Selasa, 29 Maret 2011

Karakteristik Perencanaan Pembelajaran

Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah :
  1. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
  2. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
  3. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
  4. Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.

Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan bpembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran berorientasi pada kurukulum dan  mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku.
Pengembangan perencanaan disusun berdasarkan pendekatan system, oleh sebab itu didalam perencanaan pembelajaran harus memiliki komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Komponen system pembelajaran digambarkan oleh Brown (1983) seperti pada gambar berikut:
berdasarkan gambar tersebut terdapat beberapa komponen sistem pembelajaran yakni :
Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan proses perencanaan pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan.
Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subyek belajar. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru meliputi
  1. Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif
  2. Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif.
  3. Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik
  4. Kondisi
Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun non fisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan bagi siswa uantuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri. Olehn karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.
Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam proses merencanakan pembelajaran, perencanaan harus dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar secara optimal.
Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pembelajaran

Faktor guru

Guru merupakan komponen yang menentukan, hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Disini guru bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran untuk mengimplikasikan sebagai implementator dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan desain pembelajaran. Menurut dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas guru yaitu :
  • Teacher formatif experience mengikuti jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka, yang termasuk kedalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dimana guru itu berasal.
  • Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan,dsb.
  • Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru terhadap siswa, sikap guru terhadap profesinya, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik dalam pengelolaan pembelajaran,termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Menurut Dunkin (1974) faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi:
  • Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat social ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya.
  • Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
  • Aspek sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga merupakan faktor yang memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancarana proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dsb. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,dsb.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
  • Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas, organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
    • Sumber daya kelompok akan tambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
    • Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada.
    • Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
    • Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
    • Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
    • Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
  • Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb.

Daftar Pustaka

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

PENGERTIAN DAN LANDASAN KURIKULUM


Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. 
 
Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.[1]
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.[2]
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).”[3]
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan  sebagai pedoman penyelenggaraan  kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).[4]
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).[5]
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).[6]
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis besar pengertian kurikulum yaitu:
 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
John Dewey (1902) sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum. 
Hollins Caswell (1935) menyatakan bahwa kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai proses dan prosedur untuk membimbing anak didik menuju ke kedewasaan.
Hilda Taba (1962) mengatakan bahwa kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus, dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk dengan program penilaian hasilnya.
Robert Gagne (1967) mengartikan bahwa kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki/dikuasai sebelumnya.
Michael Schiro (1978) mengartikan kurikulum sebagai proses pengembangan anak didik yang diharapkan terjadi dan digunakan dalam perencanaan pengajaran.
Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) mengartikan kurikulum sebagai suatu rencana yang berisi sekumpulan pengalaman belajar untuk anak didik yang akan dididik.
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter F. Olivva (1982) kurikulum pada dasarnya adalah sebuah perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.
Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah atau pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum yaitu to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : ” …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam arti kontemporer “kurikulum” diartikan secara lebih luas, karena kurikulum tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang memiliki topik-topik yang telah disusun, tapi lebih menekankan kepada pengalaman-pengalaman proses belajar mengajar yang dapat diberikan kepada para murid dalam konteks dimana murid-murid berada.
Dalam konteks pelayanan anak Kristen “kurikulum” dimengerti sebagai program pengajaran lengkap untuk anak-anak yang di dalamnya mencakup daftar subyek/topik pengajaran dalam Alkitab yang telah diintegrasikan dengan pengalaman-pengalaman untuk disesuaikan dengan konteks gereja setempat yang berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan yang berpusat pada Kristus serta dipimpin oleh Roh Kudus untuk tujuan pertumbuhan rohani murid (anak didik).
Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
1.            Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.            Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3.            Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta didik.
4.            Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5.            Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6.            Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
a.             Filsafat dan tujuan pendidikan 
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan (2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang model manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The democratic Process, mengemukakan kriteria antara lain:
1)      Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.
2)      Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3)      Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.
b.      Sosial budaya dan agama yang berlaku di masyarakat
            Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum. 
c.       Perkembangan Peserta didik yang menunjuk pada karateristik perkembangannya
      Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan, tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan harapan. Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta didiknya.
  1. Kedaaan lingkungan
Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:
1)            Lingkungan manusiawi/interpersonal
2)            Lingkungan sosial budaya/kultural
3)            Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna
4)            Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

  1. Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi, koperasi, pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi dan lingkungan hidup (GBHN, 1993).
Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain, penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi harus disesuaikandan diarahkan pada upaya –upaya dan kebutuhan pembangunan, yang mencakup pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.

  1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1)      Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2)      Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3)      Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4)      Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.
5)      Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.
Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni:
1)      Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.
2)      Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.
3)      Akademisis terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.
4)      Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan produktivitas.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis ; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1.      Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.       Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.      Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.       Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan  bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
d.      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.       Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.      Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
  1. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
  2. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
  3. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
  4. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
  5. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
3.      Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

KESIMPULAN

Dari pembahasan pada makalah diatas kita telah mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan kurikulum dan apa saja yaang meiandasi terbentuknya kurikulum. Kita dapat menyimpulkan hal – hal sebagai berikut:
1.                              Pengertian Kurikulum
Dari berbagai macam pengertian kurikulum yang telah dipaparkan dala pembahasan diatas kita dapat menarik garis besar pengertian kurikulum yaitu:
     Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
      2.   Landasan Kurikulum
                  Dari pembahasan makalah ini kami mengambil garis besar dari beberapa landasan kurikulum, yaitu meliputi:
1)      Landasan Filosofis
2)      Landasan Psikologis
3)      Landasan Sosial-budaya dan,
4)      Landasan Ilmu pengetahuan dan teknologi
5)      Landasan Kebutuhan Pembangunan


[1] Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 16.
[2] Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. hlm 2.
[3] Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 18.
[4] www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt
[5] www.kopertis4.or.id
[6] www.bsn.or.id/SNI

Murid TK Dubai Diajari Menjaga Aurat



 
Hidayatullah.com--Sekolah Menengah Moderen Dubai mengajarkan murid-muridnya di kelas taman kanak-kanak untuk menjaga tubuh mereka, termasuk bagian paling pribadi, dengan cara menutupi, menjaga kebersihan dan keamanannya.

Dalam selebaran yang dibagikan, dikatakan bahwa sesi "keamanan pribadi" akan diadakan secara bergantian di ruang-ruang kelas bagi murid taman kanak-kanak. Bagian pertama pertemuan itu akan mengajarkan anak tentang keamanan diri.

"Alasan mengapa sebagian tubuh ditutupi adalah karena itu merupakan bagian yang sangat penting, sangat peka dan bisa terluka jika tidak ditutupi. Misalnya: mengapa jantung itu tersembunyi ... itu mengapa alat kelamin/bagian-bagian pibadi ... juga ditutupi," tulis selebaran itu.

Di situ juga tertulis, nama-nama alat kelamin disebutkan secara jelas untuk mengurangi kecanggungan atas bagian-bagian tubuh yang intim. Mitos yang menyebut bahwa bagian-bagian intim itu  adalah "memalukan" dan "menjijikkan" juga dijernihkan.

Aman dan tidak aman

Anak-anak diajarkan bahwa bagian intim dari tubuhnya boleh disentuh hanya ketika mandi dan selesai buang hajat, oleh orangtua, guru atau pengasuh lainnya seperti perawat dan bibi mereka.

Anak-anak juga diajarkan untuk tidak pernah telanjang bulat di depan orang selain mereka (orangtua, guru dan pengasuh) dan tidak menunjukkan atau menyentuh organ intimnya meskipun saat bermain.

Metode yang digunakan untuk menjelaskan masalah tersebut antara lain lewat boneka, permainan peran dan diskusi. Sentuhan yang aman dan tidak aman dibicarakan. Sentuhan aman misalnya tepukan di punggung, tos tangan, dan bersalaman. Sedangkan sentuhan yang tidak aman misalnya tepukan atau sentuhan di pantat, dada, ciuman di bibir dan menggelitik.

Di bagian tubuh mana anak-anak disentuh dan "apa rasa yang ditimbulkan dari sentuhan itu" juga dibicarakan. Hal itu untuk menjelaskan mana sentuhan yang aman-aman saja dan mana yang tidak.

Dalam catatan untuk orangtua yang terdapat dalam selebaran ditulis, jika anak mengalami sentuhan yang tidak aman, maka mereka harus berkata "hentikan--saya tidak suka" dengan suara keras dan menjauh dari keadaan yang demikian, serta segera memberitahukan orangtua, guru atau orang dewasa lain yang ada di sekitarnya.

Menurut Dr R. McCarthy, psikolog di Klinik Konseling dan Perkembangan di Dubai, secara umum anak usia taman kanak-kanak terlalu muda untuk pelajaran seks, yang jika diajarkan bisa merusak keluguan mereka. "Kita harus berhati-hati dalam mengajarkan mereka tentang apa yang aman dan yang tidak," ujarnya.

Pada pertengahan Januari lalu, orangtua seorang siswa berusia empat tahun menduga anaknya mendapatkan pelecehan seks dari sopir bus sekolah dan dua kondekturnya. Kasus ini menjadi salah satu latar belakang mengapa anak-anak TK itu diajarkan untuk menjaga aurat mereka.*
 
Sumber :http://www.hidayatullah.com/

Minggu, 27 Maret 2011

Cara Mudah Membuat Teks Area di Blogspot

Cara Mudah Membuat Teks Area di Blogspot-Para blogger biasanya membuat Teks Area untuk meletakkan link blognya guna bertukar link (link exchange)dengan sesama blogger. Membuat teks area ternyata mudah, mungkin tidak sesulit yang dibayangkan. Meski di luar sana sudah banyak yang menulis cara-caranya, tetapi tidak ada salahnya saya tulis pada kesempatan ini, minimal agar tidak lupa. Kata Mas Ernas sekecil apapun pengalaman lebih baik dituangkan dalam tulisan, mungkin juga berguna bagi orang lain.

Dalam membuat teks area biasanya langsung disertakan link banner blog. Banner blog biasanya berukuran kecil agar tidak menghabiskan tempat ketika di letakkan di blog sahabat. Nah jika Anda belum memiliki banner blog silahkan dibuat dulu. Banner bisa dibuat menggunakan photoshop atau software sejenisnya, saya biasa membuat banner sederhana menggunakan photoscap, jujur belum menguasai photoshop. Nah jika Anda sudah membuat banner, lalu upload ke hosting gratisan dulu ya, biar nanti bannernya mengandung link. Tempat upload gambar yang saya ketahui antara lain photobucket, tinypick, imageshake. Anda bisa pilih sendiri. Nah link yang diberikan oleh hosting tempat anda upload gambar itulah yang anda letakkan di dalam teks area.
Kode yang diperlukan untuk membuat teks area lengkap dengan contoh link bannernya dapat Anda lihat berikut ini.

<textarea name="code" rows="5" cols="15">
<br /><a href="http://informasi2-pendidikan.blogspot.com" target="_blank"><img src='http://i52.tinypic.com/o6fmeh.gif' border'0'/></a></textarea>

Jika Anda ingin membuat teks area, Anda tinggal copy kode tersebut, Anda tinggal mengganti tulisan warna biru dengan URL blog Anda dan tulisan warna merah yang merupakan link banner yang saya buat, Anda bisa ganti dengan link banner buatan Anda sendiri.

Nah jika kode di atas diletakan di blog sahabat saat tukeran link maka akan menjelma dalam bentuk banner seperti ini




Selain menggunakan kode di atas, masih ada bentuk lain dari teks area, yang ini langsung menggunakan tombol select all atau high ligt, jika tombol ini diklik maka seluruh isi/teks dalam kotak akan tersorot sehingga dapat menghindari tidak terkopinya sebagian teks dalam kotak tersebut.
Scrip berikut ini dibutuhkan untuk membuat teks area lengkap dengan linknya.

<div><form name="copy"><div align="center"><input onclick="javascript:this.form.txt.focus();this.form.txt.select();" type="button" value="Select All" /> </div><div align="center"></div><p align="center"><textarea style="WIDTH: 150px; HEIGHT: 75px" name="txt" rows="5" wrap="VIRTUAL" cols="15"><a href="http://informasi2-pendidikan.blogspot.com" target="_blank">Info, Tips dan Trik Blog </a></textarea></p></form></div>

Kode berwarna biru ganti dengan url blog anda, tulisan warna merah ganti dengan Judul blog Anda yang ingin anda munculkan.

Oh iya setelah mengcopy kode tersebut diatas, baik kode pertama maupun kode yang kedua, maka langkah selanjutnya

1. Bawa ke blog Anda, masuk ke blogger buka dengan ID Anda
2. Di Dasbor klik Rancangan
3. Lanjutkan dengan klik Tambah Gadget
4. Berikutnya cari sampai ketemu Tambah Html/Javascript
5. Paste kode ditempatnya
6. Klik Simpan dan lihat blog
7. Alhamdulillah selesai deh

Nah demikian dulu sharing kecil-kecilan hari ini, sambil mengajak teman-teman blogger semua yuk kita tukeran link untuk mempererat persahabatan sesama blogger dan meningkatkan page rank blog kita masing-masing. Khusus tentang cara mudah mendatangkan traffic dan meningkatkan page rank dapat anda baca pada artikel trik mendatangkan banyak pengunjung.


Jumat, 25 Maret 2011

Usia 14 Tahun Menjadi CEO Termuda Dunia

Usia 14 Tahun Menjadi CEO Termuda Dunia-Di saat remaja seumurannya menghabiskan waktu berkutat dengan Facebook atau bergosip tentang remaja pria, Sindhuja Rajamaran yang berumur 14 tahun justru berkarier sebagai CEO termuda dan animator 2D (dua dimensi). Aktivitasnya ini membuatnya mendapatkan gelar Guinness World Record sebagai CEO termuda di dunia! CEO (Chief Executive Officer) atau Pejabat Eksekutif Tertinggi bukanlah jabatan sembarangan. CEO merupakan jabatan tertinggi dalam suatu perusahaan. Di usia 14 tahun mencapai jabatan itu tentu karena prestasinya yang luar biasa.

Sindhuja terlahir dari keluarga pencinta dunia kartun. Ayahnya seorang pembuat karikatur yang pertama kali mengenalkan Sindhuja karikatur digital. Sedangkan, adiknya adalah penulis haiku (puisi pendek) termuda di India.

Kini Sindhuja menjalankan perusahaan animasi bernama Seppan. Dari membuat film animasi pendek dengan mengangkat isu global warming dan TBC sampai membuat desain kartu ucapan untuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Sindhuja yakin telah mencapai banyak hal. Di usia belia, ia telah menguasai banyak software komputer, seperti Flash, Photoshop,Corel Painter, After Effects dan Maya.

Saat ini, gadis ini mengepalai perusahaan yang karyawannya berusia 18 sampai 25 tahun untuk membuat iklan digital animasi.

Semua kelebihan pada gadis ini di dapat dari sang Ayah, Tamil Nadu. Ayahnya yang seorang duta dari CorelDRAW, software pengolah gambar, didatangi oleh the Indian Territory Manager of Corel. Saat itu, Dia mengetahui bahwa Sindhuja dapat menggambar dengan Corel sejak 11 tahun.

“Saya diundang pada beberapa acara produk Corel dan merasa sangat bangga sebagai pembuat karikatur digital dan kartun termuda,” ujar gadis ini.

Saat ini, Sindhuja sangat berkeinginan memiliki rumah produksi sendiri dan membuat film-film berkualitas yang diakui secara global. Dia membuat dirinya sebagai pencipta lapangan pekerja bagi para ahli dan pemula.
Bakatnya memang luar biasa, para pelajar dan remaja patut mencontoh kegigihan Sindhuja dalam menekuni bakatnya hingga prestasinya di akui dunia. Luar Biasa.

Kamis, 24 Maret 2011

Dampak Negatif Tidak Bahagia Masa Kecil

Apakah Anda bahagia masa kecil? Tidak semua orang merasakan bahagia pada waktu kecil. Bersyukurlah bagi Anda yang mengalami masa kecil dengan penuh kebahagiaan. Karena masa kecil yang tidak bahagia ternyata berpotensi memicu trauma yang dapat mengganggu kesehatan mental saat dewasa. Banyak yang tak sadar bahwa kebahagiaan masa kecil memengaruhi tingkat kebahagiaan saat dewasa.

Sebuah penelitian dilakukan dengan menganalisis hubungan antara kehidupan bahagia di saat dewasa dan kebahagiaan masa kecil. Penelitian melihat tingkat kebahagiaan, pertemanan, dan energi 2776 siswa dengan umur rata-rata 13 sampai 15 tahun.

Kelompok penilaian pertama adalah anak yang memiliki popularitas di antara anak lain. Lalu, kelompok anak yang sangat senang dan puas, kelompok anak yang mudah bergaul, dan kelompok anak yang sangat energik, tidak kenal lelah. Setiap siswa mendapat poin positif untuk setiap kelompok yang termasuk penilaian.

Penelitian juga memerhatikan masalah yang terjadi pada anak-anak muridnya seperti gelisah, sering melamun, tidak taat pada peraturan, dan sering berbohong. Masalah emosi seperti kecemasan, ketakutan akan suatu hal, sifat pemalu, menghindari berbagai macam perhatian pun menjadi penilaian.
Hasil penilaian kemudian dihubungkan dengan kesehatan mental, pengalaman kerja, kehidupan percintaan, dan aktivitas sosial beberapa dekade setelahnya.

Hasilnya, remaja yang mendapatkan penilaian positif di masa kecil memiliki kehidupan yang lebih bahagia dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan nilai positif. Kebahagiaan ini termasuk dengan kepuasan dalam bekerja, terjalinnya komunikasi dengan keluarga dan teman, dan banyaknya aktivitas sosial.

Remaja yang bahagia pun jauh dari kelainan jiwa. Telah tercatat 60 persen dari para responden memiliki kehidupan yang normal dibanding mereka yang tidak mendapatkan penilaian positif.

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa orang dewasa yang bahagia pada masa remaja lebih berisiko mengalami perceraian dalam kehidupan percintaannya. Satu alasan yang mungkin terjadi adalah orang-orang yang bahagia memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dan memungkinkan mereka meninggalkan kehidupan pernikahan yang tidak bahagia.

Selain itu, penelitian ini juga mendukung pandangan bahwa walaupun dalam kesulitan ekonomi, para orangtua harus memberikan prioritas untuk mendukung kebahagiaan anak-anak mereka sehingga mereka memiliki permulaan kehidupan yang terbaik.

Bahaya Radiasi Nuklir Bagi Kesehatan Manusia

Gempa berkuatan 9 Skala Richter mengguncang Jepang, beberapa waktu lalu tak hanya memicu tsunami yang menewaskan ribuan orang, gempa juga memunculkan ancaman bencana nuklir dengan tingkat radiasi sangat tinggi, karena terjadinya ledakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN di Fukushima.

Radiasi Nuklir sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Paparan zat radiaktif tingkat tinggi itu dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan seperti rambut rontok, matinya sel syaraf, kejang dan kematian mendadak, gangguan peredaran darah, penyakit jantung, serta kerusakan sistem reproduksi.

Efek sesaat radiasi bahkan dapat memicu kanker tiroid, juga perkembangan sel-sel kanker lainnya pada tahun-tahun berikutnya. "Namun, efek radiasi ini sangat tergantung kadar dan tipe zat radiaktifnya," kata Profesor Donald Olander, pakar nuklir dari Universitas California, Berkeley.

Menghadapi ancaman itu, Pemerintah Jepang telah meminta sekitar 180 ribu warga dalam radius 20 kilometer dari pusat reaktor mengungsi. Sedikitnya 140 ribu warga yang bermukim di dekat zona aman juga diminta tak keluar rumah dan menutup semua ventilasi rumah.

Demi mencegah efek buruk radiasi, pemerintah setempat mulai mendistribusikan pil potassium iodide dan masker penutup hidung kepada warga di sekitar zona bahaya.

Juru bicara pemerintah Yukio Edano mengatakan bahwa negara kini memasuki darurat nuklir selepas gempa dan tsunami. Ia mengatakan, tingkat radiasi di sekitar salah satu reaktor yang bocor mencapai 400 ribu mikrosiverts per jam. Ini empat kali lipat dari batas radiasi aman bagi tubuh

Badan Keselamatan Nuklir, otoritas yang menangani masalah nuklir di Jepang, mengatakan, setidaknya 160 orang diduga terpapar radiasi nuklir. Sementara itu, kantor berita Jiji tanpa mengutip sumber mengatakan, 19 orang telah terpapar radiasi nuklir.

Pihak Pemerintah Jepang sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait korban yang terpapar radiasi nuklir. Juru Bicara Pemerintah Jepang Edano mengatakan, radiasi yang disebabkan ledakan memang melampaui batas normal. Namun, hal tersebut tak memiliki ancaman langsung terhadap kesehatan manusia.

Warga pun mulai memeriksakan diri apakah mereka terpapar oleh radiasi nuklir. "Awalnya saya khawatir dengan gempa bumi. Namun, kini saya khawatir dengan radiasi. Saya tinggal di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saya ke sini untuk memeriksakan diri, apakah saya baik-baik saja," kata Kenji Koshiba, pekerja konstruksi di pusat gawat darurat di Koriyama.

Hingga saat ini, Pemerintah Jepang sebagaimana dilansir Reuters telah mengevakuasi 110.000 orang yang tinggal di wilayah dengan radius 20 kilometer dari lokasi PLTN.

Edano mengatakan, pemerintah telah berupaya untuk mengurangi risiko radiasi nuklir. Pemerintah, tambahnya, fokus mengeluarkan udara dari reaktor nuklir yang rusak akibat gempa 8,9 magnitude yang disertai tsunami tersebut.

Nah berikut cara untuk meminimalisir bahaya radiasi nuklir yang dikeluarkan oleh WHO, Badan Kesehatan Dunia, mudah-mudahan bermanfaat.

Petunjuk:

1. Tutup semua jendela dan pintu

2. Tutup semua fasilitas yang bisa membawa udara dari luar seperti penyejuk ruangan (airco) atau lubang ventilasi.

3. Tinggal di kamar yang tidak berjendela atau ruang bawah tanah adalah yang paling aman

4. Jangan lupa bawa senter, radio atau televisi dengan baterai, kotak kesehatan, makanan dan air (kemasan atau kaleng), serta obat-obatan

5. Jangan keluarkan binatang piaraan (tinggal di dalam)

6. Jemur pakaian di dalam rumah

7. Pantau situasi dengan mendengarkan pemancar televisi atau radio bencana (lokal)

Tablet yodium
Pusat nuklir Fukushima sejauh ini hanya memancarkan radioaktif yodium-131 dan cesium-137. Pemerintah Jepang mempertimbangkan tablet yodium untuk dibagikan kepada warga di daerah bencana. Ini untuk melindungi kelenjar gondok. Meminum tablet yodium akan bisa melindungi kelenjar gondok sehingga organ ini tidak akan mampu lagi menyerap radioaktif.

Tablet yodium sangat efektif apabila diminum sebelum atau beberapa jam sesudah terkena radiasi. Tablet ini memberi perlindungan selama kira-kira 24 jam. Untuk cesium-137, tidak ada pelindungnya. Apabila kerusakan parah terjadi pada kamar reaktor atau kolam pendingin untuk bahan bakar nuklir yang sudah terpakai, maka kemungkinan zat uranium dan plutonium bisa terlepas. Tapi sejauh ini, hal itu belumlah terjadi.

Dengan kejadian meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Jepang membuat sebagian masyarakat mempertanyakan tingkat keamanan jika Indonesia membangun pembangkit listrik yang sama. Mudah-mudahan Pemerintah dan para pakar Nuklir Jepang segera mampu mengatasi krisis nuklirnya sehingga tidak terjadi bencana yang lebih dahsyat lagi.


Selasa, 15 Maret 2011

Cerdas Bagi Pendidikan Anak

Masih ingat dengan novel yang berjudul Laskar Pelangi? novel best seller yang ditulis oleh Andrea Hirata. sebuah kisah novel yang cukup menarik perhatian kita saat ini... bukan hanya cerita, tetapi juga banyak pesan yang dibawa... Apalagi saat diangkat dalam layar lebar disutradarai oleh Riri Riza, dan mendapat perhatian cukup banyak dari kaum muda.

Salah satunya adalah pendidikan di Indonesia. Potret sebuah sekolah yang sederhana, jauh dari kemewahan dan Ukiran prestasi yang bergengsi, tapi pendidikan yang tercermin bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, melainkan sebuah perilaku dan etika, sehingga tumbuh sebuah kreatifitas yang bukan karena fasilitas.

Saat ini sebagian orang tua memimpikan investasi manusia pada pendidikan untuk masa depan anaknya. Biar jadi pengusaha, Dokter, atau semua yang secara sosial terpandang dan mempunyai harkat dan martabat secara financial.

Ada yang lebih mendasar di tawarkan dalam laskar pelangi ini, yaitu Budi pekerti.

Negara ini mungkin lupa, atau terpesona akan pendidikan metoda luar (barat), sehingga tidak diliriknya pendidikan yang telah di rintis pendahulu kita, Seperti Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dalam karya mereka terbentuklah Taman Siswa, Muhammadiyah. Beliau-beliau ini telah mencoba merintis pendidikan yang mengajarkan akan budaya timur, sepert budi pekerti, etika, sopan santun pada anak bangsa negeri ini.

Saat ini tidak jarang kita temui siswa yang pandai, tetapi tidak punya tata krama dan etika, atau malah di tidak tahu sopan santun.

Meskipun hal ini bukan hanya tugas dari sekolah, untuk memberikan bekal bagi anak kita, tetapi juga peran keluarga diperlukan dalam hal ini. Waluapun saat ini jumlah keluarga yang menanamkan pendidikan Budi Pekerti sudah mulai "tidak sempat", sehingga melimpahkan semua ke sekolah. Sedangkan sekolah juga di tuntut tidak hanya mendidik dan mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah favorit, yang diharapkan akan menunjang keberlangsungan dan kesejahteraan Sekolah.

Bila kita sedikit saja melirik pendidikan di Jepang, dimana pendidikan tidak hanya dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga tetap di berikan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan budaya mereka. Sehingga mereka tetap mencintai dan juga mengerti asal mereka dengan budaya nenek moyangnya.

Pendidikan tidak hanya mengedepankan kecerdasan Intelektual tetapi juga Kecerdasan Moral, Spiritual dan Emosional.

Terkadang kita ataupun orang tua beragapan kecerdasan yang maksud adalah kemampuan anak dalam berhitung, mengahafal, meniru, pandai dalam membuat analisa yang dibuktikan pada prestasi di sekolah. Meskipun pemahaman ini tidak salah, namun juga kurang lengkap. Cerdas yang dimaksud adalah kemampuan anak dalam mengorganisir dengan baik aspek Intelektual, Emosional, Moral dan Spiritual.

Kecerdasan Intelektual , merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk melakukan perhitungan matematis, menganalisa, mengingat, dan beragumen. Sehingga pada umumnya, sang anak akan berhasil menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan baik.

Kecerdasan Emosional , merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola dan memanfaatkan perasaan dengan baik. Seperti memahami orang lain, kemandirian, kerjasama, menyesuaikan diri dan berpikir positif. Tentunya hal ini dipengaruhi juga oleh kepribadian yang sehat.

Kecerdasan Moral , merupakan kemampuan seseorang yang peka dan mampu menentukan baik dan buruk. Seperti kejujuran, kerelaan menolong, kesetiakawanan, kepedulianan, kesederhanaan dan adil.

Kecerdasan Spiritual , merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengembangkan nilai-nilai yang mulya, seperti: kasih, kebenaran, ketaquan, ketaatan, pelayanan, pengabdian dan pengorbanan. Jadi kecerdasan Spiritual bukan saja ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum agama, tetapi juga nilai dan sikap hidup dalam agama yang tulus dan mulia.

Jadi pendidikan untuk anak bangsa ini, bukan hanya dikarenakan oleh Sekolah saja, tetapi peran orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara. Cerdas yang bagaimana yang akan kita bekali kepada generasi akan datang, akan juga menentukan nasib keluarga, dan juga negara.

Anak Anda bukanlah anak Anda, Mereka adalah anak-anak kehidupan yang merindukan diri sendiri. Meskipun mereka datang melalui Anda, dan meskipun mereka bersama anda, mereka bukan milik anda.

Anda mungkin memberikan cinta, namun tidak pikiran anda, karena mereka memiliki pikiran sendiri.

Tubuh mereka mungkin ada dirumah anda, namun tidak jiwa mereka, karena jiwa mereka tinggal dalam rumah masa depan, yang tidak dapat anda kunjungi, bahkan tidak dalam mimpi anda.

Anda boleh berusaha menjadi seperti mereka, namun jangan membuat mereka seperti anda.

Anda adalah busur dari anak-anak anda, ditembakkan sebagai anak panah yang hidup.

Relakan diri anda melengkung di tangan pemanah demi kegembiraan.

Kahlil Gibran, Sang Nabi
Sumber : UBB

Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.

KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.

Manfaat Dongeng untuk anak :

1. Mengasah daya pikir dan imajinasi
2. Menanamkan berbagi nilai dan etika
3. Menumbuhkan minat baca

Kekuatan Dongeng pada Anak

Kak Bimo, seorang pecinta anak-anak, guru, trainer, sekaligus pendongeng yang sangat fasih dan piawai. Di kotanya Yogyakarta penulis mengenalnya tak hanya lantaran kemampuannya menyihir anak-anak dengan dramatis, namun juga karena muatan pesan moral yang dalam serta komprehensif mampu diselipkan dengan sangat apik dan tak membebani. Anak-anak demikian terbius segenap perhatian dan pikirannya pada alur cerita sederhana namun enak diikuti selama dongeng berlangsung. Kemudian kita mungkin mengenal PM Toh, pendongeng asal Aceh yang selalu mementingkan interaksi serta suasana yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkannya. Selain itu tak asing bagi kita yakni Kusumo Priyono, maestro dongeng Indonesia yang berpendapat bahwa dalam mendongeng biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama moral dan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah penting adalah sarat nuansa hiburan bagi anak-anak (edukatif dan kreatif) sehingga anak merasa senang dan terhibur. Demikianlah, anak-anak memang sangat senang mendengarkan cerita atau dongeng. Terutama cerita yang dibacakan oleh orang tua atau orang dewasa.

Menimbang Manfaat Dongeng

Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Media Indonesia, 2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Namun terlepas dari setumpuk teori manfaat tersebut, rasanya kita tetap harus berhati-hati. Karena jika kita kurang teliti, cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Sebut saja dongeng rakyat tentang Sangkuriang yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sang-kuriang gara-gara bersumpah akan menjadi istri pihak yang mengambil peralatan tenun yang jatuh terpaksa menikah dengan seekor anjing. Tak cukup itu kondisi diperparah oleh kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri Sangkuriang sempat jatuh cinta dalam makna asmara kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar benar-benar tiba, demi mengecoh Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja. Karena muatan-muatan pada cerita dongeng harus dipertimbangkan dengan kondisi psikologi yang mungkin deserap oleh sang anak, jangan sampai terjadi kesalahan pemahaman dari dongeng yang dimaksudkan positif malah menjadi negatif...

Sumber http://www.dongengkakrico.com

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes