPA dan IPS untuk SMA, dan selama empat hari pelaksanaan ujian. Pengambil sampel harus dapat memotret secara keseluruhan selama pelaksanaan ujian termasuk kepatuhan terhadap rambu-rambu yang ada baik untuk siswa, pengawas ruang, pengawas satuan pendidikan, dan sekolah.

Sekalipun tidak dapat di generalisir beberapa kejadian yang sempat menjadi berita utama disurat kabar saat pelaksanaan UN tahun ini, cukup dimengerti keraguan beberapa pimpinan universitas akan peran UN sebagai salah satu pengganti ujian masuk perguruan tinggi yang pernah menjadi berita hangat beberapa waktu lalu.

Campus Talks! Bapos, Jumat (27/04/2012)

Mazhab Hanafi


Pendiri mazhab Hanafi ialah Nu’man bin Tsabit bin Zautha. Diahirkan pada masa sahabat, yaitu pada tahun 80 H = 699 M. Beliau wafat pada tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi’i R.A. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah An Nu’man.

Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah. Dalam bidang fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad kedua hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama Ttabi’in, seperti Atha bin Abi Rabah dan Nafi’ Maula Ibnu Umar.

Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara dan metode ijtihad ulama-ulama Irak . Maka disebut juga mazhab Ahlur Ra’yi masa Tsabi’it Tabi’in.

Dasar-dasar Mazhab Hanafi

Abu Hanifah dalam menetapkan hukum fiqh terdiri dari tujuh pokok, yaitu : Al Kitab, As Sunnah, Perkataan para Sahabat, Al Qiyas, Al Istihsan, Ijma’ dan Uruf. Murid-murid Abu Hanifah adalah sebagai berikut : 
  • Abu Yusuf bin Ibrahim Al Anshari 
  • Zufar bin Hujail bin Qais al Kufi 
  • Muhammad bin Hasn bin Farqad as Syaibani 
  • Hasan bin Ziyad Al Lu’lu Al Kufi Maulana Al Anshari .

Daerah-daerah Penganut Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah ,kemudian tersebar ke negara-negara Islam bagian Timur. Dan sekarang ini mazhab Hanafi merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Dan mazhab ini dianut sebagian besar penduduk Afganistan,Pakistan,Turkistan,Muslimin India dan Tiongkok.

Mazhab Hanafi adalah mazhab yang paling banyak diterima oleh umat islam. kami persilahkan terlebih dahulu untuk melihat peta 4 mazhab di bagian bawah artikel ini, mazhab hanafi adalah wilayah dengan warna hijau.

Abu Hanifa dilahirkan tahun 699 M atau sekitar 60 tahun setelah wafatnya rasul. Dalam masa hidupnya keadaan islam masih labil karena masih tergolong agama baru dan sudah berakhirnya 4 khalifah utama.

Masalah utama yang dihadapi umat islam saat itu adalah pemahaman dan penegakan hukum islam yang sesuai syariah. Abu Hanifa adalah satu dari Beberapa ahli yang memfokuskan pada pengkajian fiqih islam pada tahun 700an. Ahli agama lainnya adalah Malik bin Annas (pendiri mazhab maliki), Muhammad al-shafi’i (Pendiri mazhab syafi’i) dan Ibnu Hambal (pendiri mazhab Hambali). Insya Allah kita akan sedikit mengisahkan tentang ketiga ulama besar ini di artikel selanjutnya.

Abu Hanifa memiliki nama lengkap Abu Hanifa al-Nu’man Bin thabit. Kakeknya adalah seorang budak yang berasal dari Kabul, Afghan lalu dibawa ke Kufa (wilayah irak). Kakeknya ini kemudian dibebaskan oleh seorang arab bernama Taym Allah bin Tha’laba. Sejak saat itu keluarga Taym menjadi bagian dari salah satu suku di Arab.

Selama tinggal di Kufa, Abu Hanifa sehari-harinya adalah pedagang kain sejenis sutra. disela kesibukannya itu beliau rajin mempelajari hukum islam atau syariah. karena ilmunya dibidang hukum islam ini, beliau menjadi salah satu ahli dan pengajar hukum di kufa pada saat itu. Namun Abu Hanifa sendiri tidak pernah menjadi seorang hakim.

Abu Hanifa juga terkenal dengan kemampuannya menghafal quran dan sunnah. Karna ilmunya yang luas inilah dua orang muridnya yaitu Abu Yusuf dan Al-Shaybani berinisiatif mendirikan sekolah Hanafi.

Di sekolahnya ini, proses pengajaran dilakukan oleh Abu Hanifa dibantu oleh rekan-rekannya sesama ahli agama. Abu Hanifa sendiri tidak pernah menuliskan ilmu dan pemikirannya tentang hukum islam, tetapi beliau banyak melakukan diskusi dengan para ulama lainnya yang kemudian menuliskannya. Buku-buku inilah yang selanjutnya menjadi sumber ilmu dan pegangan para ulama. Salah satu bukunya yang penting adalah Fiqh Akbar.

Pengajaran Abu Hanifa bersifat rasionalis, hingga cara beliau ini dianggap sebagai lawan dari cara pandang kaum khawariz. Sekolah Hanafi sering disebut Murji’ah yang berarti kurang lebih “penangguhan”. Dalam faham ini seorang yang berdosa besar tetap dianggap seorang muslim.

Sekolah hukum Hanafi mengajarkan dan melatih para hakim dalam mengkaji alasan atas suatu hal untuk mengambil keputusan yang seadil-adilnya atas suatu perkara yang tidak dibahas secara jelas dalam Quran dan hadis. Dalam islam ilmu ini disebut ijtihad.

Selanjutnya dalam pemikiran hanafi, sebagian ayat-ayat Quran yang mengandung beberapa pengertian boleh dilakukan ijtihad agar umat mendapat kebaikan sedang ayat-ayat yang sudah jelas definisinya tidak boleh untuk diinterpretasikan. Ijtihad ini haruslah berdasarkan pemahaman quran sebagai satu keseluruhan dan berdasarkan dukungan dari referensi hadis shahih.

Sekolah hukum Hanafi juga mengajarkan bagaimana cara mengambil sebuah keputusan. ilmu yang sangat penting bagi para hakim dan penegak syariat islam. Pengambilan keputusan didasarkan pada “qiyas” dan “ihtisan”.

Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan, artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Sedang ihtisan artinya meninggalkan qiyas dan mengamalkan yang lebih kuat daripada itu karena adanya dalil yang menghendakinya serta lebih sesuai dengan kemaslahan umat.

Metode ihtisan ini banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ulama termasuk dari Syafi’i. (untuk menghindari tuduhan ke penulis, cerita menarik seputar kontroversi ihtisan Hanafi tidak kami tuliskan).

Abu Hanafi meninggal dalam sebuah penjara di Baghdad. Penyebab beliau di penjara tidak begitu jelas. sebagian berpendapat karena beliau di undang oleh khalifah Al-mansyur tetapi menolak tawaran sebagai qadi (hakim). Pendapat lain beliau dipenjara karena mendukung sebuah kelompok Shi’ah yang akan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.

Pemahaman Hanafi saat ini banyak dipraktekkan di Asia tengah (Afghanistan), Asia Barat (Turki), Sebagian Mesir (termasuk Kairo) dan India.


Pengertian Mazhab


Kata-kata mazhab merupakan sighat isim makan darifi’il madli zahaba. Zahaba artinya pergi, oleh karena itu mazhab artinya : tempat pergi atau jalan. Kata-kata yang semakna ialah maslak, thariiqah dan sabiil yang kesemuanya berarti jalan atau cara. Demikian pengertian mazhab menurut bahasa.

Pengertian mazhab menurut istilah dalam kalangan umat Islam ialah Sejumlah dari fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat seorang alim besar di dalam urusan agama, baik ibadah maupun lainnya. Setiap mazhab punya guru dan tokoh-tokoh yang mengembangkannya. Biasanya mereka punya lembaga pendididikan yang mengajarkan ilmu-ilmu kepada ribuan muridnya. Berkembangnya suatu mazhan di sebuah wilayah sangat bergantung dari banyak hal. Salah satunya dari keberadaan pusat-pusat pengajaran mazhab itu sendiri.

Selain itu sedikit banyak dipengaruhi juga oleh mazhab yang dianut oleh penguasa, dimana penguasa biasanya mendirikan universitas keagamaan dan mengajarkan mazhab tertentu di dalamnya. Nanti para mahasiswa yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia akan membuka perguruan tinggi dan akan menyebarkan mazhab trsebut di negeri masing-masing.

Bila pengelilaan perguruan itu berjalan baik dan berhasil, biasanya akan mempengaruhi ragam mazhab penduduk suatu negeri. Di Mesir misalnya, mazhab As-Syafi’i disana berhasil mengajarkan dan mendirikan perguruan tinggi, lalu punya banyakmurid diantaranya dair Indonesia. Maka di kemudian hari, mazhab As-Syafi;i pun berkembang banyak di Indonesia.

Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Formal


Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah diakui keberadaannya, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Luluusan untuk Satuan Penndidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006.

Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP. Didalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu;
  1. Mata Pelajaran
  2. Muatan Lokal
  3. Pengembangan Diri


Dalam komponen Pengembangan Diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah cukup berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan sudah berjalannya layanan-layanan pada bimbingan dan konseling.

Mengingat para peserta didik di SMP sebagian besar adalah remaja awal yang memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Adapun tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tugas Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa meliputi topik-topik ;
  • Memahami secara lebih luas dan mendalam, meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah agama yang dianutnya (Bimbingan Pribadi).
  • Memahami, menjalankan, hubungan sosial berdasarkan kaidah-kaidah agama yang dianut (Bimbingan sosial).
  • Memahami dan mewujudkan kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama (Bimbingan belajar).
  • Memahami dan menjalankan kaidah-kaidah agama dalam pengarahan diri untuk pengembangan karir.
2. Tugas Perkembangan mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat, meliputi topik-topik ;
  • Memahami dan menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan menjalankan pola hidup sehat (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami bahwa perubahan fisik dan psikis mempengaruhi hubungan sosial serta bersikap empati kepada orang lain yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar serta mampu mengatasi kesulitan yang terjadi akibat perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karir serta mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir (Bimbingan Karir)
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita
  • Memahami, menerima dan menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Pribadi)
  • Mampu menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sesaui perannya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Sosial)
  • Mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh yang negatif dari hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir dan memahami bahwa pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan mengembangkan karir
4. Tugas perkembangan ; memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas
  • Memahami dan menjalankan nilai dan cara bertingkah laku pribadi dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan mampu menerapkan nilai-nilai dan cara berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar serta mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negatif dari hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar
5. Mengenal bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni
  • Memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki dan arah kecenderungan karir sesuai dengan bakat dan minat (Bimbingan Pribadi)
  • Mengenal aspek-aspek sosial terhadap kemampuan , bakat dan minat (Bimbingan Sosial)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam pengembangan karir dan dalam apresiasi seni (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh positif kemampuan, bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar serta pengaruh positif apresiasi seni terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh kemampuan, bakat dan minat terhadap karir (Bimbingan Karir)
  • Mampu mengarahkan kecenderungan karir sendiri sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat (Bmbingan Karir)
  • Mampu mengapresiasi berbagai jenis karir dalam bidang seni (Bimbingan Karir)
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan / atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
  • Memiliki kesadaran dan dorongan yang kuat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melanjutkan pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk mempersiapkan karir yang cocok bagi dirinya (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (bimb. sosial)
7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
  • Memiliki gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki gambaran tentang sikap yang seharusnya diambil dalam kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial, dan ekonomi. Motivasi untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial dan ekonomi.(bimbingan Pribadi)
8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.
  • Memiliki kesadaran ada dan perlunya sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki dorongan yang kuat untuk berperilaku sesuai dengan sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat.(Bimbingan Pribadi)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara. (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar. (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar (Bimbingan Karir).
Kedelapan tugas perkembangan peserta didik SMP itu merupakan kompetensi yang harus dikuasai secara optimal. Untuk pencapaian kompetensi secara optimal ini diperlukan kerjasama tiga pilar pendidikan yakni manajemen, pengajaran, dan bimbingan dan konseling. (Juntika Nurhasan, 2000 : 2).
Dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, maka sistem layanan bimbingan dan konseling di SMP tidak mungkin terselenggara dengan baik dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sulit diupayakan apabila tidak memiliki manajemen bermutu dan tidak dilakukan secara jelas dan terarah, faktual dan sistematis.

Dalam konteks inilah keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi urgen disamping proses pembelajaran. Bahkan saat ini tige pilar pendidikan (pembelajaran, bimbingan dan konseling, dan manajemen/supervisi) menjadi sangat urgen untuk dikelola secara koordinatif, kooperatif dan sinergis, agar mendorong pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.

Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
  1. Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
  2. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
  3. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer group), maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.
  4. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
  5. Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan.
  6. Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). 

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/eksistensi-program-bimbingan-dan.html

    Minggu, 29 April 2012

    Iluminasi


    Pertama-tama dapat disebut pendapatnya tentang pengenalan. Dalam masa mudanya ia bergumul dengan problem-problem yang menyangkut skeptisisme. Tetapi akhirnya ia berkeyakinan bahwa skeptisme tidak tahan uji. Jika saya saya menyangsikan segala sesuatu, memang ada kebenaran-kebenaran yang teguh. Menurut Agustinus, hal itu mungkin karena kita mengambil bagian dalam rasio ilahi. Dalam rasio ilahi terdapat “kebenaran abadi” kebenaran-kebenaran mutlak tak teruntuhkan. Rasio ilahi itu menerangi rasio insani. Allah adalah guru batiniah yang bertempat tinggal dalam batin kita dan menerangi roh manusiawi dengan kebenaran-Nya. Itulah pendirian Agustinus yang biasanya disebut ajaran iluminasi atau penerangan.


    Dunia jasmani mengalami pertembangan terus-menerus, tetapi seluruh perkembangan itu tergantung pada Allah. Mula-mula Allah menciptakan suatu materi yang mempunyai bentuk tertentu, tetapi didalamnya terdapat “Rasiones Seminales” (artinya; benih-benih). Maksudnya ialah prinsip-prinsip aktif darimana berkembanganya semua makhluk jasmani. Agustinus mengambil titik ajaran ini dari mazhab ston.

    Kalau ditanyakan apakah Agustinus disini menganut semacam teori evolusi, harus dijawab bahwa ia memang mengakui adanya perkembangan dalam dunia jasmani. Dengan teori ini Agustinus berpikir dapat memecahkan beberapa kesulitan tentang penciptaan yang timbul jika membaca Al-Kitab.

    Agustinus pasti dipengaruhi oleh Platonisme. Ia tidak menerima dualisme ekstrem Plato tentang manusia (jiwa terkurung dalam tubuh). Tetapi tubuh (materi) tidak merupakan sumber kejahatan. Satu-satunya kejahatan adalah dosa yang berasal dari kehendak bebas, lagi hukuman untuk dosa. Agustinus tidak pernah mengatasi keragu-raguan tentang masalah asal-usul jiwa manusiawi. Satu kali ia berkecenderungan kepada pikiran bahwa jiwa langsung diciptakan oleh Tuhan pada saat konsepsi. Ia mengatakan bahwa jiwa anak berasal dari jiwa orangtuanya. Dengan pendapat terakhir ini menjadi lebih gampang untuk mengartikan adanya dosa asal, yaitu bersama dengan jiwa dosa diserahkan juga.

    Pada akhir ini bahwa Agustinus termasuk pemikir termasyhur dalam sejarah agama Kristen, sampai dalam abad 13 (selama hampir 800 tahun). Dan jika pada abad 13 Aristoteles ditemukan kembali itu tidak berarti bahwa Agustinus dilupakan. Ia dianggap sebagai guru utama selama seluruh abad pertengahan. Dan dengan melampaui abad pertengahan, pengarauhnya masih berlangsung terus sampai pada hari ini.

    Induksi Dan Deduksi


    Ada dua cara berpikir yang dapat di gunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu melalui dua jalan atau dua pola dasar, antaralain :


    Induksi adalah  proses berpikir di dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau pristiwa-pristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum seperti :
    • Besi di panaskan memuai
    • Seng di panaskan memuai
    • Emas di panaskan memuai
    • Perak di panaskan memuai
    • Besi, Seng, Emas dan Perak adalah logam
    • Jadi : Setiap logam yang di panaskan akan memuai.
    Cara penalaran Induksi ada dua keuntungan adalah sebagai berikut :
    1. Kita dapat berpikir secara ekonomis meskipun ekperimen kita terbatas pada beberapa kasus indivudual
    2. Pernyataan yang di hasilkan melalui cara berpikir Induksi memungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara Induktip dan Deduktip
    Ada dua macam Induktif adalah sebagai berikut :

    a. Induksi sempurna 

    Jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan khusus, maka Induksi itu sempurna misalnya :
    Jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.

    b. Induksi tidak Sempurna 

    Jika putusan umum dari Induksi yang bukan merupakan penjumlahan, melainkan seakan-akan loncatan dari yang khusus kepada yang umum, itulah Induksi yang tidak sempurna.
    Induksi tidak sempura ada dua macam lagi demi sifat yang di milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
    1. Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang tercapai melalui Induksi tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada kecualinya. Hukum air mengenai pembekuannya tak mengizinkan pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu berani meramalkan tentang pembekuan itu.
    2. Ketika ilmu mempunyai objek yang terjadi bisa kena pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut menentukan kejadian-kejadian yang menjadi pandangan Ilmu, maka pula hal lainnya. Ilmu tersebut di namakan Ilmu sosial serta objek penyelidikannya terpengaruhi oleh kehendak manusia.

    Deduksi adalah proses pemikiran di dalamnya akal kita dari pengetahuan yang umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus atau proses berpikir dari hal yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus seperti: 
    • Semua makhluq yang bernyawa pasti mati
    • Manusia adalah makhluq yang bernyawa
    • Tumbuhan adalah makhluq yang bernyawa
    • Hewan adalah makhluq yang bernyawa
    • Jadi, Manusia, Tumbuhan, Hewan pasti akan mati
    Penalaran Deduksi mempunyai dua sistem adalah sebagai berikut :

    1. Sistem Tertutup 

    Dalam pembahasan ini ada beberapa contoh jalan pikiran deduksi ;

    a. Gambar ini adalah sebuah Jajaran Genjang, jadi sisi-sisinya yang berhadapan itu sama.
    Ini merupakan contoh pemikiran deduksi kalau kita berpangkal dari defenisi Jajaran Genjang (Empat segi sisi yang berhadapan sejajar) serata ,merima semua dalil dan batasan tentang garis lurus dan garis sejajar, maka denga satu rangkaian langkah-langkah dapat di buktikan bahwa sisi yang berhadapan itu sama. Dalam contoh ini semua premis (titik pangkal atau data yang di ketahui) di rumuskan dalam istilah Jajaran Genjang, dan kesimpulan yang di tarik adalah pasti dan tak perlu di ragukan lagi. 

    b. Jumlah ketiga sudut sebuah segi tiga adalah 180 derajat, jadi jumlah sudut-sudutnya sama dengan 180 derajat. Kesimpulan ini pun pasti tidak di ragukan lagi. Tak akan ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyakan kepastian kesimpulan terfsebut.

    2. Sistem Terbuka 

    Suatu kesimpulan itu pasti apabila kita tau dengan positif dan tanpa ragu-ragu, bahwa kesimpulan yang di tarik adalah benar dan bahwa kesimpulan atau ucapan yang mengatakan sebaliknya itu salah.

    Contoh

    Jangan berenang di air yang sekotor ini. Nanti terkena penyakit kulit.
    Ini jelas merupakan suatu jalan Induksi. Dari pengalaman sendiri atau orang lain di tariklah suatu kesimpulan yang umum : berenang di dalam air yang kotor menyebabkan penyakit kulit. Apakah pasti setiap orang akan kena penyakit? Mungkin, Tetapi, Belum tentu !


    Hasil yang di harapakan dari logika adalah agar kita cakap berpikir sendiri dan bersikap logis serta kritis. Sikap kritis tidaklah berarti suka membantah dan mengkritik serba suka menentang dan menantang melainkan berpikir dulu, mengidentipikasi duduknya perkara, menyelidiki dulu dan tidak begitu saja menerima suatu pendapat atau penjelasan-penjelasan yang seakan-akan sudah pasti benar.

    1. Pikirkan sendiri
    2. Pikir dulu sebelum bartindak
    3. Pikirkan secara objektip
    4. Pikirkan dua kali
    5. Pikrlah untik jangkah panjang
    6. Bersikap terbuka
    7. Bersikap kritis
    8. Bersikap optimis
    9. Bersikap jujur
    10. Bekerja dan berpikirlah secara teratur dan berencana
    DAFTAR PUSTAKA

    1. H. Mundiri. 2005. Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada
    2. Poedja Wijatna. 1994. Logika Pilsafat Berpikir. Jakarta: Rineka Cipta
    3. Poespo Praja. 1995. Logika Ilmu Menalar. Jakarta: Raja Grafik

    Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/induksi-dan-deduksi.html

    Tags : Induksi Deduksi, macam-macam induksi, sistem penalaran deduksi, pedoman penalaran

    Sabtu, 28 April 2012

    Pendidikan Menurut Muhammad Abduh


    A. Konsep Pendidikan Muhamad Abduh 

    Pembaharuan dalam bidang pendidikan yang juga menjadi prioritas utama Muhamad Ali, berorientasi pada pendidikan barat. Ia mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran barat, dari pembaharuan dalam bidang pendidikan tersebut mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke 20. Tipe pertama sekolah tradisional. Tipe kedua, sekolah-sekolah modern yang didirikan oleh pemerintah mesir oleh para misionaris asing. Kedua tipe lembaga pendidikan tidak mempunyai hubungan sama sekali masing-masing berdiri sendiri.

    Adanya dua tipe pendidikan tersebut juga berdampak kepada munculnya dua kelas sosial dengan motivasi yang berbeda. Tipe yang pertama melahirkn para ulama dam tokoh masyarakat yang mempertahankan tardisi, sedangkan tipe sekolah kedua melahirkan kelas elit generasi muda yang mendewakan dan menerima perkembangan dari barat tanpa melakukan filterisasi.

    Muhamad Abduh malihat terdapat segi-segi negatif dari kedua bentuk pemikiran seehingga ia mengkritik kedua corak lembaga ini. Oleh karena itu ia memandang bahwa jika pola fikir yang pertama tetap di pertahankan maka akan mengakibatkan umat Islam tertinggal jauh dan semakin terdesak oleh arus kehidupan modern. semetara pola fikir yang kedua, Muhamad Abduh melihat bahwa pemikiran modern yang mereka serap dari barat tampa nilai “religius” merupakan bahaya ynag mengancam sendi agama dan moral.

    Dari sinilah Muhamad Abduh melihat perlunya mengadakan perbaikan terhadap kedua institusi itu sehingga dua pola pandidikan tersebut dan saling menopang demi untuk mencapai suatu kemajuan serta upaya untuk mempersempit jurang pemisah antara dua lembaga pendidikan yang kelak akan melahirkan para generasi penerus.

    B. Urgensi Ekualisasi Dalam Pendidikan 

    Salah satu proyek terbesar Muhamad Abduh dalam gerakannya sebagai seorang tokoh pembaharu sepanjang hayatnya adalah pembaharuan dalam bidang pendidikan, dualisme pendidikan yang muncul dengan adanya institusi yang berbeda sehigga menjadi motivasi bagi Muhamad Abduh untuk berusaha keras dua pola pikir tersebut.

    Langkah yang di tempuh Muhamad Abduh untuk meminimalisir kesenjangan dualisme pendidikan adalah uapaya menselaraskan, menyeimbangkan antara porsi pelajaran agama dengan pelajaran umum. Hal ini di lakukan untuk memasukan ilmu-ilmu umum kedalam kurikulum sekolah agama dan memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum modern yang didirikan pemerintah sebagai sarana untuk mendidik tenaga-tenaga administrasi, militer, kesehatan, perindustrian. Atas usaha Muhamad Abduh tersebut maka didirikan suatu lembaga yakni “majlis pendidikan tinggi”.

    untuk mengejar ketertinggalan dan memperkecil dualisme pandidikan Muhamad Abduh mempunyai beberapa langkah untuk memberdayakan sistem Islam antara lain yaitu:

    1. Rekonstruksi Tujuan Pendidikan Islam

    Untuk memberdayakan sistem pendidkan Islam, Muhamad Abduh menetapkan tujuan, pendididkan islal yang di rumuskan sendiri yakni: Mendidik jiwa dan akal serta menyampaikannya kepada batas-batas kemungkinan seseorang dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. 
    Pendidikan akal ditujuka sebagai alat untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan menanamkan kebiasaan berpikir, Muhamad Abduh berharap kebekuan intelektual yang melanda kaum muslimin saat itu dapat dicairkan dan dengan pendidikan spiritual diharapkan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya mampu berpikir kritis, juga memiliki akhlak mulia dan jiwa yang bersih.

    Dalam karya teologisnya yang monumental Muhamad Abduh menselaraskan antara akal dan agama. Beliau berpandangan bahwa al-Qur’an yang diturunkan dengan pelantara lisan nabi di utus oleh tuhan. Oleh karena itu sudah merupakan ketetapan di kalangan kaum muslimin kecuali orang yang tidak percaya terhadap akal kecuali bahwa sebagian dari ketentuan agama tidak mungkin dapat meyakini kecuali dengan akal.

    2. Menggagas Kurikulum Pendidikan Islam Yang Integral

    Sistem pendidikan yang di perjuangkan oleh Muhamad Abduh adalah sistem pendidikan fungsional yang bukan impor yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan. Semua harus memiliki kemampuan dasar seperti membaca, manulis, dan menghitung. disamping itu, semua harus mendapatkan pendidikan agama.

    Bagi sekolah menengah, diberikan mata pelajaran syari’at, kemiliteran, kedokteran, serta pelajaran tentang ilmu pemerintah bagi siswa yang berminat terjun dan bekerja di pemerintahan. Kurikulum harus meliputi antara lain, buku pengantar pengetahuan, seni logika, prinsip penalaran dan tata cara berdebat.

    Untuk pendidikan yang lebih tinggi yaitu untuk orientasi guru dan kepala sekolah, maka ia mengggunakan kurikulum yang lebih lengkap yang mencakup antara lain tafsir al-quran, ilmu bahasa, ilmu hadis, studi moralitas, prinsif-prinsif fiqh, histogarfi, seni berbicara.

    Kurikulum tersebut di atas merupakan gambaran umum dari kurikulum yang di berikan pada setiap jenjang pendidikan. Dari beberapa kurikulum yang dicetuskan Muhamad Abduh, ia menghendaki bahwa dengan kurikulum tersebut diharapkan akan melahirkan beberapa kelompok masyarakat seperti kelompok awam dan kelompok masyarakat golongan pejabat pemerintah dan militer serta kelompok masyarakat golongan pendidik. Dengan kurikulum yang demikian Muhamad Abduh mencoba menghilangkan jarak dualisme dalam pendidikan.

    Adapun usaha Muhamad Abduh menggajukan Universitas Al-Azhar antara lain:
    • Memasukan ilmu-ilmu modern yang berkembang di eropa kedalam al-azhar.
    • Mengubah sistgem pendidikan dari mulai mempelajari ilmu dengan sistem hafalan menjadi sistem pemahaman dan penalaran.
    • Menghidupkan metode munazaroh (discution) sebelum mengarah ke taqlid
    • Membuat peraturan-peraturan tentang pembelajaran seperti larangan membaca hasyiyah (komentar-komentar) dan syarh (penjelasan panjang lebar tentang teks pembelajaran) kepada mahasiswa untuk empat tahun pertama.
    • Masa belajar di perpanjang dan memperpendek masa liburan.
    Dari beberapa usaha yang dilakukan oleh Muhamad Abduh, meskipun belum sempat ia aplikasikan sepenuhnya secara temporal. Telah memberikan pengaruh positif terhadap lembaga pendididkan Islam. Usaha Muhamad Abduh kurang begitu lancar disebabkan mendapat tantangan dari kalangan ulama yang kuat berpegang pada tradisi lama teguh dalam mempertahankanya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Suwito dan Fauzan.2003 sejarah. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Angkasa

    Abdurachman Asseqaf Suyadi.2002. Pendidikan Islam mazhab kritis. Yogyakarata: Gama Media 

    JOESAFIRA blog

    Jumat, 27 April 2012

    Surat Inspirasi

    Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

    Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

    Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.


    Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja
    Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.
    Ibu menjawab: “Mengapa?
    Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.
    Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
    Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
    Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
    Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.

    Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
    Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?

    Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana .

    Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
    Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
    Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
    Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

    Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
    Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
    Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”
    Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

    Kamis, 26 April 2012

    Jenis Layanan Bimbingan Konseling


    1. Layanan Orientasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. 
    • Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    2. Layanan Informasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). 
    • Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    3. Layanan Konten
    • layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 
    • Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
    4. Layanan Konseling Perorangan
    • layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. 
    • Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    5. Layanan Bimbingan Kelompok
    • layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
    6. Layanan Konseling Kelompok
    • layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    7. Konsultasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
    8. Mediasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

    1. Aplikasi Instrumentasi Data
    • merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
    2. Himpunan Data
    • merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
    3. Konferensi Kasus
    • merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
    4. Kunjungan Rumah
    • merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
    5. Alih Tangan Kasus
    • merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. 


    Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2012/04/bimbingan-dan-konseling-17.html

    Selasa, 24 April 2012

    Biografi Muhammad Abduh


    Muhammad Abduh dilahirkan pada tahun 1849 di desa mahallat nasr mesir. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khoirullah berasal dari turki. Menurut riwayat ibunya berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa Umar Bin Khatab.

    Pendidikan Muhammad Abduh di mulai dengan balajar menulis dan membaca di rumah setelah beliau hapal kitab suci al-qur’an pada tahun 1863 ia di kirim oleh orang tuanya ke thamta untuk meluruskan bacaanya dan tajwid di masjid al-ahmadi. Namun karena metode pelajaran tidak sesuai yang diberikan gurunya seperti membiasakan menghapal istilah nahwu atau fiqh akhirnya Muhammad abduh kembali ke mahallat nasr dengan tekad tidak akan kembali lagi belajar.

    Pada tahun 1866 dalam usia 20 tahun beliau menikah dengan modal niat mau menggarap ladang pertanian seperti halnya dengan ayahnya. Tidak lama menikah, ayahnya memaksa beliau untuk kembali ke thamta tetap dalam perjalanan beliau tidak ke thamta tetapi kedesa Kani Sahurin tempat tinggal Syekh Darwish Khadr yang belajar berbagai ilmu agama di mesir. Syekh Darwish mendorong Muhammad abduh untuk selalu membaca, berkat dorongan Syekh Darwish, Muhammad abduh kembali menumbuhkan semangatnya untuk belajar dan membaca buku.


    Setelah mengalami perubahan mental terhadap belajar, maka ia kembali ke masjid Ahmadi di thamtha untuk belajar. Pada tahun 1866 beliau berangkat ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Metode pengajaran di Al-Azhar masih sama dengan di masjid Al-Ahmadi yakni metode mengahapal. Kondisi Al-Azhar ketika itu berlawanan dengan kebiasaan merupakan sesuatu kekafiran. Membaca buku geografi, ilmu kalam dan filsafat adalah haram, sedangkan memakai sepatu adalah bid’ah dan bertentangan dengan ajaran Islam sebenarnya.

    Situasi dan kondisi masyarakat Muhammad abduh beku, kaku menutup rapat-rapat pintu ijtihad serta mengabaikan peranan akal di dalam memahami syariah sementara di eropa khususnya kehidupan masyarakat sangat mendewakan akal. Kondisi demikian, pada dekade selanjutnya akan berpengaruh terhadap ke adan mesir.

    Namun pengaruh tersebut dirasakan Muhammad abduh pada saat ia memasuki universitas Al-Azhar sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang membina dan ulama-ulama terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang menganut pola taqlid yang merupakan kelompok yang mayoritas dan yang kedua, kelompok yang menganut pola tajdid dan merupakan kelompok minoritas. Muhammad abduh berada di kelompok minoritas yang ketika itu di pelopori antara lain: Syekh Muhamad Al-Basyuni (ahli sastra) dan Syekh Hasan Thawil (ahli filsafat dan logika)

    DAFTAR PUSTAKA

    Suwito dan Fauzan.2003 sejarah. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Angkasa

    Abdurachman Asseqaf Suyadi.2002. Pendidikan Islam mazhab kritis. Yogyakarata: Gama Media 

    Perbandingan Tujuan Pendidikan Islam MI Dan SD



    Menurut Prof. Dr. Jalaludin bahwa Pendidikan Islam merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi yang setia kepada Allah. Berdasarkan pengertian tersebut akan terlihat jelas bahwa Islam menekankan pendidikan kepada tujuan utamanya yaitu pengabdiam kepada Allah secara Optimal. Dengan berbekal ketaan itu diharapkan manusia itu dapat menempatkan garis kehidupannya sejalan dengan pedoman yang telah ditentukan sang pencipta.

    Dalam konsep Islam yang termuat dalam GBPP Pendidikan Agama di sekolah umum dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah uasaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain.


    Menurut hakikatnya Tujuan Pendidikan Agama Islam di rumuskan dari nilai-nilai filosofis yang kerangka dasarnya termuat dalam Filsafat Pendidikan Islam. Seperti halnya dasar pendidikannya maka tujuan pendidikan Islam juga identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Hal ini sempat menimbulkan pandangan yang konvensional dari pada ahli didik terhadap pendidikan Islam, seakan mereka kurang dapat mkenerima penjelasan yang diterima. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang tujuan Pendidikan Agama Islam sebenarnya.

    1). Menurut Zakiah Darajat

    Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Pendapat ini berdasarkan firman Allah swt dalam QS. Ali Imran ayat 102.

    2). Menurut Imam Al-Ghazali

    Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terutama adalah ibadah dan bertaqarrub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Dan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi yang luhur, bertanggung jawab atas dirinya dan masyarakat guna terciptanya kebhagiaan dunia dan akhirat. Berikut ini adalah perbandingan antara materi pelajaran agama di MI dan SD sejauh mana dapat mencapai tujuan pendidiksn Agama Islam yng sebenarnya.


    DESKRIPSI
    Perbandingan Materi Pelajaran Agama Islam
    MI dan SD
    Mata Pelajaran Fiqih
    Nama Sekolah  : Madrasah Ibtidaiyah
    Mata Pelajaran : Fiqih
    Kelas/semester : V / I
    Standar Kompetensi :
    • Mampu memahami dan melakukan shadaqah dan infak
    • Mampu memahai ketentuan makanan dan minuman yang halal dan yang haram.

    Kompetensi Dasar
    Materi Pelajaran
    Kegiatan Pembelajaran
    Indikator
    Penilaian
    Alokasi Waktu
    1.Menjelaskan  dan melaksanakan Shadaqah dan Infaq
    *Shadaqah dan Infaq
    *Menjelaskan arti Shadaqah dan Infaq

    *Mengidentifikasi Perbedaan Shadaqah dan Infaq
    * Menjelaskan arti shadaqah dan arti infaq

    *Membedakan shadaqah dan Infaq

    * Menjelaskan manfaat shadaqah dan infaq

    Tertulis
    2 x 40
    Menit
    2.Menjelaskan ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal
    *Makanan dan minuman yang halal
    *Membaca Materi Tentang Makanan Dan Minuman Yang Halal


    *Memotifasi siswa agar selalu memakan makanan atau minuman yang halal
    *Menunjukkan Contoh Makanan Dan Minuman Yang Halal

    *Membiasakan makan makanan dan meminum minuman yang halal

    * Tes tertulis dan objektif
    2 x 40
    Menit
    3.Menjelaskan ketentuan tentang makanan dan minuman yang haram
    *Makanan dan minuman yang haram
    *Memberikan contoh makanan dan minuman yang haram

    * Berusaha menjauhi makan dan minuman yang haram
    * Memberikan makanan dan minuman yang haram

    *Menjauhi makanan dan minuman yang haram
    * Tes tertulis dan objektif
    2 x 40
    Menit

    Nama Sekolah : SD
    Kelas/Semester : V/I
    Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (Fiqih)
    Standar Kompetensi : Mengumandangkan Azan dan Iqamah
    Alokasi Waktu : x 35 Menit


    Kompetensi Dasar
    Materi Pembelajaran
    Kegiatan Pembelajaran
    Indikator
    Penilaian
    Alokasi Waktu
    *Melakukan azan dan iqamah sebelum shalat dengan benar
    Lafal azan dan iqamah
    * Siswa melafalkan azan dan iqamah secara klasikal dan kelompok mengikuti bacaan guru
    1.Melafalkan azan dan iqamah

    2.Menunjukkan hafal lafal dan iqamah

    3.Mempraktikan azan dan iqamah ketika hendak shalat
    1. Tes  Lisan



    2. Teslisan Praktek


    3. Praktek
    6 x 35
    Menit

    Dari Deskripsi masing-masing sekolah dapat diambil sebuah perbandingan antara keduanya yaitu :

    1. Isi atau materi pelajaran

    Materi adalah sebuah bahan pelajaran yang harus diberikan oleh guru kepada siswanya baaik di madrasah ataupun sekolah. Perbandingan tersebut dapat disebutkan dan dijelaskan sebagai berikut.

    a). Madrasah

    Isi atau materi pelajaran agama di madrasah ibtidaiyah sangat menonjol karena madrasah adalah lembaga pendidikan yang bercirikan atau khas dengan Islam. Dalam pengembangannya yang panjang eksistensinya, madrasah banyak melahirkan hal positif dan negative, sesuai dengan pasang surut kualitas para pengelola yang terkait didalamnya.

    Dalam kaitannya dengan madrasah, perangkat pokok untuk pencapaian tujuan pendidikan Agama Islam adalah materi, karena madrasah adalah sekolah yang banyak mengambil peran soal agama, maka isi materinya pun banyak tentang agama, dalam hal ini dapat dicontohkan pada mata pelajaran fiqih, dalam fiqih mengandung banyak hal yang bisa dibahas dan dikembangkan, dimadrasah pelajaran fiqih dibahas secara mendalam dan dipelajari dengan teori dan prakteknya sekaligus, seperti yang digambarkan dalam deskripsi atau kerangka silabus, bahwa dimadrasah itu dipelajarai fiqih secara mendalam, teorynya dijelaskan dengan mendalam dan dimaksud kan pula semua siswa dapat mempraktekkanya dalam kehidupan.

    Dimadrasah pelajaran yang menyangkut keagamaan itu terpisah-pisah sehingga siawa dapat mempelajari setiap materi tentang keagamaannya, misalnya pelajaran fiqih, akhlah, aqidah, dan bahasa arab. Dalam fiqih dibahas secara mendalam mengenai shadaqah dan infak, dimateri ini siswa harus memahai secara teori dan praktek agar siswa bisa lebih mendalami dan mendapatkan manfaat dari materi yang dipelajari, contohnya setelah siawa memahami arti shadaqah dan infak, maka siswa diharapkan bisa membiasakan untuk bershadaqah.

    Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan pencapaian pendidikan Agama Islam adalah dengan mempelajari materi pelajaran yang berbeda-beda dan terpisah-pisah antara fiqih dan materi lain diharapkan siswa benar-benar mendapatkan banyak ilmu khususnya soal agama, agar tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri dapat berjalan dengan baik, yaitu menjadikan siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt yang kemudian menjadikan siswa itu bisa menjadi insane kamil.

    b). SD ( Sekolah Dasar )

    Isi materi pendidikan Agama Islam pada sekolah dasar tetap membahas lingkup fiqih tetapi sedikit berbeda dengan madrasah, bila pelajaran fiqih dimadrasah itu dibahas secara mendalam tapi tidak halnya dengan SD bahwa mata pelajaran fiqih dipelajari secara garis besarnya saja, dalam deskripsi telah dipaparkan apasaja materi fiqih yang akan dipelajari selama 1 semester, disana telah di sebutkan bahwa pelajaran fiqih membahas tentang azan dan iqamah, dimata pelajaran ini siswa diharapkan bisa melafalkan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebelum shalat siswa diharapkan bisa melafalkan azan dan iqamah.

    Tetapi melihat bahwa materi pelajaran yang tidak sama antara sekolah dasar dan madrasah dapat membedakan pula hasil belajarnya, pada madrasah tiap mata pelajaran yang menyangkut soal agama itu ter pisah – pisah sedangkan kalau disekolah itu tidak. Dari sini lah dapat dikaitkan kembali dengan pencapaian tujuan pendidikan agama Islam di sekolah dasar adalah secara nyata real dan sebenarnya, tujuan tersebut adalah menjadikan peserta didik agar memilki kemantapan akidah dan kedalaman spiritual, keunggulan akhlak dan wawasan keagamaan. Namun pada kenyataannya dilihat dari materi pelajaran disekolahuntuk mencapai tujuan tersebut agaknya sedikit susah karena materi tidak dibahas secara mendalam melainkan hanya secara garis besarnya saja.

    2. Alokasi Waktu

    Alokasi waktu di setiap pelajaran itu pasti ada dan antara madrasah dan SD pun berbeda mengenai alokasi waktu dalam mempelajari setiap materi PAI dimadrasah atau disekolah sehingga keduanya pun bisa mempunyai perbedaan pencapaian tujuan PAI dengan materi dan alokasi waktu yang berbeda, berikut ini uraian nya dari masing-masing sekolah mengenai alokasi waktu pelajaran materi PAI di masing-masing sekolah baikk MI dan SD.

    a). Madrasah

    Di madrasah alokasi waktu di setiap materi sangat berbeda karena materi pelajaran agama yang sangat banyak maka memerlukan waktu yang sangat banyak pula. Jika dilihat begitu banyak waktu pelajaran PAI di madrasah karena banyaknya materi yang akan dibahas. Mata pelajaran fiqih mempunyai kajian sendiri dengan materi lain,begitu pula dengan materi lainnya sehingga semakin banyak materi yang akan dibaha, semakin banyak pula waktu yang akan digunakan. Alokasi waktu yang digunakan di madrasah untuk 1 materi pembahasan tentang kajian fiqih misalnya, itu berkisar 45 menit.dan begitu pula dengan pelajaran pada materi lain.


    b). SD ( Sekolah Dasar )

    Alokasi waktu setiap materi PAI sangat berbeda dengn madrasah bila di madrasah 1 minggunya bisa mencapai lebih dari 6jam untuk meteri agama saja termasuk pelajaran fikih dan lain-lain, sedangkan alokasi waktu di sekolah hanya 2 – 3 jam saja setiap 1 minggu, dengan demikian terjadilah perbedaan antara sekolah dasar dan madrasah, sehingga pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dasar belum terelisasikan dengan baik.

    ANALISA

    Dari penjelasan diatas dapat di analisa bahwa tujuan pendidikan pada umumnya adalah sama menjadikan siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan menjadi kan siswa tersebut menjadi insan kamil, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dan Zakiah Drajat, tetapi proses dan jalannya suatu pencapaian tujuan pendidikannya saja yang sedikit berbeda karena kurikulum disetiap sekolah itu berbeda. Pendekatan berbasis pada sekolah dasar atau madrasahdalam perkembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai dengan karakteristik sekolah, sehingga terjadilah perbedaan antara wantu juga materi pelajaran di sekolah dasar dan madrasah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Silabus Sekolah Dasar

    Silabus Madrasah

    Hawi, Akmal, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. IAIN Raden Patah Press

    Sukmadinata, nana, Perkembangan Kurikulum, 2009. Remaja Rosdakarya, Bandung

    http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perbandingan-tujuan-pendidikan-islam-di.html

    Followers

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes