Minggu, 26 Juni 2011

Kajian kurikulum: langkah Penyusunan kurikulum

rangkaian penyusunan kurikulum KTSP download disini

Sabtu, 18 Juni 2011

Pemerintahan Demokrasi Dambaan Masyarakat

Pemahaman paling umum dan sederhana terdadap pemerintahan  demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaan pemerintahaannya berasal dari rakyat baik secara langsung (demokrasi langsung) maupun melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani democratia yang berasal dari dua kata "demos" rakyat dan "cratos" kekuasaan, demokratia yang berarti "kekuasaan rakyat".
Demokrasi merupakan  kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai, etika dan peradaban yang menghargai harkat dan martabat manusia.   Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatas namakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang, dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan.Demokrasi dinilai menjadi bentuk/sistem pemerintahan yang paling edeal saat ini oleh negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Indonesia termasuk negara demokrasi besar di dunia setelah India dan Amerika Serikat.

Ciri-ciri pemerintahan demokrasi;
  1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
  2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara).
  3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
  4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum
  5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
  6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
  7. Adanya pemilihan umum untuk memilih pemimpin negara dan pemerintahan serta  wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat yang berlangsung langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
  8. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).
Sejak bergulirnya reformasi, demokrasi di Indonesia berkembang sangat pesat, yang ditandai dengan pemilihan pimpinan pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke daerah melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Era otonomi daerah sekarang ini masyarakat sering disibukkan dengan pemilihan demi pemilihan, dari pemilihan legislatif, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati, sampai pemilihan kepala desa. Karena seringnya tampak kecenderungan partisipasi masyarakat yang meluai menurun. Di kalangan masyarakat bawah juga mulai mempertanyakan keefektifan pemilihan demi pemilihan yang berlangsung. Hal ini boleh jadi bukan karena sudah jenuh dengan pemilihan itu saja tetapi apa hasil dari pemilihan bagi rakyat. Sering janji-janji para calon pemimpin saat kampanye ternyata hanyalah slogan semata, setelah jadi rakyat dilupakan begitu saja. Masyarakat merasakan tidak adanya perubahan pada nasibnya, meski para pemimpin sudah berganti. Inilah yang kemudian sering mendorong masyarakat untuk meminta bantuan material kepada para calon pemimpin karena nanti setelah jadi mereka sudah tidak akan dihiraukan.
Ironinya sistem demokrasi yang telah dijunjung tianggi di negeri ini belum mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang sesuai dambaan masyakat luas. Banyak sudah kepala daerah yang terpilih ternyata tersangkut kasus korupsi, sama halnya dengan anggota dewan perwakilan rakyat. Masyarakat menginginkan para pemimpin dan wakil rakyat yang benar-benar membawa aspirasinya, membawa masyarakat menuju kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Bukan pemimpin yang hanya mewakili partainya dan dirinya sendiri. Bukan pemimpin yang selalu sibuk mencari cara untuk mempertahankan jabatannya, tetapi pemimpin yang selalu mencari tau apa yang diinginkan rakyatnya dan berusaha keras memenuhi keinginan rakyatnya. Secara real sebenarnya rakyat sudah merasa senang jika sang pemimpin mampu memenuhi kebutuhan mendasar rakyatnya, seperti terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana umum dan kepentingan rakyat luas, pemenuhan listrik yang memenuhi seluruh kebutuhan rakyat dan sarana transportasi yang memadai.
Negara telah menghabiskan dana begitu besar untuk penyelenggaraan pemilihan demi pemilihan, tetapi hasilnya bagi rakyat tidak begitu dirasakan, nasib rakyat tetap biasa saja, tanpa perubahan berarti. Boleh jadi dana pemilihan para pemimpin dapat digunakan untuk membangun ribuan kilo meter jalan-jalan rusak dan pembangunan jaringan listrik  diseluruh wilayah Indonesia, itu manfaatnya langsung dirasakan rakyat, dari pada dihamburkan untuk pemilihan orang-orang yang ternyata tidak amanah dan koruptor.
Mungkin perlu sistem seleksi calon pemimpin  yang lebih ketat, sehinggaa yang lolos adalah adalah orang-orang yang benar-benar mempunya visi dan misi kerakyatan, bersih dari trik-trik politik, bersih dari kasus korupsi, dan bersih dari kepentingan bisnis pribadi. Semoga kedepan bangsa Indonesia dapat menemukan sistem demokrasi yang paling tepat bagi kepentingan rakyat serta mampu menghasilkan para pemimpin dari tingkat nasional sampai daerah yang benar-benar mensejahterakan rakyatnya, serta terciptanya pemerintahan yang benar-benar demokratis.

Jumat, 17 Juni 2011

Profesi Kependidikan: Kepala Sekolah

A. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya, pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai supervisor pada sekolah yang dipimpinnya. Dalam buku “Petunjuk Penatalaksanaan Madrsah” dijelaskan bahwa : Mengendalikan jabatan Kepala Sekolah sebagai jenjang karier dari jabatan fungsional guru, maka patut diperkirakan bahwa tenaga pendidikan yang tugas utamanya mengajar, akan kurang memahami hal-hal yang tidak berkaitan dengan dengan teknis educatif. Sehingga beberapa komponennya yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah merupakan bahan kajian baru seperti halnya dalam komponen keuangan dan kesekretariatan /Ketatausahaan. (Kakanwil Depag Propinsi Jawa Barat, 1992 : 3) Agar persekolahan dapat mencapai tujuannya secara etektif dan efesien, maka Kepala Sekolah harus melaksanakan fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi, pelaksanaan, pengorganisasian pengendalian, evaluasi dan inovasi. sekolah yang baik diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan terttib dan terarah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pada dasarnya pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan guru. Namun demikian dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah peran serta dari para orang tua dan siswa, juga turut mendukung keberhaslian itu. Di samping itu pencapaian keberhasilan, pengelolaan tersebut harus didukung oleh sikap pola dan kemampuan Kepala Sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepemimpinannya itu seyogyanya dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinka bagi lahirnya iklim kerja dan hubungan antar manusia yang harmonis dan kondusif. Hal ini mengandung arti bahwa seluruh komponen pendidikan di sekolah harus dikembangkan secara terpadu dalam rangka meningkatkan relevansi/kesesuaian ( link and match ) dari kualitas pendidikan.

B. Tugas Kepala Sekolah

Dengan berjalan otonomi sekolah, maka peran seorang pimpinan dalam suatu organisasi akan semakin dominan, sehingga seorang pimpinan dituntut untuk dapat menggerakkan bawahannya agar mau dan mampu bekerja keras dalam mewujudkan tujuan organisasi, salah satunya dengan komunikasi yang efektif dan efisien.
Berkenaan dengan hal tersebut Masmuh (2008:279), mengatakan bahwa komunikasi kepemimpinan merupakan aktivitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal ataupun non verbal) melalui media tertentu yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya dengan tujuan tertentu.

1. Peranan dan Tugas Kepala Sekolah
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala sekolah, guru, dan staf).
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah digambarkan oleh Sergiovani, Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003:197), bahwa kepala sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas kepala sekolah bersifat ganda, yang satu sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung.
Tugas-tugas dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu :

1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.
2. mengevaluasi kinerja guru.
3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.
4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.
5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah.
6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.
7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.
8. menyusun penjadwalan kerja.
9. mengatur masalah-masalah pembukuan.
10. melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.
11. memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas sekolah.
12. merima referal dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.
13. memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.
14. melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional.
15. melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

2. Kepala Sekolah berfungsi sebagai Pimpinan dan Administrator serta Supervisor

a. Kepala Sekolah selaku Pimpinan
1. Menyusun perencanaan
2. Mengorganisasikan kegiatan
3. Mengarahkan kegiatan
4. Melaksanakan kegiatan
5. Melaksanakan pengawasan
6. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
7. Menentukan kebijaksanaan
8. Mengadakan rapat
9. Mengambil keputusan
10. Mengatur proses belajar
11. Mengatur administrasi
- Kantor
- Siswa
- Perlengkapan



b. Kepala Sekolah selaku Administrator
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengoordinasian
5. Pengawasan
6. Kurikulum
7. Kesiswaan
8. Kantor
9. Kepegawaian
10. Perlengkapan
11. Keuangan
12. Perpustakaan

c. Kepala Sekolah selaku Supervisor
1. Kegiatan Belajar Mengajar
2. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan
3. Kegiatan kurikulum dan ekstrakulikuler
4. Kegiatan ketata-usahaan
5. Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha

C. Syarat Kepala Sekolah

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperketat persyaratan penunjukan kepala sekolah di setiap daerah. Langkah ini untuk mencegah adanya intervensi politik yang sering terjadi di tingkat daerah.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh mengatakan persyaratan baru tersebut diatur melalui peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas).Peraturan baru ini nantinya akan mengatur kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kepala sekolah di antaranya jenjang pendidikan mulai D-4 sampai sarjana, dan jenjang waktu menjadi guru. ”Minimal lima tahun menjadi guru”. .

Ini akan menjadi guidance sehingga pemerintah daerah tidak sembarangan mengangkat kepala sekolah,” ujarnya seusai acara Beasiswa CIMB Niaga di gedung Kemendiknas kemarin. Mantan Rektor Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) itu mengungkapkan adanya permendiknas tersebut akan mencegah berbagai pihak untuk memasukkan peranan kepala sekolah dalam ranah politik.

Misalnya masuk dalam tim sukses calon kepala daerah, sehingga permendiknas itu tidak hanya mengatur kepala sekolah agar tidak keluar dari substansinya namun juga sistem pendidikan secara keseluruhan. Permendiknas baru itu diterbitkan terkait dengan rencana pembentukan badan baru, yakni Badan Pengembangan Profesi dan Penjaminan Mutu (BP3M) atau badan guru di dalam struktur organisasi Kemendiknas.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo mengatakan posisi kepala sekolah saat ini memang selalu dikaitkan dengan masalah politik padahal posisi kepala sekolah sendiri cukup berat sebagai bagian dunia pendidikan. Saat ini kepala sekolah sering dilibatkan dalam pilkada. Seperti pemilihan wali kota atau bupati.”Padahal itu dilarang. Namun, kenyataannya banyak kepala sekolah tidak bisa menolak, selain dipaksa tetapi juga sering diancam,”ungkapnya.

Selain itu, jabatan kepala sekolah hingga saat ini tidak jelas.Apa yang menjadi kriteria pokok pengangkatan ataupun pemberhentian seorang kepala sekolah.Setidaknya, aturan tersebut dapat memberikan jaminan bagi posisi kepala sekolah. Dia berharap dengan adanya permendiknas itu dapat mengakomodasi hak dan tanggung jawab seorang kepala sekolah.Ketua Dewan Komite III DPD ini mengaku belum memahami secara pasti apa isi pokok materi permendiknas kasek. (neneng zubaidah)./Sumber:Harian seputar Indonesia.

Syarat untuk menjadi Kepala Sekolah (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB/SMPLB/SMALB, dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi dan diutamakan yang berpendidikan S2 kependidikan atau nonkependidikan yang relevan).

b. Berusia setinggi-tingginya 56 tahun atau 4 (empat) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun.

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/RA memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi PNS dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Kepribadian Anak: Psikologi Kepribadian Gordon Alfort Menurut Teori Alwisol dan Sumardi Suryabrata

A).Persamaan Psikologi Kepribadian Gordon Alfort menurut teori Alwisol dan Sumardi suryabrata.
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individi yang menentukan penyesuainnya yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamik yang memiliki elemen psikologik dan fisiologik, yang berkembang dan berubah, yang memainkan peran aktif dalam berfungsinya individu.

B).Allport membedakan antara trait umum dengan trait individual:

1.Traits Umum
Sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan orang dari latar budsys berbeda. Sekelompok orang lebih suka terbuka atau lebih sopan dibanding kelompok lain. Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial.

2.Traits Individual
Merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambaran yang tepat dari struktur kepribadian seseorang.

C). Perbedaan
Unsur kepribadian
Dalam buku Sumadi Suryabrata terdapat lima unsur kepribadian yakni:
1. Pernyataan “organisas dinamis” menekankan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walupun dalam pada itu ada organisasi system yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen daripada kepribadian.
2. Istilah “psikofisis” menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata) mental dan bukan pula semata-mata neural. Organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian.
3. Istilah “menentukan” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu (Personality is something and does something).
4. Satu unsur lagi yang penting ialah kata khas (unik, unique) yang menunjuk tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada individualitas. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, maka tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
5. Dengan menyatakan “menyesuaikan diri terhadap lingkungan” Allport menunjukan keyakinannya, bahwa kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

KEUNIKAN KEPRIBADIAN dalam buku Alwisal
Gordon Allport


Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamika yang dimiliki elemen psikologik dan fisiologik yang berkembang dan berubah, yang memainkan peran aktif dalam berfungsinya individu. Devinisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok:
1. Istilah dynamic organization dipakai merangkum dua penertian ; kepribadian terus menerus berkembang dan brubah, dan di dalam diri individu ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian – menghubungkan satu dengan yang lainnya.
2. Istilah psychophysical systems menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik (yang dibuat oleh pengamat) tetapi merupakan fenomnena nyata yang merangkum elemen mental dan neutal, disatukan ke dalam unitas kepribadian.
3. Istilah determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkahlaku orang tetapi bagian dari individu yang berperan aktif dalam tingkahlaku orang lain.
Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan tempramen sebagai sininim personaliti. Menurutnya, character mengesankan sesuatu aturan tingkahlaku dengan mana atau orang atau perbuatannya akan dinilai: orang sering digambarkan memiliki character yang baik atau jelek. Karakter berseberangan dengan kepribadian yang menggambarkan diskripsi tingkah laku yang bebas dari penilaian (“karakter adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak menilai”). Temperament mengacu ke disposisi yang berkait erat dengan determinan biologik atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran penting dalam temperamen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik membentuk kepribadian.

Struktur kepribadian
Struktur kepribadian dalam buku Sumadi Suryabrata:
1. Kepribadian Watak dan Temperamen
 Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
 Watak (karakter)
Kata watak menunjukkan arti normatif. Dia menyatakan bahwa character is personality evaluated and personality is character is devaluated.
 Temperamen adalah disposisi yang sangat erat hubungannya factor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan.
2. Sifat (Trait)
Sifat adalah system neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresi secara sama.
Perbedaan sifat dengan beberapa pengertian yang lain:
o Kebiasaan (habit)
Sifat dan kebiasaan kedua-duanya adalah tendens determinasi, akan tetapi sifat itu lebih umum, baik dalam situasi yang dicocokinya maupun dalam response yang terjelma darinya.
o Sikap (attitude)
Sikap itu berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak. Sifat itu hampir selalu lebih luas daripada sikap. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, tetapi kalau sifat selalu umum. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang dihadapi sedangkan sifat tidak.
o Tipe
menurut Allport orang dapat memiliki suatu sifat tetapi tidak dapat memiliki suatu tipe. Tipe menunjukkan perbedaan-perbedaan buatan yang tak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi sebenarnya daripada yang benar-benar ada.
3. Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium daripada kepribadian. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang didalam perkembangan individu.
4. Otonomi fungsional (Functional Autonomy)
Allport menyebutkan bahwa individu itu menjangkau ke masa depan dan bahwa tujuan-tujuannya merupakan factor yang menentukan yang penting bagi tingkah lakunya kini. Tetapi dalam pada itu dinyatakan pula sifat-sifat itu dipelajari, jadi sifat-sifat itu timbul di dalam memainkan peranan penting dalam menentukan apakah yang akan dikerjakan kini.

STRUKTUR KEPRIBADIAN

SIFAT (TRAIT)
Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu struktur neuropsikik yang memiliki kemampuan untuk mrnjadikan banyak stimulasi berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif. Jadi trait sebagai stuktur neuropsikik membimbing orang untuk bertingkahlaku yang konsisten lintas waktu dan tempat, merespon secara sama kelompok stimulasi yang mirip. Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait, sebagai berikut:
a) Nyata:trait itu bukan konsep abstrak tetapi obyek nyata yakni struktur neuropsikis. Suatu hari nanti, neurofisiologi akan dapat menjelaskan (misalnya pada trait takut, agresuf, kejujuran, introversi, ekstraversi) bagaimana berlangsungnya proses integrasi, penjembatanan, dan tahap urutan yang berhubungan dengan konstruk hipotetik kita sekarang ini.
b) Membuat banyak stimulasi berfungsi ekuivalen: mengandung pengertian bahwa trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulasi memiliki makna yang sama dan merespon stimulasi itu dengan tingkah laku yang mirip.
c) Mengubah/ menentukan tingkah laku: trait muncul bukan hanya kalau ada stimulus yang sesuai. Tebaga dorongnya bervareasi, traits yang kuat memilih kekuatan motif untuk menggerakkan tingkah laku, mendorong orang mencari stimulasi yang sesui sehingga dapat menampung ekspresi trait itu. Trait yang lemah hanya berperan membimbing tingkah laku yang sudah siap untuk bergerak.
d) Empirik: trait dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empirik. Pertama, trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku berulang yang mempunyai makna yang sama, mengikuti rentangan stimulasi tertentu yang memiliki makna personal yang sama. Kedua trait disimpulkan berdasarkan keajegan tingkahlaku. Namun keajegan ini tidak mutlak karena trait bisa disimpulkan dari kesatuan keselarasan yang lembut dari berbagai manifestasi tingkah laku individu. Ketiga, trait disimpulkan dari jawaban atau kegiatan merespon stimulasi kuesioner.
e) Kemandirian yang relatif: trait dapat dikenali bukan karena kemandiriannya yang kaku, tetapi dari kecenderungannya di seputar operasi pengaruhnya. Tingkahlaku dari suatu trait tertentu dipengaruhi oleh trait yang lain, saling tumpang tindih- tanpa batas yang jelas.
TRAIT – HABIT – ATITUD
Allport secara cermat membedakan penggunaan istilah trait-attitude-habit-type yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sinonim. Trait, attitude, dan habitt semua predisposisi, mereka bisa unik, mereka semua produk faktor genetik dan belajar, dan masing-masing mungkin mengawali atau membimbing tingkah laku. Type bisa dianggap sebagai super-ordinansi dari ketiga konsep lainnya.
a) Sifat (Trait) adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimulasi yang mirip, penentukecen derungan yang bersifat umum; dapat dipakai dalam lebih banyak stimulasi, dan memunculkan lebih banyak vareasi respon. Trait merupakan kombinasi atau taraf umum dari habit atau lebih.
b) Kebiasaan (Habit) seperti traits tetapi sebagai penentu kecenderungan habit bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atau stimulus itu.
c) Sikap (Attitude) lebih umum dibanding habit tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude terentang dari yang sangat spesifik sampai yang sangat umum, sedangkan trait selalku umum. Attitude berbeda dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang evaluatir. Misalnya, sikap pria terhadap persamaan hak antara pria dan wanita mungkin positif (menyetujui persamaan hak) atau negatif (tidk setuju mengabaikan bahkan menghalangi perasaan hak).
d) Tipe (Type) adalah kategori nomotetik, dan konsep yang jauh lebih luas dibanding tiga konsep diatas. Sebagai suatu kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis atau model tingkah laku. Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi trait-habit-atitud yang secara teoritik dapat ditemui dalam diri seseorang. Namun manakala kita menganalisis individu dalam hal tipenya, kita kehilangan pengamatan mengenai sifat keunikannya. Karena tidak ada orang yang cocok dengan tipe secara sempurna, tipe menjadi pembeda artifisial yang mengaburkan realita.
2) TRAIT DAN KONSISTENSI PRIBADI
Allport (kerja sama Odberg) mengumpulkan hampir 18.000 kata, umumnya kata sifat dalam bahasa inggris yang bermakna trait , tidak termasuk kata-kata majemuk yang menggabungkan beberapa sifat, seperti pecint-sejati atau haus- kasih sayang. Kalau kata-kata yang maknanya berdekatan , kata yang maknanya hanya sementara, dan kata yang sangat evaluatif (misalkan terhormat, menjijikkan) dibuang, akan tertinggal sekitar 5000 kata yang benar-benar menggambarkan karakteristik seseoprang. Kalau gambaran trait seseorang merupakan kombinasi dari 10 dari 5000 kata itu, variasi sifat manusia menjadi tidak terbatas.









PERBANDINGAN PENGERTIAN TRAIT-ATITUD-HABIT-TIPE

Sifat yang dimiliki bersama Trait-atitud-habit Fokus Generalitas Penilaian Contoh

Prodisposisi Trait Aspek dari seft Sangat Umum Agak Evaluatif Sosiabilitas

Produk Faktor genetik dan lingkungan Atitud Tersebar di Lingkungan Agak Umum Sangat Evaluatif Senang/Tidak Senang

Mengawali/Mengarahkan tingkah laku Habit Respon tertentu untuk stimulus tertentu Kurang Umun Kurang Evaluatif Bersalaman

Unik
Type Nomotetik Sangat Umum Kurang Evaluatif Introversi

Trait dimiliki seseorang melalui kerjasama antara aspek-aspek keturunan dengan aspek lingkungan-belajar. Ketika suatu trait sudah menjadi bagian dari kepribadian seseorang, maka traits itu akan menjadi penentu modal respon terhadap stimulus yang mirip. Trait membuat tingkahlaku orang menjadi konsisten, karenamemakai pola sesuai dengan trait yang dimilikinya.
PROPRIUM (PROPRIUS [LATIN] = MILIK)
Proprium adalah aspek kepribadian yang teoritis lain memberi nama self atau ego, istilah yang Allport tidak mau memakainya, karena keduannya sudah diberi makna yang bermacam-macam oleh banyak teoritisi. Proprium adalah suatu yang mengenainya kita segera sadar, sesuatu yang kita fikirkan sebagai bagian yang hangat, sentral, dan privat dan kehidupan kita, sehingga menjadi inti dari kehidupan.
Ada delapan aspek proprium yang kemudian berkembang bertahap mulai bayi sampai dewasa sebagai berikut:
Usia 0-3 tahun, berkembang 3 aspek proprium:
1. Aspek diri fisik; muncul kesadaran tentang fisik, “ini tanganku, ini jariku” yang tampak dari usaha untuk memanipulasi secara sengaja.
2. Aspek identitas diri yang berkesinambungan; anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah berkembang. Ditandai dengan mengenal “nama diri” sebagai identitas utama.
3. Aspek bangga diri;mengembangkan perasaan bangga dengan kemampuan diri sendiri. Anak berjuang menjadi awal atau penyebab dari sesuatu, permintaan membangun (atau merusak), eksplorasi terhadap lingkungan.
Usia 4-6 tahun muncul dua aspek proprium:
1. Aspek perluasan diri, nak mulai menyadari keberadaan objek dan orang lain dan mengidentifikasi obyek-obyek yang menjadi bagian milik mereka. Anak mulai berbicara dengan “mainanku, ayahlu, sekolahku”.
2. Aspek gambarean diri; mencakup pandangan aktual dan ideal mengenai diri sendiri, bagaimana anak memandang diri sendiri dan harapannya mengenai bagaimana seharusnya dirinya. Pandangan aktual dan ideal ini berkembangan melalui interaksi dengan orang tuanya, yang membuat anak menjadi dasar mengenai apa yang menjadi harapannya dan tingkahlaku yang memenuhi harapan dan memberi keputusan (atau tidak memenuhi harapan sehingga tidak memberi keputusan).
Usia 6-12 Tahun
Aspek penguasaan rasional, muncul sesudah anak menyadari dia memiliki kemampuan berfikir rasional yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Anak menyadari dirinya dapat menangani masalah secara rasional dan logis.
Usia Remaja
Aspek berusaha memiliki;yang mencakup tujuan jangka panjang .Ini menjadi tahap akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang.Pandangannya mengarah ke masa depan, dan untuk itu dia menyusun rencana-rencana. Menurut Allport, baru ketika orang dapat membuat rencana jangka panjang, bangunan self menjadi lengkap.
Usia Dewasa
Diri sebagai si tahu;Totalitas dari semua 7 aspek yang terdahulu, kesadaran tentang diri sendiri.
Self bukan bagian yang terpisah dari kepribadian, bukan inti atau pusat yang kemudia mengatur, mengorganisir, dan menjalankan sistem kepribadian.Self bukan kepribadian dalam kepribadian, tau homunculus (manusia kecil di dalam dada sebagai inti manusia) yang tidak dapat dipelajari.
MOTIVASI
Dua ciri teori motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pandangnnya yang kuat mengenai pentinnya proses kognitif seperti tujuan (intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama-tama adalah makhluk sadar dan rasional, yang berbuat bedasarkan apa yang diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang apa yang akan dilakukan orang sewkarang dan masa yang akan datang adalah intensi orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi.
OTONOMI FUNGSIONAL
Otonomi fungsional memandang motif-motif orang dewasa beraneka ragam , mandiri sebagai sistem konteporer, berkembang dari sistem anteseden tetapi secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu. Suatu aktivitas atau tingkah laku mungkin menjadi akhir atau tujuan dari tingkah laku itu sendir, walaupun mula-mula terikat dengan alasan lain. Menurut Allport, ada dua tingkat otonomi fungsional:
1. Otonomi fungsional terbiasa
Seperti adiksi, perbuatan yang berulang-ulang, dan hal yang rutin. Perseverasi adalah kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya.
2. Otonomi fungsional propriate
3. Seperti minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen, tujuan, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup.


Perkembangan kepribadian
Perkembangan Kepribadian dalam bukunya Sumadi Suryabrata;
Melihat teori otonomi fungsional itu nyatalah bahwa individu itu dari lahir mengalami perubahan-perubahan yang penting.
a. Kanak-kanak

Allport memandang neonatus semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/ nafsu-nafsu dan refleks-refleks. Pada waktu lahir anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan dan kematangan. Neonatus telah memiliki refleks-refleks tertentu (mengisap, menelan) serta melakukan gerakan-gerakan yang masih belum terdiferensiasikan, dimana hampir semua gerakan otot-otot itu ikut digerakkan.
Dalam masa ini anak merupakan makhluk yang punya tegangan-tegangan dan perasaan enak tak enak. Pada masa ini keterangan yang biologistis yang bersandar pada pentingnya hadiah atau hukum efek atau prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidakenakan sampaiminimal dan mencari keenakan sampai maksimal anak itu berkembang. Pertumbuhan anak itu bagi Allport merupakan proses deferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus-menerus. Allport menyimpulkan bahwa setidak-tidaknya pada bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan dengan pasti sifat-sifat yang khas.
b. Transformasi kanak-kanak
Menurut Allport manusia itu adalah organisme yang pada waktu lahirnya adalah makhluk biologis lalu berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti daripada tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan. Teori Allport terdapat dua teori kepribadian yang satu ialah yang biologistis yang cocok untuk anak yang baru lahir dan yang lama (dengan perkembangan kesadaran) makin kurang memadai, dan pada masa ini harus diadakan reorientasi kalau-kalau kita menghendaki representasi individu yang makin memadai.
c. Orang Dewasa
Pada orang dewasa factor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat yang terorganisasikan dan selaras. Pada umumnya orang dapat lebih tahu akan apa yang akan/ hendak dikerjakan seseorang, kalau dia tahu rencana-rencana yang disadarinya daripada ingatan-ingatan yang tertentu.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Jelasdari bahasa otonomi fungsional bahwa ALLport berpendapat ada perubahan signifikan antara anak-anak dengan orang dewasa. Orang mungkin bisa mengatakan Allport menawarkan dua teori terpisah mengenai kepribadian. Orang dewasa yang masak dan sehat secara kualitatif berbeda dengan bayi;alasan tingkah laku orang dewasa berbeda total dengan alasan tingkah laku bayi.
PERKEMBANGAN MASA BAYI
Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan reflex bebavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu, seperti fisik dan tempramen, tatapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Tingkahlaku bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan semua sistem otot. Bayi dapat memberi respon spesifik dalam bentuk refleks, seperti mengisap dan menelan.
PERKEMBANGAN MASA DEWASA
Penentu tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional. Bagaimana trait itu berkembang tidak prenting bagi Allport, karena dalam usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motivnya dari sumber kekinian.

Kualitas kepribadian
Kualitas kepribadian dalam buku Sumadi Suryabrata
1. Extension of self
Yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban yang langsung. Suatu hal yang penting dari extension of self adalah proyeksi ke masa depan: merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
2. Self objectification
Ada dua komponen pokok dalam hal ini yakni:
a. Insight
Adalah kecakapan untuk mengerti dirinya.
b. Humor
Adalah kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan objek-objek yang disenangi serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
3. Fiklsafat hidup
Individu harus mempunyai latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini..
KUALITAS KEPRIBADIAN YANG MASAK
Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang-orang yang mengalami gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan iyu dilakukan;tingkah laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih0alih peristiwa masa kini atau masa yang akan datang.Allport lebih tertarik dengan tingkahlaku normal alih-alih tingkahlaku neurolitik, dan mengusulkan beberapa penanda kualitas kemasakan kepribadian berikut:
1. Perluasan perasaan diri:Kemampuan untuk berpartisipasi dan menyenangi rentang aktivitas uang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang lain dan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke masa depan, berhadap dan merencanakan.
2. Mengakrabkan diri dengan orang lain: kemampuan bersahabat dan kasih sayang , keintiman yang melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih sayang yang diekspresikan dalam menghormati dan menghargai hubungan dengan orang lain.
3. Keamanan emosional, penerimaan diri:Kemampuan menghindari aksi berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik.
4. Persepsi, keterampilan, tugas yang realitas:Kemampuan memandang orang, objek, dan situasi apa adanya, kemampuan dan minat menecahkan masalah, memiliki ketrampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panik, rendah diri, atau tingkahlaku destruksi lainnya.
5. Objektifitas diri:insight dan humor:Kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain.Orang membutuhkan insight-pemahaman yang mendalam mengenai riri sendiri dan orang lain.Orang juga memerlukan humor-menemukan sesuatu yang menyenangkan dan menertawakan di dunia, menghubungkan temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saan yang sama melihat ketidak teraturan dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.
6. Menyatukan filsafat hidup:Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.

Kakek berumur 99 tahun baru lulus kuliah



Mencari ilmu tidak pernah mengenal waktu. Inilah yang dilakukan Leo Plass, pria asal Redmond, Oregon, Amerika Serikat. Ia yang berhasil meraih gelar sarjana dari Eastern Oregon University, La Grande, pada 11 Juni lalu dalam usia 99 tahun.

Prestasi Leo Plass sekaligus meruntuhkan rekor manusia tertua, yang berhasil meraih gelar sarjana yang disandang oleh Nola Ochs. Nola berhasil meraih gelar sarjana dari Gubernur Kathleen Sebelius, Fort Hays State, 77 tahun kemudian setelah dia masuk tahun pertama kuliah pada 1930. Saat meraih gelar sarjana, Nola Ochs berusia 95 tahun.

"Saya cuma membutuhkan waktu 79 tahun untuk menyelesaikan kuliah," Leo Plass berkelakar saat dinobatkan sebagai manusia tertua sejagat seusai meraih gelar sarjana.

Atas desakan kemenakan pria itu, Eastern Oregon University yang dulu bernama Eastern Oregon Normal School memeriksa karya tulis Plass. Berdasarkan ketentuan yang diperbarui, Plass dinyatakan memenuhi syarat untuk meraih gelar setingkat sarjana.

Leo Plass meninggalkan bangku kuliah pada tahun 1930-an. Pada 79 tahun kemudian, Plass kembali ke kampus yang telah berubah banyak, untuk meraih gelar sarjana.

"Semua telah berubah. Mereka membawa saya keliling kampus. Ya ampun, semuanya sudah berubah," katanya.

Warga Redmond, Oregon, yang akan berusia 100 tahun pada 3 Agustus 2011 ini mengaku tidak memiliki keinginan atau rencana khusus untuk meniti karier lain dengan gelar barunya tersebut.

Ia mengatakan tak menyesal karena meninggalkan perguruan tinggi untuk bekerja. "Saya sempat kehilangan uang untuk kuliah sebesar 400 dolar AS. Jumlah itu sangat besar. Akhirnya saya terpaksa meninggalkan bangku kuliah," kata Plass.

"Saya kemudian bekerja di sebuah pabrik mantel. Saya mendapat uang dua kali lebih banyak. Saya terlena karena uang dan benar-benar meninggalkan bangku kuliah satu semester sebelum lulus," tambah Plass.

Jauh sebelum Nola Ochs berhasil menyabet gelar sebagai manusia peraih gelar sarjana tertua sejagat, gelar tersebut telah diraih oleh Allan Stewart yang berasal dari Australia.

Allan yang lahir pada 7 Maret 1915 ini berhasil meraih gelar sarjana hukum dari University of New England, New South Wales, Australia, pada usia 91 tahun 214 hari.

Rabu, 15 Juni 2011

Pendidikan matematika SD: Implementasi Teori Gagne pada pembelajaran matematika SD

A. Teori Belajar Gagne
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi.
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S - R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti simbol-simbol matematika. Fakta bahwa 2 adalah simbol untuk kata ”dua”, simbol untuk operasi penjumlahan adalah ”+” dan sinus suatu nama yang diberikan untuk suatu fungsi trigonometri. Fakta dipelajari dengan cara menghafal, drill, latiahan, dan permainan.
Keterampilan(Skill) adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. contohnya, keterampilan melakukan pembagian bilangan yang cukup besar, menjumlahkan pecahan dan perkalian pecahan desimal. Para siswa dinyatakan telah memperoleh keterampilan jika ia telah dapat menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat.keterampilan menunjukkan kemampuan memberikan jawaban dengan cepat dan tepat.
Konsep adalah ide abstrak yang memunkinkan seseorang untuk mengelompokkan suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contoh konsep himpunan, segitiga, kubus, lingkaran. siswa dikatakan telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan contoh dan bukan contoh. untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan contoh.
Prinsip adalah pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih. Prinsip merupakan yang paling abstrak dari objek matematika yang berupa sifat atau teorema. Contohnya, teorema Pytagoras yaitu kuadrat hipotenusa pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Untuk mengerti teorema Pytagoras harus mengetahui konsep segitiga siku-siku, sudut dan sisi. Seorang siswa dinyatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakannya pada situasi yang tepat.
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditunjukkan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa-siswa. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah :
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian (directing attention)
4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
5. Menyediakan bimbingan belajar
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7. Melancarkan transfer belajar
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke delapan tipe belajar, dengan tipe belajar yang rendah merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Belajar Isyarat (Signal Learning)
Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon yang timbul bersifat umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak sengaja dan tidak dapat dikuasai.
Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)
Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan ”contiguity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe balajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian verbal adalah asosiasi antara suatu objek dengan namanya yang melibatkan belajar rangkaian stimulus respon dari tampilan objek dengan karakteristiknya dan stimulus respon dari pengamatan terhadap suatu objek dan memberikan tanggapan dengan menyebutkan namanya.
Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Discrimination learning atau belajar menmbedakan sejumlah rangkaian, mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lain; juga tanaman, binatang, dan lain-lain. Guru mengenal anak didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak-anak.
Belajar konsep (Concept Learning)
Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok. Dalam hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar dari diskriminasi. Belajar diskriminasi menuntut siswa untuk membedakan objek-objek karena dalam karakteristik yang berbeda sedangkan belajar konsep mengelompokkan objek-objek karena dalam karakteristik umum dan pembahasan kepada sifat-sifat umum.
Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon). Kebanyakan belajar matematika adalah belajar aturan. sebagai contoh, kita ketahui bahwa 5 x 6 = 6 x 5 dan bahwa 2 x 8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x a. Kebanyakan orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif adalah tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan verbal(dengan kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b = b x a.
Pemecahan Masalah (Problem solving)
Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang disertai proses analisis dan penarikan kesimpulan. Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap ransangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik. Tipe belajar ini memerlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan tipe belajar ini kemampuan penalaran siswa dapat berkembang. Dengan demikian poses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila proses belajar fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai.
B. Implementasi Pembelajaran Matematika SD Berdasarkan Teori Gagne
Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses pembelajaran.
Materi yang akan diambil adalah pembelajaran mengenai mengenai pengenalan operasi penjumlahan serta pengurangan pada siswa kelas rendah. Alat peraga berupa gambar lambang bilangan, gambar lambang operasi bilangan dan media kongkrit (misal: permen, apel, pensil, wafer)
Berdasarkan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne maka kita bisa menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Memperoleh Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan.
Contoh : mengajak siswa berkenalan dengan bilangan dan mengetahui lambang bilangan dengan cara memulai komunikasi dengan siswa. Guru menunjukkan alat peraga berupa gambar-gambar lambang bilangan serta media-media yang menarik agar siswa memfokuskan diri untuk memulai pelajaran.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh: guru memberikan informasi menarik bahwa pembelajaran kali ini kita akan belajar mengenai operasi bilangan. Guru juga mengucapkan bahwa setelah pelajaran ini siswa dapat berhitung, sehingga besok bisa menghitung jumlah barang yang ia (siswa) miliki baik dari pemberian barang oleh orang lain ataupun barang yang sebelumnya sudah ia miliki.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
Contoh: guru menanyakan tentang nama bilangan yang guru tunjukkan. Dalam hal ini guru sudah menyiapkan media berupa gambar lambang bilangan.
4. Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Contoh: guru membagi siswa kedalam 4 kelompok. Dalam pembagian kelompok ini guru juga mengajak siswa untuk menghitung berapa jumlah teman dalam satu kelomponya. Pada tiap-tiap kelompok, guru membagikan masing-masing 10 permen. Dalam hal ini tentu siswa sudah bertanya-tanya, keadaan ini semakin dirangsang oleh guru dengan mengatakan bahwa kegiatan kali ini adalah lomba menghitung. Aturan mainnya tiap anggota kelompok bekerjasama menjawab pertanyaan guru mengenai penjumlahan dan pengurangan yang guru lakukan menggunakan media benda. Apabila kelompok tersebut salah maka kelompok tersebut wajib mensodaqohkan satu buah permennya kepada kelompok lain.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa
Seyogyanga guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
Contoh: dalam proses penghitungan/pemberian soal yang diberikan oleh guru, siswa satu kelompok diminta untuk menghitungnya sembari guru menunjukkan jumlah bilangan tersebut.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
Contoh: guru memancing kinerja berupa mengajak berhitung siswa satu kelas tentang hasil penghitungan yang dilakukan oleh kelompok lain.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
Contoh: guru menanyakan kepada siswa sudah benar atau belum. Hal ini juga semakin memantapkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh siswa.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
Contoh: meminta siswa menulis hasil penjumlahan yang dilakukan dalam permainan tadi menggunakan lambang bilangan yang benar.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
Contohnya: ajak siswa memecahkan masalah yang diceritakan oleh guru sebelum pelajaran selesai

Generasi Berbudaya Instan

Generasi berbudaya instan. Menginginkan segala sesuatu berjalan dengan cepat dan praktis sudah menjadi ciri kehidupan masyarakat khususnya generasi muda dewasa ini. Jalan pintas yang dianggap mudah, singkat dan tidak ribet sudah menjadi trend bagi generasi muda untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan yang sering dinamakan budaya instan. Orang orang yang membiasakan diri dengan yang instan akhirnya suka berpikir singkat tanpa mau mengikuti proses, tanpa mau bersusah payah, yang penting tujuan tercapai. Padahal sebuah keberhasilan besar memerlukan proses panjang sebagai sebuah perjalanan penuh perjuangan. Sebuah proses juga akan menjadikan kematangan kepada seseorang dalam berfikir, bersikap dan mengambil keputusan penting dalam hidup dan karier sesorang.
Apakah berpikir dan bertindak cepat itu jelek? Berpikir dan bertindak dengan cepat dengan berbagai pertimbangan tentu justru sangat diperlukan, apalagi pada saat sekarang. Namun kebiasaan yang ingin serba cepat, singkat, mengambil jalan pintas dan tidak mau bersusah payah yang penting mencapai hasil, justru akan berdampak buruk. Kebiasaan instan akan mendorong orang untuk melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya dengan mudah tanpa susah payah, misalnya siswa malas belajar karena dianggap sulit, dan mencari jalan yang dianggap mudah "nyontek" saat ulangan.

Faktor-faktor yang mendorong tumbuh dan berkembangnya budaya instan

1. Pengaruh perkembangan teknologi.
Teknologi telah membantu mempermudah dan mempercepat manusia dalam melakukan pekerjaan. Disadari atau tidak penggunaan teknologi telah mempengaruhi cara dan pola pikir manusia dalam menjalankan perannya.
2. Pengaruh Media. Media telah menyajikan begitu banyak informasi termasuk iklan yang seolah2 segala yang baik dan sukses begitu mudah untuk dicapai, semua langsung bisa-langsung ada, tanpa proses. Melalui internet setiap orang bisa mendapatkan informasi apa saja tanpa batas dengan mudahnya. Segala informasi yang tersaji dan mudah diakses mendorong orang untuk berpikir praktis dan mencari mudahnya.
Selain itu, perkembangan  di dunia pendidikan juga mengarah pada budaya instan. Proses belajar mengajar yang ideal kurang begitu diperhatikan yang penting anak dapat mengerjakan dan menjawab soal2 dengan benar, dan lulus 100%. Orientasi pembelajaran lebih diarahkan agar anak mendapat nilai "angka" yang baik. Sedangkan nilai "proses" semakin tidak tersentuh. Karena berorientasi pada nilai angka, maka pembelajaran diarahkan sekedar sesuai indikator dan kisi-kisi, biar mudah, cepat dan praktis, ini berarti mengajari anak berfikir instan.

Dampak negatif budaya instan

1. Orang menjadi malas mengikuti proses yang semestinya.
Proses yang panjang dan berjenjang dianggap sesuatu yang menyebalkan dan lambat. Orang akan lebih terfokus pada hasil akhir, tidak mau mengikuti proses yang mesti dilalui.
Orang tidak lagi mau mengantri untuk suatu urusan. Mulai dari mengurus bikin KTP, beli tiket, bayar pajak dan sebagainya. Tidak usah antri, cukup bayar sejumlah uang kepada oknum yang ngurus "hasilnya beres".

2. Orang bisa saja menghalalkan cara demi suatu tujuan.
Tidak peduli bagaimana cara yang mesti ditempuh, yang penting "tujuan" tercapai. Ingin kaya dengan penghasilan pas-pasan, lalu putar otak bagaimana caranya agar lekas kaya. Sekalipun harus korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya. Norma-norma agama bisa ditinggalkannya, karena demi satu tujuan "kaya".

3. Menjadikan generasi santai dan manja.
Terbiasa dengan yang serba mudah dan cepat membuat orang menjadi malas berusaha, malas kerja keras dan tumbuh menjadi generasi santai dan manja.

Bagaimana dengan Anda, apakah termasuk generasi penggemar instan? silahkan tulis komentarmu.

Senin, 13 Juni 2011

Psikologi Pendidikan: Belajar dan Pembelajaran

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua itu tidak lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana dan memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu seorang pendidik harus paham bagaimana agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal. Untuk itu perlu dibahas bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan efektif.
Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru dapat memahami proses bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih menekankan pada siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam rangka untuk membuat siswa dapat belajar.

B. Pembahasan
1. Konsep Dasar Belajar
Pengartian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari berbagai definisi yang disampaikan oleh Santrock dan Yussen dapat disimpulkan pengertian belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanent karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Ciri-ciri perilaku belajar
1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Merupakan perilaku menyadari terjadinya perubahan atau sekurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya, seperti mengetahui bahwa pengetahuan pada dirinya bertambah.
2. Perubahan bersifat continue dan fungsional
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berfungsi bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya.
3. Perubahan bersifat positif dan aktif
Positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan bersifat aktif bila perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan bersifat permanen
Misalnya kecakapan anak dalam olahraga badminton maka kecakapan itu akan hilang selama fisiknya masih mendukung.
5. Perubahan dalam belajar
Belajar memiliki tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seseorang belajar sasuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan dan pengetahuannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, meliputi Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan).
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang ada diluar individu, yang meliputi:

a. Faktor keluarga (cara rang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belekang kebudayaan)

b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah)

c. Faktor masyarakat, (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam lingkungan masyarakat, media massa.

Tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa menurut Biggs (1991):

1. Pendekatan surface (permukaan/ bersifat lahiriah) yaitu kecenderunagan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar

2. Pendekatan deep (mendalam), yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam.

3. Pendekatan archeiving ( pencapaian prestasi tinggi), yaitu kecenderungan bejajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement merupakan ambisi pribadi yang kuat dalam mewujudkan dan meningkatkan prestasi kelakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya.

Motivasi Belajar
Motivasi menurut Wlodkowsky (dalam prasetya dkk, 1985) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dkk, 1994) menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.

Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Motivasi instrumental, berarti bahwa siswa belajar karena dorongan oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2. Motivasi sosial, berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa dalam tugas menonjol.
3. Motivasi berprestasi, berarti bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.
4. Motivasi intrinsik, berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri.

Dari berbagai motivasi yang berkembang, Keller (dalam Prasetya dkk, 1997) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna dan memberi tantangan pada siswa.
Keempat kondisi tersebut adalah:

1. Attention (perhatian)
Perhatian siswa muncul karena adanya rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu tersebut perlu mendapatkan rangsangan dari guru agar siswa selalu memberikan perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan.

2. Relevance (relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

3. Confidence (kepercayaan diri)
Merasa diri lebih kompeten atau mampu melaksanakan potensi diri untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Agar kepercayaan diri siswa meningkat, guru perlu memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa misalnya dengan menyusun kegiatan pembelajaran sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4. Satisfaction (kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainnya.



2. Konsep Dasar Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sudjana (2000), merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Gulo (2004), pembelajaran merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Nasution (2005), pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Biggs (1985) membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian, yaitu:

1. pembelajaran dalam pengertian kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

2. Pembelajaran dalam pengertian institusional
Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat belajar secara efisien.

3. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses belajar sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut berbagai metode pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam kegiatan belajar mengajar:

1. Metode ceramah, yaitu metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melelui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal.

2. Metode latihan, yaitu metode penyampaian materi melelui upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu agar siswa dapat menyerap materi secara optimal.

3. Metode tanya jawab, yaitu cara penyampaian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik.

4. Metode karyawisata, yaitu metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke objek diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati dan memahami secara langsung objek tersebut.

5. Metode diskusi, pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa, dan siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut secara kelompok.

Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran
Peran guru sangat kompleks. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik saja, akan tetapi guru juga di tuntut memainkan peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal.

Peran guru dalam pembelajaran
a. Sebagai Korektor
b. Sebagai Inspirator
c. Sebagai Informator
d. Sebagai Organisator
e. Sebagai Motivator
f. Sebagai Inisiator
g. Sebagai Fasilitator
h. Sebagai Pembimbing
i. Sebagai Demonstrator
j. Sebagai Pengelola Kelas
k. Sebagai Mediator
l. Sebagai Supervisor
m. Sebagai Evaluator

Kompetensi Profesionalisme Guru
Guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugasnya dengan kemampuan yang tinggi sebagaai suber kehidupan. Guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis yang meliputi sebagai berikut :

a. Kompetensi Kognitif Guru
Guru hendaknya memiliki kapasitas kognitif yang tinggi yang dapamenunjang kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Profesi secara kognitif menurut Muhibbinsyah ( 1997 ) meliputi 2 kategori yaitu:
1) Ilmu pengetahuan kependidikan
2) Ilmu pengetahuan materi bidang studi

b. Kompetensi Aktif Guru
Guru hendaknya memiliki sikap dan perasaan yang menunjang proses pembelajaran yang dilakukan, baik terhadap orang lain terutama maupun terhadap diri sendiri.

c. Kompetensi Psikomotor Guru
Seorang guru merupakan ketrampilan atau kecakapan yang bersifst jasmaniah yang di butuhkan oleh seorang guru untuk menunjang kegiatan profesionalnya sebagai guru.






C. Penutup
Kesimpulan
Belajar merupakan proses serta upaya sadar untuk mencari pengetahuan dan kemampuan, dimana pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh tersebut akan bersifat permanen kecuali jika ada masalah secara fisik bagi yang memiliki kemampuan tersebut. Berhasil dan tidaknya kita dalam belajar sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal lain yang menunjang kesusuksesan belajar adalah motivasi atau dorongan yang diberikan kepada anak.
Pembelajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh seorang pendidik agar siswa dapat dan mau melakukan kegiatan belajar. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, guru harus menguasai berbagai metode-metode pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa seperti ceramah, latihan, Tanya jawab, tugas diskusi, karyawisata dan lain sebagainya.
Guru sebagai pengajar dan pendidik tentu harus memiliki berbagai kompetensi sebagai bekal baik kompetensi kognitif ( ilmu pengetahuan ), afektif ( sikap ) maupun psikomotor ( kecakapan jasmaniah ).








DAFTAR PUSTAKA

Elliot, SN., Krachwill, TR., J., Travers, JF., 1999. Educatonal Pychology. Singapore : Mc-Graw Hill Book Co.
Anastasi, A. Urbina, S. 1997 Psychological Testing. New Jersey :Prencise- Hall, Inc

Minggu, 12 Juni 2011

Pendidikan Terintegrasi: Mengenal Model Pembelajaran Terpadu

MENGENAL MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas diri sehingga menjadi insan-insan yang mampu membangun dirinya sendiri, agama, bangsa, dan negaranya. Secara lebih spesifik, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. UU Sisdiknas menegaskan bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;

Berbicara tentang kualitas pendidikan, tentu haruslah memiliki tolak ukur yang jelas. Salah satu tolak ukur meningkatnya mutu pendidikan yaitu dengan terjadinya peningkatan kualitas standar kelulusan siswa, sebagai output pendidikan yang diikuti dengan pembuktian bahwa siswa memiliki kemampuan bersaing dalam memperebutkan peluang dunia kerja, memiliki eksistensi kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan lebih jauh dari itu, setiap lulusan hendaknya tidak hanya mampu bersaing dalam memperebutkan bursa dunia kerja, tetapi mampu menciptakan atau membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pemerintah sudah menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diukur melalui pelaksanaan Ujian Nasional dengan standar nilai yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun perlu pula diingat oleh semua pihak bahwa mutu pendidikan sangat bergantung pada kualitas proses pendidikan, tidak hanya memperhatikan kualitas output atau semakin tingginya batas nilai minimal kelulusan secara terpisah. Justru hasil yang baik akan diperoleh jika didahului perencanaan dan proses yang baik pula. Sebab sesuatu tidak akan tercipta tanpa adanya sebuah proses penciptaannya.

Kesalahan cara pandang sebagian besar masyarakat dalam menentukan berkualitas tidaknya pendidikan yang hanya berorientasi pada hasil pendidikan tinggi, harus segera dibenahi. Ibarat membuat gedung bertingkat, bagus tidaknya struktur bangunan tidak bisa hanya ditentukan oleh bagian gedung paling atas saja tetapi ditentukan oleh keseluruhan struktur gedung, mulai dari pondasi sampai bagian gedung paling atas. Artinya, siapapun, termasuk pemerintah harus memberikan perhatian yang seimbang kepada setiap jenjang pendidikan, terutama jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal paling bawah sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak mengingat Sekolah Dasar memegang peranan yang sangat penting dalam upaya menciptakan dasar (pondasi) yang kokoh dan berkualitas sebagai dasar menciptakan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Perhatian tersebut tidak selalu bersifat perbaikan fisik dan kelengkapan sarana dan prasarana saja, namun perbaikan tersebut justru harus lebih terkonsentrasi pada proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Adapun kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang harus diperhatikan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya hendaknya dilakukan guna menciptakan kondisi yang kondusif dalam menyempurnakan berbagai kelemahan yang masih terjadi mulai level perencanaan, pelaksanaan (proses), sampai level evaluasi pembelajaran.

Dewasa ini kita mengenal adanya konsep pembelajaran terpadu atau integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang dipandang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Jika diterapkan dengan benar, didahului perencanaan yang sempurna, konsep ini mampu memberikan pemahaman secara utuh kepada siswa terhadap sebuah materi pembelajaran karena terintegrasi dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu (mata pelajaran). Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pembelajaran terpadu atau lebih dikenal dengan istilah integrated teaching-learning pada Sekolah Dasar kelas rendah.


Apakah Model Pembelajaran Terpadu itu?

Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan, pertumbuhan, dan kemampuan pengetahuan siswa (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Banyak ahli yang mengemukakan pengertian terhadap Pembelajaran Terpadu ini, namun kesemuanya tidaklah memiliki kesamaan yang utuh satu sama lain. Bean dalam buku Pembelajaran Terpadu mengemukakan pendapatnya bahwa ”Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya” (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Pendapat lain tentang Pembelajaran Terpadu dikemukakan sebagai berikut:
Pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan, dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga (Sa’ud, 2006: 5).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Terpadu adalah sebuah pendekatan yang menghubungkan bahan ajar dari berbagai mata pelajaran dengan kenyataan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Sehubungan dengan itu, pendekatan Pembelajaran Terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang baru mereka pelajari.

Dalam konteks pembelajaran dalam kelas pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai upaya untuk memadukan menghubungkan berbagai materi pembelajaran dengan tidak memberikan pengkotakan disiplin ilmu tertentu secara khusus. Sebagai contoh, Udin Saefuddin Su’ud mengilustrasikan bahwa pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan) dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Konsep seperti itu mengintegrasikan bahasa sebagai pusat pembelajaran yang menghubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Su’ud, 2006:5).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara sistematis dan harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang penuh makna karena memiliki relevansi dengan berbagai aspek kehidupan anak baik secara formal maupun secara informal. Secara lebih spesifik dapat diartikan bahwa pendekatan ini merupakan pendekatan yang memadukan beberapa pokok bahasan dalam sebuah perencanaan yang matang yang dipadukan secara realistis dalam bentuk proses pembelajaran di dalam kelas.

Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model Pembelajaran Terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara lebih bermakna dan nyata sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan lingkungan hidupnya. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, Robin Fogarty dalam Udin Saefuddin Su’ud mengatakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu:
(1) Model Fragmented,
(2) Model Connected,
(3) Model Nested,
(4) Model Squenced,
(5) Model Shared,
(6) Model Webbed,
(7) Model Threaded,
(8) Model Integrated,
(9) Model Immersed.
(10) Model Networked (Su’ud, 2006: 31).

Secara singkat kesepuluh model tersebut penulis uraikan sebagai berikut:

1. Model Fragmented
Pembelajaran Fragmented seperti pada pembelajaran tradisional yang memisah-misahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran, seperti matematika, sains, dan studi solial, serta humaniora, sanis dan seni. Model ini mengajarkan disiplin-disipin ilmu tersebut secra terpisah tanpa dnya usaha untuk mengaitkan atau memadukan. Baik di jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA setiap disiplin ilmu diajarkan oleh guru, ruang kelas, dan waktu yang berbeda sehingga siswa melihat disiplin ilmu tersebut secara terpisah-pisah. Seorang siswa SMP/MTs memandang bahwa disiplin ilmu masing-masing terpisah-pisah seperti matematika bukanlah sains, sains bukanlah bahasa Inggris, dan bahasa Inggris bukanlah sejarah.

2. Model Connected
Model connected (keterhubungan) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.

3. Model Nested
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Tanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.

4. Model Sequenced
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar matapelajaran yang berbeda secra paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ihwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu bertahap merupakan pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengajarkan yang secara material (bahan ajar) memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan atau menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan terkait.

5. Model Shared
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih ide atau konsep dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran ini ditempuh didasarkan pada kenyataan bahwa banyak dijumpai terdapatnya suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua atau lebih mata pelajaran.

6. Model Webbed
Model Webbed atau jaring laba-laba bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Threaded
Model ini merupakan pendekatan yang ditempuh secara bergalur (threaded) yaitu dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu. Model ini pun merupakan bentuk pemaduan keterampilan, misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada meta-curriculum.

8. Model Integrated
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbedapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran, sehingga perlu adanya pengintegrasian multidisiplin. Dalam kaitan ini perlu adanya tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.

9. Model Immersed
Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Pada model ini keterpaduan terjadi secara internal dan instrinsik yang dilakukan oleh siswa dengan sedikit atau tanpa intervensi dari luar.

10. Model Networked
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Kelebihan Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan dibanding model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:

1. Mendorong guru mengembangkan kreativitas.
Penerapan model pembelajaran terpadu menuntut guru untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreativitas tinggi karena adanya keharusan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Selain itu, guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitis dan kemampuan kategoris agar dapat memahami keterkaitan dan kesamaan material ataupun metodologi suatu pokok bahasan.

2. Guru dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis, dan bermakna.
Penerapan model ini memberikan peluang kepada guru untuk dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan guru dan kesiapan siswa dalam belajar. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.

3. Mempermudah dalam memotivasi siswa.
Model ini memberikan kemudahan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antarkonsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Secara psikologis, siswa digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan.

4. Menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya pembelajaran karena adanya penyederhanaan langkah-langkah pembelajaran.
Oleh karena itu, penerapan model ini sangat memungkinkan terciptanya perbaikan proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara umum, yakni terciptanya hubungan yang nyata antara konsep atau teori ilmu dengan lingkungan atau tuntutan lingkungan hidup siswa.

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes